Pola Makan Pengaruhi Kesehatan Kulit

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Nusantics bekerjasama dengan Burgreens meneliti pola makan bervariasi dan hubungannya dengan kesehatan kulit. Benarkah Pola Makan Pengaruhi Kesehatan Kulit?

Melihat pentingnya kebutuhan untuk menjaga imunitas dan kesehatan, Nusantics bekerjasama dengan Burgreens meneliti pola makan bervariasi dan hubungannya dengan kesehatan kulit. Setelah merancang desain utama PCR untuk mendeteksi COVID-19 bersama BPPT dan Biofarma tahun lalu, Startup bioteknologi ini menemukan fakta menarik dari hasil penelitian yang dilakukan bersama dengan perusahan plant-based food chain tersebut.

Penelitian dilakukan kepada kurang lebih 166 orang dengan rentang usia 25 – 35 tahun. Adapun sampel penelitian dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kriteria kelompok orang yang memiliki pola makan bervariasi dengan mengonsumsi lebih dari 8 jenis sayuran, buah dan protein (nabati & hewani) per hari dan kelompok orang yang mengonsumsi kurang dari 8 jenis makanan yang disebutkan per-hari.

Revata Utama selaku co-founder dan CTO Nusantics mengatakan, “Kesempatan untuk meneliti kelompok manusia dengan pola makan yang berbeda ini sungguh luar biasa. Dengan penelitian ini kita bisa mendapat insight baru mengenai pentingnya menjaga pola makan yang bervariasi demi kesehatan tubuh kita,” katanya.

Microbiome adalah kumpulan mikro-organisme yang terdiri dari bakteri, jamur, virus dan arkea yang hidup di tanah, air, udara, serta pada lebih dari 50% tubuh manusia. Microbiome yang hidup pada organ dan kulit manusia, sedikit banyak menunjukan kesehatan dan imunitas kulit, maka penting untuk mengetahui sejauh mana gaya hidup dan pola makan mempengaruhi keseimbangan dan keberagaman mereka.

BACA JUGA: Shakira Jasmine Dendangkan Geureoke

Hasil penelitian menunjukan bahwa, kelompok orang yang menerapkan pola makan bervariasi baik dari sumber nabati dan hewani dengan durasi minimal 6 bulan memiliki kondisi kulit yang lebih tangguh terhadap serangan penyakit. Sedangkan sisanya, yaitu yang mengonsumsi variasi makanan nabati kurang dari 8 jenis per hari, cenderung rentan terhadap gangguan imunitas dan penyakit kulit seperti jerawat, mudah iritasi dan kemerahan.

Founder Burgreens, Max Mandias juga menambahkan, “Semoga hasil penelitian ini bisa membuka mata anak muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan kesehatan dengan menerapkan pola makan yang lebih sehat serta lebih berorientasi pada sumber nabati”

Dari hasil penelitian tersebut kita juga dapat melihat fakta bahwa, makanan yang kita konsumsi sangat mempengaruhi kondisi microbiome usus, kesehatan secara umum dan imunitas kulit. Nusantics percaya bahwa, kondisi microbiome dapat tetap terjaga apabila kita dapat mengubah pola makan menjadi lebih bervariasi dengan memperbanyak konsumsi dari sumber nabati seperti gado-gado, pecel, rujak, urap dan sejenisnya. Sumber makanan nabati dengan berbagai olahan yang lezat dan kekinian juga sudah dapat ditemukan di pasaran, salah satunya Burgreens yang menjadi pioner dalam industri plant-based food chain.

Untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi microbiome kulit seperti dalam penelitian tersebut, Nusantics menyediakan layanan Biome Scan, yaitu analisa profil microbiome kulit pertama di Indonesia. Layanan analisa profil microbiome tersebut bisa didapatkan di Nusantics Hub, Senopati Jakarta. Sebagai perusahaan berbasis bioteknologi, Nusantics juga tengah mengembangkan riset untuk menganalisa kondisi microbiome di air, tanah, dan- udara yang dapat dimanfaatkan untuk memahami kondisi lingkungan dan langkah yang harus diambil untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Nusantics sendiri adalah perusahaan genomics technology yang berdiri pada 2020 dengan visi menjaga biodiversity atau keanekaragaman hayati demi masa depan alam dan manusia yang berkelanjutan. Dengan kapabilitas di bidang riset dan teknologi microbiome, saat ini Nusantics memberikan layanan yang berorientasi pada skin microbiome bagi konsumen (B2C) dan jasa riset dan diagnostik bagi lembaga atau korporasi (B2B).

(Ismail Sidik Sahib)

Berbagi: