TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Ragam tanggapan muncul merespon keputusan Pemerintah yang membatalkan pemberangkatan jamaah haji 2021. Baik yang pro maupun kontra. Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (SAPUHI), Syam Resfiadi justru mengaku bersyukur atas kebijakan pemerintah itu.
Pembatalan pemberangkatan haji tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 660 Tahun 2021 tentang Pembatalan Keberangkatan Jamaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1442 H/2021 M.
“Jujur saja ya. Kalau saya secara pribadi justru bersyukur. Ini kan keputusan yang pasti. Kan memang pada awalnya kita menuntut supaya pemerintah ambil sikap yang jelas. Nah, sekarang pemerintah udah ambil sikap, yaitu pembatalan,” jelas Syam yang juga Dirut Patuna ini.
Menurutnya, merujuk pada SK Menteri Agama Nomor 660 itu, banyak alasan mengapa pemerintah membatalkan haji. Terlebih waktu yang sudah mepet dalam mengurus haji tahun 2021 ini.
BACA JUGA: Kegigihan dari Desa Wisata Pentingsari, Lereng Gunung Merapi
“Diantaranya, pandemi masih berlangsung. Pemerintah Arab Saudi juga belum mengumumkan adanya kuota itu sendiri dan dibagi berapa negara-negara yang boleh (masuk). Jadi banyak proses yang harus dilalui, sehingga waktu yang sudah semakin mepet dari pelaksanaannya,” ujarnya.
Lanjutnya lagi, untuk haji reguler tidak akan dirugikan karena biaya dan lainnya sudah ditentukan DPR dan pemerintah, akan tetapi berbeda dengan haji khusus atau swasta.
“Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dari undang-undangnya ya jadi mahal jatuhnya. Belum lagi proses protokol kesehatan, karantina di Indonesia, karantina di Arab Saudi, (misal) boleh dimasukin jumlah total jamaah 50% saja, Hotel harus berdua, tenda di Arafah dan Mina, harus dikasih jarak (jamaah) satu setengah meter. Ini bikin jadi biaya tinggi,” urainya.
Terkait polemik pembatalan dan pembatasan mengenai haji, Syam Resfiadi tidak ingin larut dengan kata-kata tersebut. Menurutnya, jika sudah membatalkan maka artinya otomatis tidak ada kegiatan apapun sampai pelaksanaan haji di Arab Saudi.
“Kalau menunda bisa jadi menunggu, sampai pengumuman berikutnya. Inikan bikin harap-harap cemas. Sementara itu akan menyulitkan operasionalnya kala kita melakukan pemberangkatan. Jadi kalau ada yang bicara, ‘ntar kalau ada kuota dari Arab Saudi kenapa gak diterima ini? Jawaban saya, bukan gak ingin menerima, tapi persiapannya bagaimana? Pesawat, karantina, paspor, ngurus visa, booking hotel dan segala macemnya di Arab Saudi. Sementara tidak ada satupun orang boleh masuk. Kalau dadakan kan bingung juga, kita mau booking belum ada kepastian,” kata dia.
(Ismail Sidik Sahib)