TRAVELOUNGE.CO I BALI – Pergelaran INAO 2018 dimulai. Delegasi kesenian Thailand akan mengawali pergelaran dengan menampilkan tarian klasik berjudul ‘Inao-Inao Exiting The Cave’. Festival International Panji (Inao) Indonesia 2018 digelar di Gedung Ksirarnawa Art Center, Denpasar, Bali, malam ini, Kamis (28/06/2018).
Nanti malam, Grup kesenian pimpinan Mr. Surapol Yongjor, yang cukup eksis di Thailand ini, akan menampilkan tarian klasik berjudul ‘Inao-Inao Exiting The Cave’ (Inao-Inao Keluar Dari Gua). Pertunjukan melibatkan lebih dari 20 personil baik penari maupun pemusik.
Menurut, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro inisiator festival ini, tarian klasik asal Thailand ini kerap disebut Lakhon Nai. Sebuah drama tari Istana yang dilakukan oleh sekelompok wanita dengan gerakan elegan dan anggun.
“Jenis drama tari ini berevolusi sesuai dengan tradisi kerajaan di dalam wilayah Istana. Dipercaya bahwa Lakhon Nai dikembangkan kembali di bawah perlindungan Raja Rama II pada awal abad ke-19,” terang Wardiman kepada wartawan, dalam jamuan makan malam bersama para delegasi kesenian dari Thailand dan Kamboja, yang berlangsung di Inna Grand Bali Beach Hotel, Sanur Kaja, Denpasar, Rabu malam (27/06/2018).
Pertunjukan akan berlangsung selama dua hari. Pertunjukan hari pertama, Kamis (28/06/2018), selain grup kesenian dari Thailand, juga akan disuguhkan penampilan, tari Inao, Classical Dance Inao, pimpinan Duk Sytha, dari Kamboja. Delegasi dari Indonesia akan diwakili grup kesenian dari Bali pimpinan I Wayang Artawan, yang akan menampilkan Drama Tari Gambuh, ’Terbakarnya Hutan Trate Bang.
Pertunjukan hari kedua, Jum’at (29/06/2018), masih menampilkan grup kesenian asal tiga Negara, Indonesia, Thailand, dan Kamboja. Khusus dari Indonesia akan diwakili grup kesenian Belerung Mandetra Srinertya Waditra, dari Bali, dengan menampilkan Tari Legong Keraton, ’Kesandung Prabu Lasem’.
Baca Juga: Satu Jiwa, Tari Kolosal Ujud Kebersamaan Dalam Kebhinekaan
Tampak hadir dalam jamuan makan malam, Direktur Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Restu Gunawan, M.Hum, Ketua Pelaksana Festival, Edi Irawan, yang juga merupakan Kasubdit. Seni Pertunjukan, Ditkes, Ditjen. Kebudayaan Kemdikbud). Hadir juga, Prof. Dr. I Made Bandem, seniman, budayawan, dan pengajar seni asal Bali, Drs. Dewa Putu Beratha, M.Si, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, dan sejumlah seniman, budayawan, dan pejabat terkait.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Kesenian Kemdikbud, Dr. Restu Gunawan, M.Hum, menyampaikan, bahwa upaya diplomasi budaya melalui festival Panji perlu digelorakan, agar warisan budaya kita ini semakin dikenal.
“Tidak saja di dalam negeri tapi juga Asia, atau dunia. Sebagai soft cultur diplomasi, seni budaya Panji punya peranan penting. Bayangkan dulu kalau zaman Kediri, Majapahit, Panji bisa menyebar ke seantero, dan Panji berhasil menjadi sebuah upaya diplomasi budaya. Harusnya sekarang jauh lebih baik lagi,” ujarnya.
Bali akan menjadi kota pembuka pelaksanaan kegiatan Festival International Panji (Inao) Indonesia 2018, yang akan digelar di delapan kota. Setelah Denpasar, kegiatan akan berlanjut ke Pandaan Surabaya, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Yogyakarta dan Jakarta. Berlangsung dari tanggal 27 Juni 2018 hingga 13 Juli 2018.
Pelaksanaan di Bali bersamaan dengan kegiatan Pesta Kesenian Bali XL-2018 yang juga tengah berlangsung, hingga 21 Juli mendatang. Pergelaran akan berlangsung, setelah acara pembukaan, yang menurut rencana akan dihadiri Gubernur Bali, dan sejumlah pejabat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, para seniman, budayawan, tokoh masyarakat, dan penggiat seni budaya dari dalam dan luar negeri.
Selain pertunjukan, Panitia Pelaksana Festival International Panji (Inao) Indonesia 2018, bekerjasama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, menyelenggarakan workshop dan pameran. Workshop akan berlangsung di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Jum’at (29/06/2018).
Menampilkan narasumber, Prof. Dr. I Made Bandem, MA, dan Prof. Dr. I Wayang Dibia, SST, MA, yang akan dipandu Dr. I Nyoman Astita, MA, dan Dr. I Komang Sudirga, M. Hum.
Ismail Sidik