Terinspirasi Terracotta Warrior and Horses Tiongkok, Taman Gandrung, Banyuwangi Diresmikan

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I BANYUWANGI, 21 Oktober 2018 — Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Sigit Pramono, Owner Java Banana Ijen meresmikan Taman Gandrung Terakota di kawasan Jiwa Jawa Ijen Resort, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Taman ini terinspirasi dari Terracotta Warrior and Horses Tiongkok.

Sigit Pramono, yang juga penggagas Taman Gandrung Terakota menguraikan kalau di tepian sawah di kawasan itu dipasang patung berbahan tembikar karena pihaknya ingin merawat kelestarian budaya Banyuwangi.

“Banyuwangi itu ikon terkuatnya adalah Kawah ijen dan Tari Gandrung. Saya ingin memberikan sumbangsih kepada pemerintah Kabupaten yang memelihara kebudayaan. Ribuan patung penari ini sumbangan kecil bagi saya,” ujar Sigit.

Sejatinya Taman Gandrung Terakota terinspirasi dari Terracotta Warrior and Horses di Tiongkok yang dibangun pada masa Kaisar Qin Shi Huang (259-210 SM). Penataannya melibatkan kurator seni rupa dari Galeri Nasional Indonesia sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dr Suwarno Wisetrotomo. Taman Gandrung Terakota tidak hanya menyajikan deretan patung-patung penari gandrung tapi juga bukit hijau dan hamparan sawah, para petani yang membajak sawah, kebun kopi, pohon durian, beraneka jenis bambu, dan tanaman endemik setempat. Di tengah hamparan tersebut ditemukan amfiteater terbuka untuk pertunjukan kesenian berjadwal dan perhelatan musik jazz.

Menpar Arief Yahya yang juga asli Banyuwangi tidak ragu untuk memuji taman yang berisi ratusan patung penari gandrung di lahan persawahan terasering di kaki Gunung Ijen itu. Selain melengkapi atraksi di Banyuwangi, TGT juga menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu.

“Luar biasa keren. Kalo Banyuwangi ingin menjadi destinasi kelas dunia harus punya 3A (atraksi, amentias dan aksestabilitas) TGT lanskapnya oke, amphitheaternya keren, terakotanya juga oke banget,” ujar Menpar Arief Yahya di Jiwa Jawa Ijen Resort, Banyuwangi, Sabtu (20/10).

Arief Yahya juga yakin Banyuwangi bisa menjadi destinasi kelas dunia karena dari sisi amenitas Banyuwangi sudah memiliki puluhan hotel dan ratusan homestay.

“Di sisi Aksestabilitas, Bandara Banyuwangi harus menjadi bandara internasional. Dan rencananya tanggal 20 Oktober akan ada first flight internasional dari Kuala Lumpur. Atau harapnnya tahun ini ada penerbangan langsung dari luar Negeri ke Banyuwangi,” ujar Menpar Arief Yahya.

Baca Juga: Horas, Kemenpar Gelar Sales Mission Danau Toba di Jakarta

Lanjut Menpar, komitmen kepala daerah sangat dibutuhkan. Banyuwangi itu pendapatan perkapitanya lebih besar nomor dua di Jawa Timur. Hipotesisnya, jika banyak suatu daerah banyak menyelenggarakan event, indeks kebahagiaanya lebih tinggi, dan di Banyuwangi sudah ada 77 event sepanjang tahun.

Keberadaan TGT dengan amphitheater di dalamnya, yang juga tempat penyelenggaraan Ijen Jazz Festival itu, mengingatkan Menpar Arief terhadap dua hal yaitu Ubud di Bali.

“Mengapa ubud itu hebat, karena menjual produk, proses dan philosophy (3P). Tarian itu produk. Anak-anak yang belajar tari itu proses dan juga dijual di Ubud. Itu yang disukai para wisatawan. Tari Gandrung yang kita lihat di Gandrung Sewu bisa juga dikemas seperti itu,” kata Menpar Arief Yahya.

Untuk philosophy, di Bali itu terdapat konsep kosmologi Tri Hita Karana yang berarti Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Dengan digelarnya Festival Gandrung Sewu diharapkan akar budaya di sini semakin kuat.

“Ada akar budaya yang kuat di Banyuwangi dan juga sama seperti di Bali. Kalo kita bisa eksplorasi lebih bagus. Padi itu jauh lebih mahal dipandang daripada dipanen. Di resort-resort di Ubud disana ratenya mencapai 15 juta permalam untuk melihat padi. Saya yakin di sini pun bisa,” katanya.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sangat antusias dengan tumbuhnya destinasi baru di Banyuwangi itu. “Kami sangat bangga dengan antusiasme berbagai pihak untuk terus mengembangkan Banyuwangi. Ini dibangun tanpa APBD, melainkan oleh swasta yang punya kepedulian terhadap seni-budaya Banyuwangi,” kata Anas.

Ismail Sidik

Berbagi: