TRAVELOUNGE.CO I BATAM, 9 Desember 2018 – Pagi hari, jelang digelarnya Batam International Culture Carnival (BICC) 2018, Kawasan Nagoya, tempat digelarnya perhelatan itu malah diguyur hujan. Rintik hujan membasahi arena pergelaran. Makin lama makin deras saja. Banyak yang hundah gulana pastinya. Tapi meski begitu, pertunjukan memang harus terus berlangsung.
Lalu di tengah gundah gulana yang menyesak, muncul Sapto (51), seseorang yang ditabalkan sebagai Pawang Hujan. Mengenakan blangkon, baju lurik dan celana hitam, menerabas hujan dan langsung bersila di tengah jalan yang basah. Sesaat kemudian ia merapal doa, bermunajat pada Sang Pemilik alam.
Sejurus kemudian, dalam satu dua tarikan nafas, gesturenya laiknya orang yang tengah menari. Sesekali kepalanya mendongak ke atas langit dengan tatapan tajam. Lepas itu terlihat ia menjentikan jemari seolah meminta hujan agar menjauh ke arah yang ia tentukan. Setidaknya sepuluh menit sang pawang beraksi. Ratusan pasang mata tidak berkedip menyaksikan atraksinya itu.
Ajaib, hujan perlahan mereda. Bergerak perlahan. Lalu sejurus kemudian rintik hujan malah berhenti total. Sinar matahari pun merambat dengan leluasa. Semua yang hadir dan melihat takjub luar biasa. Fenomena sakralitas yang unik baru saja dipertontonkan tanpa sengaja di hajatan BICC 2018.
Itulah realitas yang ada di arena perhelatan Batam International Culture Carnival (BICC) 2018. Selanjutnya, acara di buka dengan pertunjukan cheer leaders siswi SMA 8, Batam. Remaja yang masih duduk di bangku SLTA ini trengginas dalam aksinya yang sesungguhnya kerap membuat penonton yang memenuhi Jalan Imam Bonjol, Nagoya Batam menahan napas. Penonton takjub dengan kepiawaian mereka.
Pertunjukan pun berlanjut dengan atraksi kesenian Topeng Ireng Putra Tidar, Malang. Para penarinya menggunakan kostum yang mencolok mata. Merah, biru, hitam, kuning sangat mendominasi. Mereka menyuguhkan tari yang sangat atraktif.
Pertunjukan seni tradisional terus berlanjut. Kali ini Komunitas Reog Ponorogo, Kec Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Dibuka dengan tari jaran kepang oleh sekelompok penari wanita dengan kostum kombinasi putih, hitam dan batik. Berloncatan dan saling meliuk diantara mereka.
Baca Juga: Kampung Bule Fantastic Colour Night Ramaikan Batam International Culture Carnival 2018
Lihatlah, lepas itu kesenian Turonggo putra Mataram, Yogyakarta menjadi penyaji atraksi selanjutnya. Menggunakan sebuah pick up yang dipungsikan sebagai tempat gending dan pemusiknya. Para penari menggunakan Kostum kobinasi antara warna ungu, merah, kuning dan batik. Penari wanita berjumlah lima orang dan 4 orang penari jaran kepang. Ritmik mengikuti irama musik. Sejurus kemudian masuklah 4 orang penari yang berperan sebagai raksasa.
Loncat kemudian pada persembahan Cheer leaders SMA 18 Batam. Sama dengan persembahan sebelumnya, anak.anak ini beraksi dengan berani hingga adrenalin penonton turun naik.
Pertunjukan pagi hari pun ditutup dengam persembahan kesenian Barong Mustika Joyo, Blora, Jawa Tengah. Terdiri darin 4 Barong Macan, 7 jaran kepang, 7 barong raksasa dan seorang pawang dengan cambuk. Pertunjukan menarik ini menjadi pamungkas dari BICC yang nantinakan dilanjutkan pada pk. 13.00 di tempat yang sama.
Sayang event yang menabalkan kata internasional malah kurang disesaki warga Batam sendiri. Hal ini juga disesalkan Patno, pedagang Es Tebu yang jualannya belum laku karena penonton tidak membludak sebagaimana yang ia bayangkan. “Banyak yang enggak tau acara ini, pak” sesal Padno.
Bisa jadi Padno benar. Pasalnya promosi kurang di genjot habis. Saat tiba di Bandara Hang Nadim saja, tidak terlihat promosi besar acara BICC 2018. Begitu juga disepanjang jalan dari bandara ke Nagoya atau tempat lainnya. Spanduk, umbul-umbul atau baliho promosi baru terlihat di kawasan Nagoya, tempat berlangsungnya event ini.
Hadeeuh…sayang banget ya…
Ismail Sidik