Wisatawan Indonesia Mulai Lirik Destinasi Luar Negeri

Travelounge

Wisatawan Indonesia Mulai Melirik Destinasi Luar Negeri

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Negara Indonesia masih menjadi kue manis bagi pelaku wisata asal luar negeri. Sebanyak 136 seller yang berasal dari luar negeri seperti Asia, Asia Pasifik, Amerika hingga Eropa “merayu” buyer asal Indonesia untuk berkunjung ke negaranya dalam event bursa wisata bertajuk TTC Travel Mart. Nampaknya, wisatawan Indonesia mulai melirik destinasi luar negeri.

TTC Travel Mart digelar setahun dua kali. Tahun ini, bursa wisata independen ini digelar di Kota Jakarta dan Kota Surabaya. Di Jakarta, digelar pada hari Senin, (25/02/2019) di Hotel Redtop. Kemudian penyelenggaraan kedua berlangsung pada hari Rabu (27/02/2019) di JW Marriot Surabaya.

Tahun ini sebanyak 65 seller dari Indonesia pun turut ambil bagian. Mereka menawarkan potensi business to business (B2B) untuk berbagai destinasi seperti Bali, Yogyakarta, Labuan Bajo, Medan, dan lainnya. Para seller luar negeri pun mencoba menarik berkah dari seller dan buyer yang hadir disitu.

Tedjo Iskandar, Founder TTC Travel Mart, saat ditemui di Redtop Hotel Jakarta, Senin (25/02/2019) mengatakan, travel mart ini diharapkan agar para pelaku pariwisata dari berbagai negara dapat saling bersilaturahmi, update produk dan juga menceritakan setiap potensi negaranya masing-masing sehingga mampu menghidupkan pariwisata di seluruh Negara.

“Saya tentu melihat dan menyadari begitu banyak potensi bagi pariwisata ke dalam Indonesia dan juga ke luar Indonesia yang perlu untuk selalu dikembangkan bersama-sama dengan pelaku pariwisata Iainnya,” terang Tedjo.

Selain itu, Tedjo pun juga menyampaikan hal Iainnya, “Ada yang baru dalam TTC Travel Mart kali ini, sebuah momentum untuk kembali menghidupkan inti jantung dari TTC,” tambahnya.

Tedjo pun menjelaskan, tahun lalu bulan September jumlahnya 140 peserta. Sekarang ada 176 peserta atau sellers. “Tahun lalu kita mengadakan di Jakarta dan Yogyakarta. Untuk Yogyakarta, tahun lalu kurang greget. Ternyata Yogyakarta market untuk outbond-nya tidak terlalu banyak. Berbeda dengan yang di Surabaya. Makanya tahun ini kita selenggarakan di Surabaya,” katanya.

Untuk tahun ini ada 41 peserta baru dari puluhan negara diantaranya Turki, Mesir dan negara Eropa lainnya. “Tahun ini kita menolak seller dari Mesir. Karena okupansi saat dia mendaftar sudah mencapai 97 persen,” ucap Tedjo.

Baca Juga: Sijuk Heritage Belitung Jadi Model Pengembangan Desa Wisata Multikultural

Sahin Kuran, Managing Partner, Incorporate Travel Company, dari Rusia, mengatakan, TTC Travel Mart sangat efektif untuk menjaring wisatawan dari Indonesia. Apalagi, dalam beberapa tahun belakangan destinasi Rusia sudah mulai dikenal orang Indonesia. Tahun lalu sebanyak 700 wisatawan datang dari negara Timur Jauh. Kemudian ada 7000 wisatawan dari negara Asia seperti China, Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia dan lainnya termasuk Indonesia.

“Kemudian tahun ini saya mentargetkan lebih dari 10 ribu orang berkunjung ke Rusia termasuk Indonesia. Kami pun sering menerima beberapa grup dari Indonesia ke Rusia. Tapi grup yang paling banyak kita tangani adalah grup yang ke Turki. Bulan Desember lalu kita menangani 200 orang Indonesia untuk berkunjung ke Turki,” papar Sahin.

Murmanks, menjadi destinasi favorite yang diminati oleh wisatawan Indonesia. Di Murmanks wisatawan melihat Aurora atau yang biasa disebut the Northern Lights. Bahkan orang dari Moscow pun menyukainya. “Tapi tidak banyak orang Indonesia menyukai hawa yang dingin. Bagi orang Indonesia, Rusia terlalu dingin. Sebab disana dinginyna mencapai minus 20, 23, 24 derajat,” terang Sahin.

Selain Rusia, wisatawan asal Indonesia mulai tertarik untuk meyambangi Bhutan. “Pertumbuhan dan progresnya bagus setelah mengikuti TTC setiap tahunnya. Tamu grup dan Free Independent Travelers (FIT) sudah mulai banyak. Tahun ini sudah ada 28 Grup, belum lagi ada yang FIT antara 4-5 orang,” terang Engelina Halim dari Bhutan ID Tours & Treks.

Target tahun ini kata Engelina, pihaknya mentargetkan setiap bulan ada wisatawan ke Bhutan baik secara grup maupun FIT. “Sekarang kita baru dapat tiga grup. Itu ajah. Kita nggak mau muluk-muluk lah. Toh memang untuk pergi ke Bhutan daily tarifnya juga mahal,” tutup Angelina.

Ismail Sidik

Berbagi: