TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Ada apa ya? Kok Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya ingin bekali para mitra GrabBajay sebagai moda transportasi lokal ikonik di Jakarta? Tentu saja dengan pelatihan tentang destinasi pariwisata. Tepatkah itu? Kenapa juga harus GrabBajay? Lalu urgensinya apa?
Hal unik ini Menpar Arief Yahya cetuskan saat Grand Launching GrabBajay di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Senin (24/6/2019). Pelatihan destinasi pariwisata diharapkan akan mendorong para mitra GrabBajay bukan hanya menjadi pengemudi tapi juga pemandu wisata andal bagi para wisatawan.
“Dengan diluncurkannya layanan GrabBajay sebagai moda transportasi khususnya bagi wisatawan, saya mengharapkan para pengemudi dapat meningkatkan pelayanan. Untuk itu, kami ingin ikut berkontribusi memberikan training bagi para pengemudi mengenai destinasi wisata di kisaran Jakarta. Ini dimaksudkan agar pengemudi sekaligus bisa menjadi pemandu wisata,” ujar Arief Yahya.
Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata sendiri bwrkilah GrabBajay sebagai alternatif layanan moda transportasi bagi wisatawan di destinasi wisata.
“Ya, tentu saja dengan dukungan teknologi digital, kendaraan roda tiga memiliki potensi baru bagi pariwisata. Bajay menjadi atraksi bagi turis asing karena unik dan ramah lingkungan. Seperti Tuktuk di Thailand, atau Jeepney di Filipina, maka Bajay merupakan Ikon Jakarta, sudah ada sejak lama dari tahun 1970an,” ujar Ridzki.
GrabBajay ini diharapkan menjadi terobosan daya tarik pariwisata yang tidak hanya dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata tapi juga memberikan pengalaman unik dan menarik bagi wisatawan.
Baca Juga: Guru Potensial Jadi Agen Promosi Pariwisata Daerah
“GrabBajay memang diperuntukan terutama bagi wisatawan karena wisatawan menyukai hal unik. Ini akan menjadi daya tarik tersendiri,” ujar Menpar.
Terobosan ini merupakan bagian dari kerja sama berkelanjutan antara Grab dengan Kementerian Pariwisata untuk mendukung program Co-Branding Wonderful Indonesia.
“Sebelumnya, Grab juga telah melakukan Co-branding Wonderful Indonesia di berbagai layanan, konten informasi, dan promosi interaktif yang berkaitan dengan destinasi wisata Tanah Air melalui platform Grab termasuk dalam sewa GrabCar, GrabDaily, GrabFood, dan GrabRewards,” kata Menpar.
Saat ini GrabBajay memiliki 60 mitra yang akan beroperasi. Para mitra ini tidak hanya dilengkapi oleh seragam dan topi, tapi juga dibekali pelatihan keamanan, keselamatan, dan penggunaan aplikasi.
“Dalam waktu dekat akan bertambah 40 orang menjadi 100 mitra dan akan terus bertambah,” kata Ridzki.
Oh, ya. Pemesanan GrabBajay dapat dilakukan di sejumlah wilayah seperti sekitar Kota Tua, ITC Mangga Dua, Stasiun Mangga Besar, Stasiun Sawah Besar, dan Pasar Baroe. Wilayah tersebut dipilih karena dianggap sebagai pemukiman yang cukup padat beserta pusat kegiatan ekonomi dan pariwisata yang sibuk.
Selain memerlukan pelatihan mengenai destinasi pariwisata, pelatihan bahasa asing kepada para mitra GrabBajay juga dinilai perlu. “Pelatihan bahasa asing memang diperlukan, tapi waktunya tidak singkat. Untuk itu, Grab telah menyiasati dengan aplikasi chat yang akan digunakan sepanjang perjalanan. Aplikasi chat ini sudah dilengkapai terjemahan untuk berkomunikasi,” ujar Ridzki.
Yang pasti, layanan digital moda transportasi lokal ikonik tidak hanya tersedia di Jakarta, tapi juga GrabBentor di Medan dan GrabBentor di Gorontalo.
Baca Juga: Teknologi Digital, Sebuah Keharusan di Dunia Pariwisata
“Kami juga melihat potensi untuk membuka moda ikonik di daerah lain misal andong di Yogyakarta. Tapi yang saat ini sedang direncanakan adalah kemungkinan kerja sama pembuatan paket-paket wisata menggunakan bajay untuk wisatawan. Misal, keliling kota tua sejam menggunakan bajay,” ujar Ridzki.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, pada April 2019 terdapat sekitar 1,3 juta kunjungan wisman ke Indonesia. Angka ini meningkat 0,11 persen dibanding April 2018.
Dengan sekitar 11.000 bajay di Jakarta yang digunakan mengunjungi sejumlah destinasi ikonik, peningkatan kualitas transportasi lokal berpotensi menambah daya tarik destinasi pariwisata.
Selain bertambahnya solusi transportasi unik, cepat, nyaman, dan dengan harga terjangkau (Rp3000/km), bajay yang diintegrasikan dengan teknologi fitur GrabBajay dapat memberikan dampak ekonomi baik bagi mitra pengemudi, pemilik bajay, maupun masyarakat di sekitar destinasi pariwisata.
Bisakah gagasan unik ini mewujudkan hal postif bagi dunia pariwisata? Apalagi bukan rahasia umum lagi kalau pengemudi bajaj suka nyelonong tidak karuan. Belum lagi kalau bicara soal etika. Nampaknya Kemenpar dan Grab punya tugas berat.
Ismail Sidik