Sari Nektar Lontar Pesaing Madu Hewani dengan Multi Manfaat

Travelounge

Sari Nektar Lontar Pesaing Madu Hewani dengan Multi Manfaat

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA –  Ini baru hebat. Sari Nektar Lontar merupakan pesaing madu hewani dengan multi manfaat. Produk asli anak bangsa ini menjadi juara pertama dalam acara UKM Pangan Awards 2019. Bisa dikonsumsi kaum vegan hingga pengidap diabetes.

Sari Nektar Lontar yang di produkai UD. Esensi Alam Raya, Denpasar, Bali menggondol penghargaan kategori khusus inovasi pangan baru.

Sejatinya penghargaan yang diberikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita adalah salah satu cara  Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam mendorong UKM Indonesia go internasional. Tentu saja dengan mengekspor produk-produknya ke mancanegara.

“Kami sangat senang dan bangga karena produk inovasi kami meraih penghargaan pertama. Kami berharap  Sari Nektar Lontar yang kami produksi jadi kebutuhan masyarakat. Selain itu dengan award ini juga semoga  jalan untuk go internasional makin terbuka lebar,” ujar Ricky Wibowo, pendiri UD.Esensi Alam Raya.

Sari Nektar Lontar punya kelebihan dari madu hewani, yakni  rasanya yang tidak terlalu manis, tidak berwarna pekat dan ada rasa sedikit asam yang menyegarkan. Karena berasal dari Pohon  Nira, kaum vegan dan penderita diabetes pun bisa menikmatinya. Untuk menjaga kesehatan sangat dianjurkan. Wajar bila Sari Nektar Lontar meraih juara pertama.

Ricky Wibowo dari UD. Alam Raya yang menggagasnya menguraikan muasal penemuannya itu. Awalnya karena rasa iseng lalu berpikir. Saat itu di Surabaya ada minuman namanya Legen Siwalan. Awalnya hanya tertarik gimana caranya minuman itu tidak fermentasi. Dari situ kemudian berlanjut dengan penelitian dengan menggunakan Nira sebagai bahan dasar peneitian.

Nah, selama 1,5 tahun ia dan teman-temannya terus melakukan penelitian dan uji coba. ” Awalnya memang belum sempurna. Warna dan rasanya  masih berubah.  Kalau sekarang kualitasnya sudah sempurna. Baik dari warna maupun rasanya. Pokoknya sangat bagus dan baik untuk kesehatan,”  tandas Ricky.

Ia melanjutkan, menurutnya produknya itu disebut sebagai produk megan. Nutrisi
nya tidak kalah sengan madu. Bahkan melebihi. Karena dihasilkan dari nira, kaum vegan nyaman- nyaman saja mengkonsumsinya.

Baca Juga: 10 UKM Kuliner Raih Pangan Award 2019

“Kami membranding sebagai madu vegan. Ini alternatif untuk orang vegan yang  ingin memgkonsumsi madu. Apalagi nutrisinya tidak kalah dari madu yang berasal dari hewani. Sari Nektar ini dari rasa, kekentalan memang sangat mirip dengan madu,” jelas Ricky lagi.

Sari Nektar Lontar bisa sebagai natural sweetener atau pemanis yang benar benar alami. Jadi aplikasinya bisa kebanyak hal. Bisa dikonsumsi langsung seperti madu tawon. Bisa untuk minuman, seperti minuman herbal atau pemanis jamu serta makanan. ” Banyak restoran di Bali mwnggunakannya untuk vegan cake atau vegan food,” imbuhnya.

Berasal dari Pohon Lontar. Kalau di Jawa namanya Siwalan. Di Madura namanya Tal. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Asia Selatan dan Asia tenggara. Pohon ini merupakan tanaman yang panjang umur, dan mampu tumbuh hingga umur 100 tahun lebih dan akan berbuah sekitar 20 tahun.

Lontar merupakan pohon yang masuk dalam jenis pohon palma. Tanaman ini memiliki batang yang kokoh kuat, yang tumbuh hingga ketinggian 15 sampai 30 m. Pohon siwalan atau lontar berbatang tunggal, biasanya batangnya berdiameter sekitar 60 cm.

“Proses pembuatannya, Nira yang baru disadap, yang masih manis dan belum fermentasi harus langsung diolah. Tidak boleh menunggu terlalu lama karena kadar gulanya bisa turun. Lalu kadar alkohol bisa makin tinggi. Setelah itu ada proses evaporasi (proses perubahan molekul) dengan  teknik dan alat alat yang kita depeloved sendiri sampai kekentalan tertentu,” urai Ricky.

Untuk kekentalan, lanjut Ricky, menggunakan standar Brix dengan alat refraktometer (yang digunakan untuk mengukur kadar/konsentrasi bahan terlarut berdasarkan indeks biasnya).  Berkisar antara 71 hingga 73 brix.  Sebab kalau kekentalannya kurang bisa fermentasi. Durasi waktu yang dibutuhkan sekitar 16 sampai 20 jam.

Ismail Sidik

Berbagi: