TRAVELOUNGE.CO I NIAS – Puluhan pelompat batu (hombo batu) asal Nias beratraksi dalam pembukaan Ya’ahowu Nias Festival 2019 di di Lapangan Tetesua, Sirombu, Kab Nias Barat (16/11/2019). Atraksi lompat batu itu sendiri dilakukan setelah tarian kolosal yang dibawakan oleh 500 penari.
Patut diketahui, atraksi lompat batu kolosal ini memang menjadi momen yang paling ditunggu penonton. Sajiannya menjadi sangat menarik karena lompat batu dilakukan lepas tarian kolosal yang dibawakan ratusan pelajar dari empat Kabupaten di Nias.
Jadi, begitu para pelompat beraksi, suasana disekitaraan arena festival menjadi benar-benar meriah dan heboh. Puluhan pelompat melakukan aksinya secara beruntun. Support dan tepukan penonton kerap membahana lepas mereka meloncati batu buatan setinggi 2 meter lebih.
Menurut Bupati Kabupaten Nias Barat Faduhusi Daely, S.Pd, atraksi berkelas harus diberikan untuk meramaikan festival sekaligus juga untuk memenuhi target kunjungan wisatawan.
“Kita bangga karena Ya’ahowu Nias Festival bisa kembali digelar. Dan kini Nias Barat yang dipercaya menjadi tuan rumah. Dan kita juga bangga karena festival ini sudah masuk dalam 100 Calendar of Event Kementerian Pariwisata, ” jelasnya.
Untuk pencapaian itu, beragam agenda juga siap digelar untuk memanjakan wisatawan yang hadir di Nias. “Kita punya agenda budaya dari empat kabupaten dan lima kota di Pulau Nias. Ada sport tourism, dan lainnya. Kita berharap agenda yang sudah kita siapkan bisa menarik minat wisatawan. Baik wisatawan mancanegara maupun nusantara,” kata Feduhusi lagi.
Dia menegaskan jika festival ini sekarang bukan hanya milik masyarakat Nias tapi milik nasional.
“Ini bukan pesta khusus Nias saja. Tapi sudah berskala nasional. Berarti ini menjadi tanggung jawab bersama. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih ke kementerian yang telah membantu pelaksanaan event ini,” tuturnya.
Kemenparekraf yang diwakili Fitri Rusyanti, Staf Pemasaran I, Reg I, memuji pelaksanaan dan kemeriahan Ya’ahowu Nias Festival 2019.
Baca Juga: Ya’ahowu Nias Festival 2019 Bikin Nias Kian Memesona
“Seni dan budaya yang ada di Pulau Nias disajikan dengan sangat baik. Jelas ini menjadi daya tarik luar biasa buat wisatawan. Khususnya wisatawan mancanegara. Sebab atraksi budaya seperti ini tidak sering mereka jumpai,” jelas Fitri.
Lanjutnya, “Wisman maupun Wisnus sangat antusias menyaksikan atraksi budaya yang ditampilkan. Ini sangat luar biasa. Budaya yang ditampilkan lengkap, dari seluruh kabupaten dan kota di Kepulauan Nias. Apalagi budaya lompat batu juga ditampilkan berbarengan tari kolosal”.
Masyarakat Nias menyebut olah raga tradisional ini dengan istilah “hombo batu” atau “fahombo.” Tradisi Nenek Moyang Nias Selatan, kata ‘hombo’ berarti “lompati” dan ‘batu’ artinya batu. Sedangkan, ‘fahombo’ berarti “melompati”.
Lompat Batu adalah salah satu tradisi yang berasal dari Nias, Sumatera Utara. Tradisi ini biasanya dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter dan setebal 40 cm untuk menunjukan bahwa mereka sudah pantas untuk dianggap dewasa secara fisik.
Tradisi Lompat Batu ini merupakan salah satu tradisi yang cukup terkenal di Nias. Selain ditampilkan sebagai acara adat, Tradisi Lompat Batu ini juga bisa menjadi pertunjukan yang menarik, khususnya bagi para wisatawan yang datang ke sana.
Sejatinya tadisi Lompat Batu ini sudah dilakukan sejak zaman baheula. Menurut sejarahnya, Tradisi Lompat Batu ini muncul karena kebiasaan masyarakat saat perang suku yang pernah terjadi di Nias. Konon pada saat itu, setiap kampung yang berperang mempunyai bentengnya masing-masing untuk menjaga wilayah mereka. Sehingga untuk menyerang, dibutuhkan kekuatan khusus untuk melompati benteng tersebut.
Tradisi ini kemudian berkembang menjadi ritual atau media bagi para pemuda untuk menunjukan bahwa dia sudah dewasa. Namun perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak dilakukan semua masyarakat Nias, dan hanya dilakukan oleh kampung-kampung tertentu saja. Walaupun begitu, karena keunikannya Tradisi Lompat Batu ini mulai dikenal masyarakat luas dan menjadi symbol budaya bagi masyarakat Nias.
Ismail Sidik