TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Gencarnya pemberitaan wabah Covid 19 di Indonesia berdampak langsung pada stakeholder pariwisata. Belum lagi hoax virus corona yang susul menyusul. Laporan terakhir setidaknya ada ratusan hoax soal wabah ini. Patriot 38 menyayangkan pemberitaannya lebih seram dari realitasnya dan berdampak negatif bagi pariwisata.
Fenomena ini membuat Patriot 38 resah karena menghajar langsung aktivitas dan bisnis mereka. Karena itulah Patriot menurun kan kebijakan agar para anggota yang sedang bertraveling melakukan live repot di destinasi yang mereka datangi. Tujuannya agar masyarakat mendapat info ril mengenai situasi dan kondisi – khususnya yang berkaitan dengan pariwisata – di destinasi tertuju.
Ya, secara bersamaan anggota Patriot 38 menshare vidio traveling mereka di pelbagai destinasi di wilayah di Eropa, semisal Praha, Budapest, Italia, Jerman serta beberapa negara lainnya dalam kurun waktu yang sama, yakni medio Maret 2020. Ini sebuah upaya untuk mengcounter berita menyeramkan efek wabah virus corona.
“Kami tergerak membuat vidio itu karena sejujurnya bagi kami yang di industri pariwisata awal-awanya ikut was-was akibat wabah virus corona dari pemberitaan media. Apalagi ketika Indonesia juga diberitakan positif terkena wabah itu. Tapi kami melihat pemberitaan makin lama kok makin gencar dan malah memberikan rasa takut. Padahal kita cek and ricek ke partner partner kita yang ada di pelbagai negara, di luar destinasi di negara Cina dan Korea yang lebih ekstream saat ini, faktanya tidak seperti itu (menyeramkan),” tandas Santoso Jantuna, Ketua Patriot 38 kala disambangi travelounge di basecampnya disekitaran Pecenongan.
Santoso melanjutkan, Patriot lebih yakin lagi setelah member Patriot bertraveling dengan mambawa rombongannya masing masing memberikan live report, mengabarkan dengan apa adanya. Baik itu suasananya, kesehariannya, dunia belanjanya, pariwisatanya, keramaiannya semuanya dalam keadaan yang normal. Yang ternyata berbeda sekali dengan pemberitaan yang selama ini diangkat media. Terutama medfia sosial.
“Itu tidak berarti kami mengabaikan warning-warning dan sebagainya. Bukan seperti itu maksudnya. Tapi kami yakin konsumen kita juga jeli kok. Maksudnya, kita hanya mencoba membuat sebuah kabar yang memotivasi untuk bertraveling. Tapi kembali lagi, semua keputusan ada di tangan konsumen. Kita hanya meluruskan saja. Karena animo untuk berangkat itu sebetulnya tetap ada, baik untuk membeli barang atau ke pameran tertentu. Tapi memang ada yang menunda keberangkatan karena memang tidak mendapatkan informasi yang sahih dari lapangan,” kilah Santoso.
Itu bisa dimaklumi karena menurutnya, hal itu ditambah lagi dengan gencarnya pemberitaan selama 24 jam yang bisa saja membuat mereka ragu untuk bertraveling. Nah, dengan adanya vidio yang diviralkan member Patriot, masyarakat jadi punya pembanding informasi yang sahih. Karna dari vido itu, mereka melihat semuanya masih berjalan normal. Tdak ada kepanikan rush dimana mana.
“Uniknya lagi, kala Tour Leader (TO) menyiapkan masker dan sebagainya, sampai disana malah tidak dipakai. Mereka berpendapat tujuan pemakaian masker itu untuk orang yang sakit. Nah kita karena phobia lalu memakai masker itu. Akibatnya orang disana malah alergi dengan kita. Karena mereka berpikir kita dalam kondisi yang tidak nyaman (tidak sehat). Akhirnya diputuskan untuk melepas masker itu. Karena disana bayi bayi saja bebas diajak berkeliling kok, ” urai Santoso.
Selepas itu semuanya enjoy menikmati suasana. Mereka pun mengabarkan kepada jaringannya kalo disana itu aman dalam arti kata tidak ada kepanikkan. Tempat keramaian di Eropa tidak ada yang tutup. Bahkan di Thailand pun situasinya baik baik saja.
Baca Juga: InterContinental Hotels & Resorts Ungkap Pengalaman Multi-indera Terbaik di Tujuh Kota Dunia
“Ini yang coba kita luruskan supaya kesannya tidak hoax. Karena orang disana (Tour Operator) pun jadi ikut terusik dengan pemberitaan gencar yang membuat phobia. Mereka pun dirugikan dengan pemberitaan yang luar biasa itu,” jelas Santoso.
Dan kenapa Patriot mengungkapkan hal ini, ini bukan semata-mata untuk kepentingan komersil belaka. Tapi ingin mengabarkan situasi yang sebenarnya dan yang aktual dengan bukti bukti di lapangan. Karena komunitas Patriot 38 adalah komunitas profesi Tour Leader terbesar di Indonesia. Jadi tiap bulan anggotanya ada dimana mana. Dan mereka rajin memberikan live report yang dikunjungi, yang ternyata baik baik saja.
Tapi bila seminggu ke depan tiba tiba ada penutupan di satu negara, itu diluar daya mereka semua. Yang jelas, Patriot menyampaikan fakta lapangan seperti itu.
“Seperti yang sekarang di terapkan di Itali. Tapi itukan baru beberapa hari ini. Dan perlu di ketahui Itali itu kan besar. Tidak semua kota kota di Itali yang seperti itu. Lihat saja kemarin laga MU (Manchaster United) stadion penuh dan mereka tidak menggunakan masker. Jadi kalo kita pakai masker disana mereka malah alergi,” urainya lagi.
Menurutnya, di bandara pun biasa saja. Logikanya, orang yang paling rentan adalah pramugari dan pramugara yang melayani orang dari pelbagai dunia. Dalam satu kurungan pesawat, berinterksi dengan orang dari banyak negara. Faktanya mereka tidak menggunakan masker. Penumpang pun tidak bermasker. Juga ketika transit di suatu negara, seperti Qatar dan Abu Dhabi. Faktanya di bandaranyapun orang tidak bermasker.
Tapi ini tidak diartikan bahwa mereka mengabaikan hal itu. Sebab, realitasnya memang terjadi penurunan keberangkatan. Dan menurutnya, hal ini efek dari pemberitaan gencar yang menyeramkan itu. Termasuk juga komentar-komentar buruk orang dari travel sendiri di medsos pribadinya, yang membuat orang malah jadi phobia. Padahal kan faktanya tidak seburuk itu karena mereka orang lapangan bukan orang di belakang meja. Mereka beredar dimana mana di pelbagai negara dan kontak langsung dengan TO sehingga situasi ril bisa digapai.
Imbuhnya lagi, seharusnya sekarang ini sudah memasuki masa peaks karena akan memasuki musim semi baik di Eropa mau pun Jepang. Baik karena bunga sakura mau pun tulip. Tapi apa boleh buat, karena pemberitaan ini semua menjadi turun. Turis utama memang China. Rating tertinggi itu memang dari China. Setidaknya sekitar 100 juta penduduk China traveling dalam setiap tahunnya. Ketiadaan mereka pasti sangat mengguncang sekali. Termasuk di pusat pembelanjaan karena mereka terkenal sebagai orang orang yang konsumtif.
“Mereka itu pelancong sekaligus juga pembeli. Dengan adanya pemberitaan gencar soal wabah covid 19 terjadi penurunan sekitar 35% keberangkatan. Seharusnya sekarang sampai bulan 5 itu peaks. Tapi penurunan lebih banyak dari korporasi. Perusahaan perusahaan yang memberikan insentif. Ini yang banyak membatalkan perjalanan karena mereka korporasi bisa saja mereka mendapat dorongan dari klien-klien mereka sendiri untuk ragu berangkat, sehingga mereka menunda atau membatalkan perjalanan,” kata Santoso.
Pembatalan atau penundaan tentu saja mendatangkan konsekuensi. Sebab selagi satu negara tidak menutup diri atau satu airlines menutup satu rute, pembatalan itu akan ada konsekuensinya, yakni membayar pinalti. Tapi ini tidak berarti industri travel mengambil keuntungan karena memang harus ada yang menanggung pinalti. Ini juga sebagaimana pertimbangan dari pelbagai pihak.
“Sejatinya klien-klien ini yang menentukan berangkat atau tidaknya. Baik klien umum atau korporasi. Kita cuma memberikan informasi yang benar dan keputusannya di kembalikan ke mereka. Pasti mereka akan mencerna dengan benar, mana berita yang benar dan yang hoax. Dengan kita kirim vidio vidio itu mereka jadi tambah yakin untuk berangkat. Ini karna kami memvidiokan sesuatu yang ril,” jelas Santoso
Akan halnya Adrian Halim, Managing Director FUN HOLIDAY, anggota senior Patriot 38, memang banyak industri travel yang terganggu dengan pemberitaan seram soal wabah Covid 19. Mereka yang di luar negeri pun di buat pusing dan mereka biang kondisinya tidak seperti itu. Seolah olah satu negara di hajar corona. Nah ini lah yang harus di luruskan. Penurunan itu merupakan efek dari pemberitaan. Mereka paranoid karena di gempur oleh berita berita itu.
Baca Juga: Menparekraf Siapkan Prosedur Khusus Keamanan dan Keselamatan Wisatawan
“Sebetulnya kalau untuk orang Indonesia kasus wabah corona ini tidak setakut yang di gambarkan sekarang ini. Cuma media saja yang mengeksploitasinya terlalu besar. Karena berdasarkan kenyataannya, disana situasinya biasa saja kok. Tidak seekstrim yang di gambaran disini. Bandara pun normal. Saya sendiri akan berangkat tanggal 24 ini,” cetus Adrian.
Karena banyaknya berita yang simpang siur. Mana yang benar mana yang hoax susah di pilahnya. Karna itu Patriot 38 menghimbau agar anggota tidak memposting berita atau gambar yang bikin gaduh. Jangan membuat statement yang bukan kewenangannya.
“Kan lucu ada orang beli dagangan buat jualan malah dibilang aksi borong sembako. Karena kepanikkan disebar. Akibatnya semakin bikin gaduh. Terjadi terus. Apalagi gambarnya sampai ke luar negeri. Tambah repot kalau sudah begitu,” pungkas Adrian.
Ismail Sidik