TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Program Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS) menjadi bahan baku energi kerakyatan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, yang diharapkan akan membantu mewujudkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.
Realisasi TOSS di Kabupaten Ende akan menjadi solusi dari permasalahan sampah di Ende yang didominasi sampah biomassa seperti daun, ranting, rumput, limbah perkebunan, limbah pertanian, dan sampah organik lainnya. Produk dari olahan TOSS akan digunakan sebagai bahan baku co-firing pada PLTU Ropa, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga dimana masyarakat Ende sebelumnya banyak menggunakan minyak tanah dan kayu bakar.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di acara “Virtual Talkshow Kick Off Continuous Run Cofiring di PLTU ROPA dan Wisata Energi Bersih di Kabupaten Ende”, Jumat (25/6), mengatakan, program yang merupakan hasil kolaborasi antara Pemkab Ende, PT PTL (Persero) UPK Flores, Comestoarra.com, serta organisasi nirlaba Acil ini akan meningkatkan kualitas serta keberlanjutan lingkungan yang menjadi tujuan utama dari pengembangan pariwisata Indonesia ke depan.
“Kami sangat support karena pariwisata yang berkualitas, pariwisata era baru pascapandemi adalah pariwisata yang mengutamakan cleanliness, health, safety and environmental sustainability_. Kita ingin dorong kelestarian, keberlanjutan lingkungan, dan juga keramahan lingkungan,” kata Menparekraf Sandiaga Uno.
Kehadiran produk dari TOSS dipastikan akan memperkuat Ende sebagai daerah tujuan pariwisata nasional bahkan internasional. Kemenparekraf mencatat, di Ende terdapat 108 daya tarik wisata dengan 64 wisata alam yang diantaranya adalah destinasi kelas dunia Danau Kelimutu serta pantai, gunung, dan danau lainnya. Selain itu terdapat 31 wisata budaya dan 13 wisata buatan termasuk wisata sejarah.
BACA JUGA: Menparekraf Dukung Pengemasan Cerita Event Melalui Program ‘Spirit of Indonesia’
“Mari kita dorong terus hadirnya quality and sustainable tourism tidak hanya di Ende, tapi seluruh Indonesia sebagai bagian dari konsep pariwisata era baru yang personalize, customize, localize, and smaller in size,” kata Menparekraf Sandiaga.
“Kita ingin menghadirkan kenangan bagi wisatawan bahwa Indonesia sangat mengedepankan aspek-aspek kelestarian lingkungan dan ekowisata, juga pariwisata berbasis budaya dan lingkungan yang akan semakin berkembang ke depan. Mari terus lakukan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi, kita terus hadirkan energi baru dan terbarukan,” kata Sandiaga.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf Frans Teguh; Staf Ahli Kemendagri Hamdani; Dirjen PSLB3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati; serta Bupati Ende Djafar H. Achmad.
Dirjen PSLB3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan hal ini menjadi kesempatan emas bagi Pemerintah Kabupaten Ende untuk menunjukkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia bahwa Ende memiliki inisiatif bagaimana mengelola sampah dengan lebih baik sehingga dapat memberikan dampak yang besar bagi pariwisata.
“KLHK sangat mendukung dukung program ini dan semoga bisa berjalan dengan baik. Sampah bersih, pariwisata akan meningkat. RDF komunal TOSS diharapkan dapat jadi contoh di seluruh Indonesia,” kata Vivien.
Bupati Ende Djafar H. Achmad mengungkapkan, pelaksanaan program TOSS ini merupakan bagian dari upaya terobosan Pemerintah bersama dengan beberapa pihak untuk menyikapi permasalahan di Ende yang berkaitan dengan lingkungan dan masalah sampah.
“Realisasi dari TOSS di Kabupaten Ende ini menjadi solusi permasalahan yang didominasi oleh sampah biomassa seperti daun, ranting, rumput, limbah perkebunan, limbah pertanian, dan sampah organik lainnya,” kata Djafar.
(Ismail Sidik Sahib)