Sambut Hari Film Nasional 2022, Yayasan PPHUI dan Organisasi Perfilman Adakan Serangkaian Kegiatan Bersama

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Sambut Hari Film Nasional (HFN) 2022, Yayasan PPHUI dan Organisasi Perfilman mengadakan serangkaian kegiatan bersama. HFN diperingati setiap 30 Maret.

Tanggal tersebut diambil dari pertama syuting film Darah dan Doa, karya Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail pada 1950 silam.

HFN 2022 yang mengambil tema ‘Melalui Peringatan Hari Film Nasional Kita Ingin Menjadikan Film Indonesia Sebagai Pagar Budaya Bangsa’. Peringatan dimeriahkan dengan serangkaian kegiatan perfilman.
Berbeda dari tahun sebelumnya, HFN 2022 ini digelar oleh Organisasi perfilman yang berkantor di Gedung PPHUI (Pusat Perfilman Usmar Ismail) dengan membentuk kepanitiaan bersama serta melakukan serangkaian kegiatan selama 3 hari, sejak 28 – 30 Maret 2022.

Kegiatan Bersama atau kepanitiaan bersama yang melibatkan seluruh organisasi perfilman yang berkantor di PPHUI dalam memperingati Hari Film Nasional ini baru pertama kalinya digelar. Kerja kolektif ini kemudian akan dipertahankan untuk kegiatan HFN di tahun-tahun berikutnya. Hal ini ditegaskan Ketua Pelaksana HFN 2022, H. Sonny Pudjisasono pada acara jumpa pers di Gedung PPHUI, Senin (28/3/2022).

“Kami sengaja merajut semua organisasi perfilman yang ada, agar gedung pusat perfilman ini benar-benar sebagai pusat aktivitas semua kegiatan perfilman nasional, atau sebagi epicentrum kegiatan perfilman di Indonesia,” ujar Sonny.

BACA JUGA : Fariz RM dan Keenan Nasution Dapatkan Royalty Dari LMK Pelari Nusantara

Berbagai organisasi perfilman, baik yang berkantor di Gedung PPHUI, seperti Yayasan PPHUI, PPFI, PWI Seksi Film dan Musik, Parfi, Sinematek, Senaki, KFT, maupun di luar Gedung PPHUI, yakni LSF dan PFN, semuanya sepakat ingin menjadikan Gedung PPHUI sebagai Pagar Budaya terhadap Perfilman Nasional.
Menurut Sonny, Berbagai hal ikut mempengaruhi perkembangan perfilman nasional, ditambah dengan hajatan besar G 20 dimana Indonesia sebagai tuan rumah.

Suka atau tidak suka Indonesia akan menjadi ajang bagi seluruh kebudayaan dari negara para anggota G20. Nah, kalau kita tidak memfilter, atau minimal tidak ada banding maka identitas budaya kita akan meredup dan hilang.

“Oleh karena itu, saya ingin menjadikan Gedung Perfilman menjaga marwah itu. Ini sejalan dengan apa yang kita perjuangkan selama 3 tahun untuk gelar Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail menjadi pahlawan nasional pada 202,” urai Sonny.

Melengkapi gelar pahlawan tersebut panitia HFN juga menggagas pembangunan Situs Peringatan Hari Film Nasional yang peletakan batu pertama di halaman Gedung PPHUI pada 30 Maret 2022 pukul 13.00 WIB.
Pembangunan situs dimaksudkan sebagai pengingat bagi generasi muda, para sineas muda dan kaum milenial, agar tidak kehilangan jati dirinya bahwa mereka adalah kelanjutan dari apa yang dilakukan para sineas sebelumnya.

“Monumen ini untuuk mengingatkan bahwa Hari Film Nasional, diambil dari sejarah perfilman, yakni hari pertama syuting film Darah dan Doa di Jalan Braga pada 1950. Kebetulan perjuangan untuk menjadi hari film diperingati pada 30 Maret 1950 juga berangkat dari Gedung Perfilman ini. Apalagi sekarang adanya perubahan digitalisasi, supaya tidak menghilangkan makna atau memutus sejarah perfilman itu sendiri,” ujar Sonny menambahkan.

Selama tiga hari HFN 2022 akan diisi dengan serangkaian kegiatan, diantaranya diskusi film, apresiasi film, pemutaran film dan masih banyak lagi. Sonny memisalkan pada 28 Maret 2022, ada pemutaran film Enam Jam di Djogja, garapan sutradara Usmar Ismail pada 1951.

“Ketika itu belum ada intervensi politik dari pihak manapun,” ujar Sonny yang menginginkan Gedung PPHUI sebagai tempat arsip sejarah perfilman.

Menurut Sonny, Gedung PPHUI merupakan satu-satunya situs sejarah perfilman yang masih berdiri tegak dikelola oleh swasta mandiri, yakni Yayasan Pusat Perfilman bersana masyarakat perfilman.

“Saya sebagai pimpinan Yayasan Pusat Perfilman ingin menjadikan Gedung Perfilman ini sebagai Pagar budaya perfilman. Saya ingin menjaga perfilman Indonesia di tengah infiltrasi budaya dari luar,” pungkasnya.

( Ismail Sidik Sahib )

Berbagi: