TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Lagi lagi demi menggapai target 20 juta wisman, dalam Rapat Kerja Teknis Pra Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2018, Kemenpar juga menggulirkan program keren, Nomadic Tourism; solusi sementara sebagai solusi selamanya.
Kunci kesuksesan pengembangan destinasi wisata adalah 3A : atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Namun, melengkapi tiga komponen ini bukanlah pekerjaan yang mudah.
Menurut Menpar, Arief Yahya, untuk merealisasikan Nomadic Tourism, Kemenpar akan menjadikan kawasan wisata Danau Toba sebagai pilot project dan ditargetkan untuk ground breaking pada 2 April 2018. Destinasi selanjutnya yang akan menyusul yakni Borobudur, Labuan Bajo, Wakatobi dan Raja Ampat.
Menpar mengatakan bahwa untuk memenuhi target 20 juta wisman, perlu dibuat akomodasi yang bisa berpindah-pindah. Misalnya, Danau Toba. Dari sisi atraksi, tidak dapat diragukan dan sudah dikategorikan sebagai destinasi wisata kelas dunia. Gelar yang disandangnya sebagai danau vulkanik terbesar didunia atau sering disebut super volcano caldera.
Dari sisi aksesibilitas, progress-nya bagus antara lain dengan adanya Bandara Silangit yang telah ditetapkan sebagai bandara internasional. “Namun, selalu tertinggal kalau kita bicara mengenai amenitas seperti hotel, resort, atau kafe,” urai Arief Yahya.
Realitasnya untuk mengembangkan amenitas memang kita harus menunggu aksesibilitas. Celakanya, imbuh Menpar, setelah aksesibilitas seperti bandara dan jalan terbangun, kita masih butuh waktu 4-5 tahun untuk membangun hotel berbintang. Sementara target 20 juta wisman sudah di depan mata.
”Nah, solusinya adalah Nomadic Accomodation. Solusi tercepatnya adalah dengan membangun amenitas (akomodasi) yang sifatnya bisa dipindah-pindah. Bentuknya bermacam-macam. Akomodasi yang paling mobile adalah karavan, hotel di atas mobil, atau bisa kita sebut hotel mobil,” katanya lagi.
‘Kelebihan lainnya, hotel karavan ini bisa berpindah harian atau mingguan, guna mencari spot-spot terindah di destinasi wisata,” pungkas Menpar.
Ismail Sidik Sahib