Akhirnya, Panembahan Reso, Karya Besar WS Rendra Kembali Dipanggungkan

Akhirnya, Panembahan Reso, Karya Besar WS Rendra Kembali Dipanggungkan

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Tiga puluh tiga tahun lalu, WS.Rendra memanggungkan karya kolosalnya, Panembahan Reso, di Istora Senayan, Jakarta. Tentu saja pementasan itu tidak mudah dilakukan mengingat rezim saat itu sangat represif dalam segala hal. Apalagi yang berbau politik dan kekuasaan.

Pertunjukan Panembahan Reso saat itu menjadi oase ditengah cengkraman kekuasaan rezim yang maha sakti. Sungguh, ini bukan cuma sekedar menikmati pertunjukan seni teater. Lebih daripada itu, seolah menjadi perlawanan kecil terhadap hegemoni kekuasaan.

Nah, karya besar dan monumental dari Wahyu Sulaeman Rendra ini bakal dipentas ulang pada 19 dan 20 Desember 2019 di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Pada 1986, lakon Panembahan Reso pernah dipentaskan selama tujuh jam di Istora Senayan, Jakarta. Selama dua hari, pementasan itu disaksikan sekitar 15.000 penonton. Sekian kurun kemudian belum ada lagi kelompok teater yang mementaskan lakon ini. Mungkin karena durasinya yang panjang itu. Bisa jadi juga karena membutuhkan jumlah pemain yang tidak sedikit.

Nah, atas dasar tersebut, BWCF Society, GenPI.co, dan Ken Zuraida Project selaku penyelenggara menganggap naskah ini masih sangat aktual dipentaskan untuk masa kini dengan sutradara Hanindawan.

Dalam pertunjukan ini sutradara pementasan Hanindawan bakal dibantu asisten sutradara Sosiawan Leak. Pementasan ini juga didukung para seniman yang mumpuni, seperti: Dedek Wahyudi (penata musik), Hartati (penata tari/koreografer), Hardiman Radjab (penata artistik/skenografer), Retno Damayanti (penata busana/kostum) dan Sugeng Yeah (penata lampu). Sebagai konsultan pertunjukan tercatat Ken Zuraida, Edi Haryono, Iwan Burnani Toni, dan Bambang Bujono. Mereka adalah pentolan-pentolan Bengkel Teater Rendra.

Mereka yang akan terlibat dalam pementasan Panembahan Reso ini adalah gabungan produser dan seniman teater dari Solo, Yogyakarta, dan Jakarta. Di jajaran produser adalah Auri Jaya, Seno Joko Suyono, dan Imran Hasibuan. Serta pimpinan produksi Yessy Apriati.

Karya Rendra digelar untuk memperingati 1 dekade wafatnya sang maestro. Panembahan Reso dianggap mampu mengangkat subsesi kehidupan masyarakat jaman dulu dan sekarang.

Ken Zuraida menyebut naskah ini merupakan mahakarya WS Rendra untuk bangsa. Panembahan Reso dinilai mampu membedah secara dalam watak dan psikologi seorang pemimpin yang telah kehilangan kontrol terhadap akal sehat dan terseret ke ilusi-ilusi pribadi.

“Saya kira yang paling kontekstual. Relevansinya kuat dengan keadaaan pada masa itu, situasi sosial politik ekonomi, hukum pada tahun-tahun itu. Lebih kurang dekat lah,” lanjutnya.

Menurut Auri Jaya selaku produser, pertunjukan ini sangat kontekstual.
“Konteks ini masih aktual. Karena itu buat generasi milenial yang menonton pertunjukan ini bisa menginspirasi. Ini tontonan yang sangat bermutu dan menginspirasi,” kata Auri Jaya, salah seorang produser pertunjukan ini, di Bengkel Teater Rendra, Depok, Jumat (26/4).

Hanindaqan pun berpendapat.”Sebagai penafsir, tentu sudah jelas cerita dan tokohnya. Volume memang berbeda tapi tidak mengurangi kualitas. Dramatisasi tetap terjaga, meski durasinya saya potong jadi tiga jam. Supaya tidak ngantuk. Tapi tetap harus ada daya pikat, naskah menarik dan dibuat kekinian,” ujar Hanindawan.

Hanindawan menekankan untuk pementasan teater ini, ia akan melakukan adaptasi karya Barata Yudha. Cara tersebut untuk memantapkan unsur cerita yang penuh dengan perebutan kekuasaan namun dikemas melalui pendekatan masa kini.

“Kita menggunakan atmosfer Barata Yudha, yakni cara mendapatkan kekuasaan. Intrik siasat memunculkan nafsu keangakara murkaan untuk mendapatkan kekuasaan. Saya kira ini bisa menjadi refleksi bagi bangsa,” imbuhnya.

Sejumlah artis dan pemain teater akan berperan dalam pementasan Panembahan Reso. Mereka adalah Whani Darmawan, Sha Ine Febriyanti, Gigok Anuraga, Djarot Budi Darsono, Kodok Ibnu Sukodok, Meong Purwanto, Dedek Witranto, Maryam Supraba, Sruti Respati, Ruth Mariani, Ucie Sucita dan Dimas Danang.

“Saya kaget karena pertunjukan sebesar ini milih saya. Dulu saya memang mengikuti karya Rendra. Beberapa puisinya saya dengar dari kecil,” ujar Danang yang sebelumnya dikenal sebagai komika.

Lain halnya dengan pedangdut, Ucie Sucita. “Ini pengalaman pertama saya. Anugerah karena bisa bergabung sama pemain teater dan sutradara yang keren banget. Apalagi memainkan karya Rendra yang legendaris,” kata Ucie Sucita mengenai keterlibatannya dalam pertunjukan ini.

Panembahan Reso merupakan karya Rendra yang merefleksikan bagaimana di suatu pemerintahan terjadi perebutan kekuasaan yang diraih dengan cara-cara licik dan penuh darah. Demi kekuasaan, anak-istri, saudara dan sahabat pun dikorbankan.

Panembahan Reso sejatinya merupakan epos yang merefleksikan betapa hasrat membabi buta terhadap kekuasaan selalu menimbulkan aspek delusi terhadap seorang pemimpin dan pengikutnya.

Panembahan Reso mampu membedah secara dalam watak dan psikologi seorang pemimpin yang telah kehilangan kontrol terhadap akal sehat dan terseret ke ilusi-ilusi pribadi.

Apakah tokoh tokoh sebagaimana yang ada dalam Panembahan Reso, sekarang ini masih bergentayangan dalam hiruk pikuk kehidupan saat ini?

Akan sangat luar bisa kalau naskah ini di gelar sebelum Pilpres dan Pileg. Pasti akan sangat heboh karena siapapun akan memanfaatkannya dengan ragam multi tafsir.

Ismail Sidik