TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Tambrau nan eksotik, keelokannya tak terbilang kata. Alam, seni dan budayanya sungguh penuh pesona yang tiada tara. Kekaguman mudah saja membuncah kala raga kita ada didekatnya. Apalagi Tambrau juga punya seabreg-abreg tradisi budaya adiluhung yang mumpuni hingga membuat orang mudah terpukau. Barapen, misalnya.
Tambrauw nan eksotik punya tradisi kuno, barapen. Tidak sekedar tradisi kuno, melainkan ada segudang kisah keren di baliknya. Tradisi Barapen adalah memasak dengan membakar secara besar-besaran. Tradisi ini biasa dilakukan sebagai simbol dari rasa syukur dan persaudaraan.
Sebagai tambahan, sejatinya mereka adalah para kaum pembuat sagu yang memiliki cinta dan kasih terbesar kepada sesamanya.
Dalam rutinitas putaran waktu yang tak henti, kehidupan dan keseharian masyarakat teramat dekat dan menyatu dengan alam. Kesatuan alam dan masyarakat lebih sering melahirkan kesederhanaan dan kebersahajaan. Kesederhanaan dan apa adanya itulah yang justru mantik penasaran dan keingintahuan.
Sejatinya, buat masyarakat yang tinggal dan bersahabat dengan hutan belantara, boleh jadi jauh dari sentuhan teknologi modern, semisal perkakas elektronik dan teknologi informasi. Mereka bergerak dan bekerja dari apa yang ada disekitaran mereka. Tradisionalis sudah pasti. Baik itu perkakas atau atribut keseharian. Tapi justru karena itu yang menjadikan masyarakat Tambrauw teramat otentik dengan kekhasan dan keunikannya yang mereka miliki, yang merupakan turunan dari moyang moyang mereka terdahulu.
Karena itu sangat menarik rasanya untuk terus mengulik bagaimana mereka bertahan hidup dalam balutan kesederhaan dan dekat dengan alam. Bagi beberapa orang, cara mereka hidup yang penuh kesahajaan dan menjaga keseimbangan hidup dengan alam, menjadi pengingat bahwa apa yang dilakukan manusia kepada alam, suatu saat akan dikembalikan alam lagi bagi manusia.
Buktinya, alam Papua begitu baik bagi masyarakatnya. Kekayaan dan kecantikan ragawi alamnya yang masih asli mengundang banyak orang datang kesana demi memuaskan rasa ingin tahu seperti apa kecantikan alam Papua Barat yang memesona itu.
Tidak hanya itu, budaya Tambrauw yang tiada duanya itu juga mudah memikat hati. Termasuk bagaimana mengekspresikan cinta masyarakat Tambrauw kepada sanak saudara yang kembali pulang setelah lama merantau. Hal inilah yang digariskan dalam tradisi barapen itu.
Mereka adalah kaum pembuat sagu tradisional dan membakar serta menata makanan beramai-ramai dalam satu budaya bernama barapen yang kondang itu. Mereka terbiasa mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok. Bersama ikan kuah kuning, sagu menjelma menjadi salah satu makanan terenak dan hiegienis di dunia.
Di Papua Barat, ada Distrik Werur yang menjadi tempat pembuatan sagu tradisional. Lokasinya dari Distrik Bikar dapat ditempuh dalam waktu 30 menit berjalan kaki. Area yang ditempuh ini sungguh menarik, siapa saja yang mau ke sana harus melewati permukaan tanah basah, rawa-rawa, dan sungai kecil. Menarik bukan? Apalagi panorama sangat luar biasa eloknya.
Di sana, terlihat aktivitas warga yang sedang mengolah sagu dari bahan baku pembuatan sagu yang berasal dari pohon rumbia. Prosesnya pun sangat unik dan asyik diikuti. Pertama, batang pohon rumbia dikuliti. Lalu bagian dalamnya ditempa menggunakan kapak kayu hingga hancur dan membentuk serabut. Selanjutnya, serabut rumbia yang diperoleh lantas dicampur dengan air dan diperas layaknya membuat santan.
Lepas itu akan ada seorang warga yang memeras bubuk bakal sagu tersebut di atas papan. Airnya mengalir melewati pipa kayu, lalu ditampung dalam wadah dan didiamkan beberapa hari. Nantinya, air tersebut akan memgering dan menjadi sagu.
Untuk sagu yang sudah matang, sajian berupa bubuk sagu yang dimasukkan ke bilah-bilah bambu. Sagu itu dibalut dalam sayuran yang disebut sayur gedi yang rasanya seperti daun pepaya. Gedi dimasak dengan sagu tanpa bumbu apapun. Rasanya tawar, tapi tetap terasa segar. Umumnya gedi dan sagu disantap bersama singkong atau kasbi dan ayam hutan yang direbus dalam bilah kayu.
Baca Juga: Natural Alam Tambrauw Memang Selalu Ngangenin
Mengikuti prosesi dan menyantap sagu di alam Papua Barat membuat siapa saja mudah terhanyut. Sagu dan alam Papua Barat terasa begitu menyatu. Wajar bila perpaduan ini membuat orang yang merasakan pengalaman merengkuh kenikmatan ini begitu bahagia. Selalu bersyukur atas segala nikmat yang terlahir dari perpaduan kecantikan alam dan kekayaan kuliner disana.
Oh, ya, ini masih seputar kuliner di Tambrauw yang eksotis. Selain lekat dengan sagu, masyarakat Papua memiliki sebuah tradisi bernama barapen, yakni membakar beberapa jenis makanan untuk disantap bersama. Biasanya, bahan makanan yang digunakan adalah jagung, sayuran, dan beberapa jenis umbi-umbian.
Prosesinya, salah seorang penduduk akan menggali tanah yang selanjutnya disebut sebagai kolam. Lalu dasar kolam ditata dengan beralaskan daun pisang, diatasnya ditata daging, sayuran dan umbi. Kemudian, bagian atasnya kembali ditutup dengan daun pisang.
Selanjutnya, warga mengambil batu yang dibakar hingga berwarna merah dan menjadi bara. Lalu batu diturunkan di atas daun pisang sampai merata, hingga seluruh makanan yang dibungkus daun pisang itu matang.
Semua batu yang akan digunakan untuk memasak, dibakar dalam sebuah lubang yang dibuat di tanah. Teknis dalam memasak dengan Upacara Barapen biasanya dilihat dari panas yang sudah diterima oleh batu.
Ketika batu dirasa sudah panas, maka tumpukan batu akan dibuka sebagian. Lalu semua sayuran dimasukan ke tengah- tengah celah batu yang tadi dibuka dimana daging ditempatkan di tengah- tengah sayuran sebelum celah batu kembali ditutup.
Hebatnya, walaupun dimasak dengan cara yang berbeda dari makanan pada umumnya, makanan yang dimasak dengan cara barapen tetap terasa lezat. Menariknya, lemak daging yang dibakar bersama makanan lain itu pun hilang. Karena, lemaknya terserap ke dalam sayuran.
Tradisi Barapen adalah tradisi yang mengandung filosofi yang mengajarkan bagaimana cara menciptakan dan menguatkan kebersamaan antar sesama manusia di suatu daerah atau suku. Dalam pelaksanaan barapen, seluruh warga yang terlibat melaksanakan seluruh persiapan, proses, hingga upacara makan secara bersama.
Barapen merupakan tradisi tertua yang ada di Papua. Niat dalam pelaksanaannya yakni mengungkap rasa syukur serta merekat persaudaraan.
Barapen biasanya juga dilakukan dalam rangka merayakan sanak saudara yang kembali pulang setelah lama merantau dan sebagai tradisi saat diadakannya upacara kematian. Inilah yang melatarbelakangi, makanan yang disantap dalam barapen biasanya berjumlah besar.
Indah, natural, higienis dan sarat makna. Itulah barapen. Papua memang elok. Indonesia memang super elok. Wonderful Indonesia.
Ismail Sidik