Bisnis Pariwisata NTB Megab Megab, Pemerintah Harus Cepat dan Serius Menangani

Travelounge

Bisnis Pariwisata NTB Megab Megab, Pemerintah Harus Cepat dan Serius Menangani

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Bisnis pariwisata dan pendukungnya pasca Gempa NTB megab-megab tidak karuan. Bahkan sebagian besarnya gulung tikar alias bangkrut. Baik itu perhotelan, kuliner, transportasi, travel dan jasa wisata lainnya. Agar tidak.berlarur-larut, pemerintah daerah dan pusat musti benar-benar serius dan bergerak cepat untuk melakukan pemulihan dan percepatan penanganan untuk menyemarakan kembali pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB).

Hal itu ditandaskan Pemilik de la Sirra Cafe and Resto sekaligus Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Mataram (IKA Unram), Sirra Prayuna. seraya mengatakan tepat saat terjadi gempa pada medio Agustus 2018 dengan kekuatan 7 SR, de la Sirra Cafe and Resto miliknya ia jadikan sebagai posko bantuan bagi warga sekitar yang menjadi korban. Sirra bahkan turun tangan langsung sebagai relawan.

Gempa Lombok dan sekitarnya pada 2018, menurut pelaku dan pemerhati pariwisata ini sangat berdampak bagi seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) di semua aspek bisnis dan ekonomi, termasuk di sektor pariwisata. Menurut Sirra, infrastruktur pariwisata mencakup jalan, gedung perhotelan, gedung restoran dan cafe, transportasi, hingga gedung usaha banyak yang hancur. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat memang sedang berupaya melakukan rekonstruksi ulang dan rehabilitasi. Tetapi hal itu terkesan masih lambat.

Bisnis Pariwisata NTB Megab Megab

Untuk membangun kembali infrastruktur dan fasilitas publik sebagai penunjang utama sektor perekonomian dan pariwisata tentu membutuhkan waktu lama dan perlu kerjasama semua pihak dan stakeholder pariwisata. Percepatan pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik adalah hal yang harus menjadi fokus utama.

Lawyer kondang ini menuturkan, hingga Februari 2019 atau setelah lebih 6 bulan pasca gempa tersebut, banyak pelaku usaha yang gulung tikar karena tidak mampu menutupi biaya operasional. Sirra menuturkan, bila dilihat di berbagai wilayah di NTB maka sangat nyata terjadi penurunan jumlah kedatangan dan keberadaan wisatawan mancanegara maupun nasional. Akibatnya secara ekonomi sekarang tidak bergerak, stagnan, dan bahkan cenderung turun.

“Harapan kita bagaimana pemerintah daerah dan pemerintah pusat bisa mendorong percepatan giat pariwisata ini melalui promosi, baik di mancanegara maupun tingkat nasional. Agar pariwisata di NTB ini hidup lagi. Karena saat ini kondisi Lombok dan seluruh NTB saat ini sudah aman, nyaman, dan siap menerima wisatawan. Karena kami sudah move on,” tegas Sirra saat ditemui di Mataram, NTB (22/2).

Sirra menuturkan, hingga saat ini para pelaku usaha cafe dan resto menurun secara drastis. Tapi memang ada beberapa pelaku usaha yang masih terus coba bertahan dan tetap membuka lapak usahanya dengan menyasar wisatawan domestik NTB maupun dengan adanya acara pemerintah daerah termasuk pengajian dan arisan warga.

Bisnis Pariwisata NTB Megab Megab

“Syukur-syukur kami bisa bayar listrik, bayar karyawan. Tapi itu pun harus nombok. Tetapi mau dibilang apa lagi. Inilah realitas yang kami hadapi. Kita ini pasca bencana gempa yang bertubi-tub, terpukul dan mati suri. Karena itu kalau bisa perpajakan juga dipikirkan ulang dengan kondisi pasca gempa. Kalau perlu dihilangkan sementara selama recovery,” ujarnya.

Baca Juga: Mendapat Predikat Wisata Halal, Pariwisata Lombok Semakin Berkembang

Sirra memaparkan, sejatinya pariwisata NTB menarik dan unik dibandingkan dengan daerah lain. Musababnya di NTB destiasinya mempersatukan pariwisata reliji, budaya, bahari, sport tourism dan pariwisata umumnya. Karenanya sehubungan dengan promosi tadi maka untuk mancanegara bisa lebih dulu menyasar kawasan ASEAN. Khususnya Singapura, Malaysia, Australia, Oseania, Jepang, China, hingga kawasan Timur Tengah, dan Eropa. Dari kawasan nasional, juga lebih digencarkan untuk wilayah Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Sebabnya, lanjutnya, wisatawan dari kawasan mancanegara tadi dan kota-kota besar di Indonesia sangat tinggi dan signifikan secara statistik.

“Pemerintah pusat, lebih khusus Kementerian Pariwisata punya tugas harus membuat terobosan-terobosan promosi. Misalnya menurunkan harga tiket penerbangan dan transportasi publik lainnya. Harus ada kelonggaran dari sisi harga, misalnya dalam paket-paket wisata yang ditawarkan. Kementerian Pariwisata juga mesti mendukung, mendorong, dan mempromosikan event-event besar yang ada di NTB ini. Apa pun caranya agar pariwisata NTB bangkit kembali,” ungkapnya.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar), tutur Sirra, perlu juga mengimbau kementerian/lembaga tingkat pusat untuk menjadikan Lombok maupun NTB sebagai destinasi dan tempat pelaksanaan rapat-rapat tingkat nasional. Bahkan juga perlu menyelenggarakan rapat maupun agenda tingkat internasional serta mendorong negara-negara lain melaksanakan kegiatan di wilayah NTB. Kemenpar dan juga Pemprov NTB harus juga menggalakkan millenial tourism dengan promosi digital guna menggaet wisatawan millenial baik mancanegara maupun nasional.

“Pemerintah Provinsi NTB juga bisa berkerjasama dan menandatangi MoU dengan berbagai pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata untuk menjadikan NTB sebagai destinasi utama. Termasuk menggandeng Dinas Pendidikan daerah lain untuk, misalnya liburan anak sekolah, khususnya tingkat SMA diarahkan ke Lombok,” paparnya.

Selain itu pemerintah pusat termasuk Kemenpar dan Pemprov NTB perlu melakukan kerjasama intensif dengan negara-negara dan maskapai untuk penerbangan langsung (direct flight) dari negara asal ke Lombok. Saat ini mungkin belum ada penerbangan langsung tersebut. Ditambah lagi pasca gempa jumlah penerbangan beberapa maskapai juga menurun drastis.

“Jadi perlu didoronglah ke sini. Volumenya ditingkatkan. Tentu didukung oleh harga tiket penerbangan yang relatif cukup terjangkau. Bahkan perlu penerbangan langsung ke Lombok,” pungkas Sirra.

Ismail Sidik

Berbagi: