travelounge.co | Jakarta — Marketeers Tech for Business 2024 hadir kembali ketiga kalinya, mengusung topik Digital Marketing Mythbusting.
Di acara Marketeers Tech ini, sejumlah mitos akan dibongkar dan kesalahkaprahan seputar digital marketing akan diluruskan di seminar digital marketing terakbar pada 4 Juni 2024 di CGV Grand Indonesia, Jakarta.
Hadir para pembicara pilihan yang berperan sebagai mythbuster. Mereka berasal dari industri-industri berbeda yang sukses menerapkan digital marketing yang berdampak.
Mereka antara lain Mars Ega Legowo Putra selaku Director of Regional Marketing Pertamina Patra Niaga, Iwan Setiawan selaku CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers, Joel Hartanto Kereh selaku Founder & CEO Fazpass (Astranauts & Astra InnovLab Alumni), Kukuh Prayogi selaku Enterprise Sales Director Infobip, Tri Suranto selaku Technology & Development Lead Shares Services Pertamina, Aditya Sofyan selaku strategic Director dentsu Indonesia, Puspita Winawati selaku Marketing Director Pocari Sweat, Dara Prayoga selaku Head of Digital Creative Astra Digital, Irfansyah Putra selaku Head of Country Marketing IKEA Indonesia, dan masih banyak lagi.
Banyak riset menyatakan faktor terbesar penyebab kegagalan digital marketing adalah kurangnya marketing strategy dan tujuan yang jelas.
Digital marketing gagal karena sering dipisahkan dari strategi bisnis secara keseluruhan. Tak sedikit merek dan perusahaan yang terjebak pada mitos-mitos dan kesalahkaprahan seputar digital marketing.
Bongkar Sembilan Mitos
Apa saja mitos digital marketing yang akan dibongkar?
- Bigger influencer akan otomatis memberi bigger impact. Kenyataannya tidaklah demikian. Belum tentu dengan menggandeng influencer yang mempunyai follower banyak, merek akan mendapat manfaat yang banyak pula.
- Trafik nomor satu. Memang, trafik itu penting, namun bukan penentu satu-satunya kesuksesan digital marketing. Masih ada elemen lain yang menyokongnya, seperti besarnya impresi, kuatnya engagement, pentingnya customer relationship management (CRM), konversi ke penjualan, dan sebagainya.
- Digital marketing disamakan dengan aktivitas selling di kanal online. Faktanya, aktivitas jualan hanya satu dari banyak elemen dari digital marketing.
- Online kills offline. Banyak yang mengira bahwa tren online akan mematikan offline.
- Bottom funnel dianggap paling penting. Kenyataannya, untuk sampai pada tahap keputusan
pembelian ini, pelanggan harus melewati seluruh customer journey. - Digital marketing itu hanya berlaku untuk perusahaan teknologi. Faktanya semua industri membutuhkan digital marketing.
- Digital marketing itu trial & error. Masih banyak merek yang menganggap digital marketing sebagai proyek coba-coba.
- Di dunia digital, Gen Z disamakan dengan Milenial. Padahal, kedua generasi itu memiliki karakter dan preferensi yang berbeda.
- Konten marketing disamakan dengan digital advertising. Faktanya, itu merupakan dua hal berbeda. (Sultan F./Rhadzaki)