Bubur Khas yang Cuma Ada di Bulan Ramadan

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Indonesia punya seabreg keunikan. Berbagai tradisi unik dilakukan umat Muslim di sejumlah daerah di Indonesia kala  bulan Ramadan menyapa. Termasuk pembagian bubur Khas yang cuma ada di Bulan  Ramadan

Ya, selain tradisi unik, dibebetapa daerah, umat Muslim di Indonesia juga membuat makanan khas yang hanya disajikan kala bulan Ramadan, sepetti olahan  bubur, yang disajikan sebagai menu utama untuk berbuka puasa.

  1. Bubur Samin (Solo, Jawa Tengah)

Petugas membagikan bubur Samin Banjar kepada masyarakat di Masjid Darussalam, Jayengan, Solo, Jawa Tengah. Tradisi membagikan Bubur Samin secara gratis tiap menjelang berbuka puasa itu dimulai komunitas warga keturunan Banjarmasin di Solo sejak tahun 1930-an. Setidaknya dibutuhkan sekitar 45 kilogram beras untuk 1.000 porsi bubur samin per hari pada saat Ramadan.

Masjid Darussalam di Kelurahan Jayengan, Serengan, Surakarta, Jawa Tengah membagikan ribuan porsi bubur samin setiap hari, selama Bulan Ramadan. Tradisi membagikan bubur samin rutin dilakukan setiap Ramadan, sejak 1980 silam.

Menurut Ketua Takmir Masjid Darussalam Haji Muhammad Rosyidi,  pembagian ini merupakan tradisi tahunan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat.Tepatnya sebanyak 1.100 porsi bubur yang dibagikan kepada masyarakat.

Untuk membuat bubur khas Banjar tersebut, kata dia, dibutuhkan 50 kilogram beras setiap hari. Selain beras, bahan lain untuk membuat bubur tersebut di antaranya sayuran, bumbu rempah, dan irisan daging sapi.

Dan yang paling penting adalah minyak samin yang kemudian dicampur menjadi satu dengan bahan-bahan lain di dalam satu bejana besar. Selanjutnya proses memasak melibatkan beberapa orang yang bertugas mengaduk bubur tersebut hingga matang.

Karena menariknya tradisi tersebut, masyarakat yang datang dan rela antre demi memperoleh bubur tersebut tidak hanya dari Kota Solo tetapi juga dari daerah lain.

Bahkan karena banyaknya orang yang suka, biasanya hanya butuh 30 menit untuk dibagikan kepada masyarakat.

Dari 1.100 porsi tersebut, 200 di antaranya untuk kegiatan buka bersama di Masjid Darussalam, sedangkan 900 di antaranya dibagikan kepada masyarakat.

Awalnya bubur tersebut hanya dikonsumsi oleh masyarakat asal Banjar, Kalimantan yang merantau ke Solo. Tapi seiring dengan berjalannya waktu banyak yang mau dan akhirnya dibagikan kepada masyarakat hingga saat ini.

  1. Bubur sop melayu (Medan)

Kala Ramadan datang, masyarakat Kota Medan, Sumatra Utara,  beramai-ramai pergi ke masjid untuk mencicipi bubur sop Melayu yang cuma ada saat bulan puasa tiba. Bubur sop melayu ini berbahan beras, daging sapi, kentang, wortel, daun sop, santan, garam, dan bumbu lainnya.

Konon tradisi makan bubur ini sudah dimulai sejak berdirinya Masjid Raya Medan pada tahun 1909. Awalnya bubur ini disajikan Kerajaan Melayu, Kesultanan Maimun, untuk para musafir dan pendatang yang singgah berbuka puasa.

Proses memasak bubur dimulai sejak pukul 12 siang dan butuh waktu dua hingga tiga jam hingga selesai. Bahan pelengkap yang digunakan antara lain daging sapi, kentang, wortel, dan berbagai bumbu.

Dahulu, bubur yang disajikan bercita rasa pedas, namun lambat laun berubah karena waktu yang diperlukan lebih lama dan bumbu yang diperlukan lebih banyak. Sehingga untuk mempersingkat waktu dan penyajian maka berganti menjadi bubur sop sejak sekitar tahun 1960.

  1. Bubur kanji rumbi (Aceh)

Kanji rumbi adalah sejenis bubur ayam yang dicampur dengan rempah-rempah khas Aceh seperti merica, jintan, adas, kembang lawang, kapulaga, jahe, daun pandan dan lainnya. Karena banyaknya bumbu dan bahan yang dipakai, bubur ini dikenal juga dengan nama bubur 40 macam bumbu.

Ada beberapa masjid yang menyediakan menu buka puasa yang sangat lezat ini, salah satunya di Masjid Al-Furqon, Kelurahan Beurawe, Banda Aceh.

Untuk menambah aroma dan rasa, bubur juga dicampur dengan irisan daging sapi dan udang yang dipotong kecil-kecil. Semua bahan tadi dimasak dan diaduk sampai rata selama kurang lebih 3 jam agar matang dan wangi sempurna.

Bubur ini dibagikan kepada Jemaah masjid secara cuma-cuma. Setiap hari, selama bulan puasa panitia menyiapkan dua belanga besar bubur. Satu belanga dibagikan kepada warga untuk berbuka di rumah, satu lainnya untuk warga yang ingin berbuka di masjid.

  1. Bubur sabilal (Banjarmasin)

Ini sebenarnya adalah bubur ayam, kemudian dinamakan bubur sabilal karena menjadi hidangan khas Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin Tengah, Kalimantan Selatan.

Tradisi memasak bubur sudah berjalan puluhan tahun, makanan ini merupakan bubur sop berbahan dasar beras. Campurannya ada kentang, wortel, daging, telur, irisan ayam, rempah-rempah, dan minyak samin.

Juru masak yang membuat bubur ini bercita rasa lezat adalah Hajjah Sabah. Ia telah memasaknya sejak 23 tahun silam. Proses memasak cukup lama, dimulai sejak pukul 7 pagi hingga 3 sore.

Menurut sang juru masak, resep bubur ini didapat dari mertua dan sampai sekarang terjaga cita rasanya karena tidak diturunkan ke sembarang orang. Setiap hari selama bulan Ramadan, Hajjah Sabah dan karyawannya menyiapkan sekitar 1.200 porsi bubur Sabilal untuk dibagi gratis dan selalu habis.

  1. Bubur Suruh (Tuban)

Warga di sekitar komplek Makam Sunan Bonang, Tuban, selalu berbagi bubur suruh selama Ramadan. Menurut cerita yang beredar, tradisi ini sudah ada sejak Sunan Bonang masih hidup. Saat itu para santri diminta membuat bubur untuk dibagikan kepada jemaah saat berbuka puasa.

Bahan dasarnya adalah beras yang dimasak dengan air di atas wajan besar dengan dicampur air santan dan sejumlah bumbu-bumbu khas Arab. Setelah beberapa saat digodok dalam wajan, adonan itu dicampur dengan daging dan tulang sapi.

Sesuai tradisi masakan itu harus dipanaskan menggunakan tungku tradisional dengan bahan bakar berupa kayu yang mesti didapat di lingkungan makam tersebut.

Setelah selesai dimasak, bubur dibiarkan dingin terlebih dulu. Saat waktu mendekati magrib, bubur-bubur tersebut ditaruh dalam ratusan piring yang sudah dijejer di teras masjid. Tidak lupa di atas bubur-bubur tersebut diberi buah kurma untuk menambah aroma khas bubur Sunan Bonang.

  1. Bubur India (Semarang)

Bubur ini menggunakan resep turun-temurun seorang saudagar yang merantau dari Gujarat, India. Bubur India diolah dari rempah-rempah, mulai dari potongan jahe, daun salam, daun pandan, irisan bawang bombay dan yang menambah rasa sedap karena terdapat campuran kayu manis dan cengkeh.

Bubur India kini dipopulerkan oleh warga Arab di Kampung Pekojan, Semarang. Setiap hari selama puasa, sekitar 300 porsi bubur ini menjadi menu buka puasa bagi Jemaah Masjid Pekojan.

Menurut Ali, sang juru masak, setiap hari Kamis bubur berganti dengan bubur kambing.

Yang membuat berbeda dengan sajian khas bubur Ramadan lain adalah harum semerbak kayu manis menyatu dengan bau kayu bakar saat dimasak di perapian tungku.

  1. Bubur Suro (Palembang)

Di Bulan Ramadan, warga disekitar masjid Suro mengantre untuk meminta bubur suro yang hanya dibuat saat bulan suci Ramadan di Palembang, Sumatera Selatan.

Bubur suro adalah makanan khas Ramadan yang dinanti-nanti warga Palembang, Sumatera Selatan. Bubur yang terbuat dari campuran beras, daging, serta bumbu sop itu selalu disajikan di Masjid Suro, Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan.

Bubur ini disajikan kepada warga secara cuma-cuma alias gratis untuk hidangan berbuka. Setiap hari, setidaknya 6 kilogram bubur suro disiapkan di masjid untuk dibagikan kepada warga.

Sejak siang, pengurus masjid dibantu warga sekitar menyiapkan rempah-rempah untuk membuat bubur. Proses memasak memakan waktu hingga tiga jam.

Lalu dengan tertib, satu persatu mendapatkan satu canting bubur dari Kartibi (51), juru masak bubur suro.

 

Ismail Sidik

Berbagi: