TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Sidang 7th General Assembly UNESCO dijadikan momentum penting bagi Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), untuk semakin menguatkan eksistensi seni budaya Wayang sebagai khazanah budaya khas Indonesia yang mendunia.
Selain itu, menempatkan Wayang sebagai sains; Wayang sebagai media pembelajaran. Mendorong masyarakat dunia untuk menggali, menemukan, mempelajari, mengetahui dan menghayati nilai-nilai yang yang terkandung dalam filosofi Wayang.
“Misi Wayang ke luar negeri tidak hanya berupa pertunjukan, tapi juga ilmu pengetahuan tentang wayang. Kita juga harus menyebarkan mensosialisasikan, menebarkan ilmu pewayangan tidak hanya di dalam negeri tapi juga ke seluruh dunia,” ujar Sekretaris Umum SENAWANGi Sumarni, kala menyerahkan beberapa judul buku Wayang, kepada Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hotmangaradja M. P. Pandjaitan, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Prancis, merangkap Andorra dan Monako. Beliau juga merupakan delegasi tetap Republik Indonesia untuk UNESCO.
“Melalui buku ini kita harapkan, khususnya pak Dubes sebagai perwakilan RI, dapat lebih menambah referensi pengetahuan tentang Wayang. Pendidikan Wayang ini memiliki lima arti penting bagi dunia, yakni nilai sejarah, alat pendidikan, internasional, pembaruan, dan kesinambungan atas tradisi budaya Wayang. Maka kita sangat mengharapkan beliau dapat menjadi ujung tombak dan duta budaya, khususnya Wayang di luar negeri,” harap Sumari, mewakili 10 delegasi Indonesia, yang dikirim SENAWANGI mengikuti sidang 7th General Assembly yang berlangsung di Markas UNESCO Paris ini.
Para delegasi duta budaya Indonesia yang tergabung dalam Kresna Duta UNESCO tersebut, adalah; Dra. Eny Sulistyowati S.Pd, MM, Gaura Mancacaritadipura, Sumari, S.Sn., Agus Prasetyo S.Sn, Matheus Wasi Bantolo, S.Sn., M.Sn, Baghaskoro Wisnu Murti, S.Sn, Muhammad Irawan, SE, Wahyu Wulandari, Ina Sofiyanti, dan Eddie Karsito.
“Mereka masing-masing adalah orang profesional dan berkompeten di bidangnya, khususnya terkait dengan masalah seni dan budaya,” terang Sumari.
Baca Juga: Konsistensi Banyuwangi Angkat Tradisi Budaya Jadi Atraksi yang Menarik
Di bidang ilmu pengetahuan, berbagai pencapaian yang telah diupayakan SENAWANGI, antara lain menerbitkan 15 buku Ensiklopedi Wayang Indonesia (EWI). Buku ini telah dibagikan ke berbagai Negara Anggota Badan Dunia PBB-UNESCO, melalui Perwakilan Tetap RI, di New York, dan Paris.
SENAWANGI juga telah mengusahakan Wayang menjadi salah satu cabang studi baru; Filsafat Wayang, di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM), melalui penelitian selama sepuluh tahun. Selain itu, menyelenggarakan berbagai pergelaran, dan Festival Wayang Indonesia (FWI) setiap tahun.
Berdasarkan Konvensi 2003, World’s Intangible Cultural Heritage (WICH), budaya Wayang setidaknya masuk ke dalam beberapa domain; Filosofis (Tradisi Oral), Seni Pertunjukan, dan keterampilan khusus terkait dengan pembuatan Wayang. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan berbagai dimensinya sebagai wadah mencerdaskan bangsa, pengembangan nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan.
“Wayang dalam pengertian Ma Hyang dapat diartikan jalan menuju yang Maha Tinggi (Tuhan), ngudhal piwulang: bisa berarti menyebarluaskan atau membuka dan piwulang; pendidikan atau ilmu,” ujar Sumari.
Sumari berharap, secara organisasi SENAWANGI dapat lebih memperkuat jaringan internasional dengan secara aktif mengikuti berbagai kegiatan skala global. Memenuhi undangan berbagai kegiatan berhubungan dengan dunia pewayangan, yang diselenggarakan masyarakat internasional.
“Untuk itu, di internal dalam negeri kita terus memperkuat jaringan. Menjalin kemitraan dengan Pemerintah Pusat dan Daerah. Serta para pihak swasta yang memiliki perhatian terhadap persoalan budaya,” jelas Sumari.
General Assembly diselenggarakan setiap dua tahun sekali. General Assembly adalah forum NGO – ICH, jaringan yang memiliki platform untuk berkomunikasi, pertukaran dan kerjasama antar organisasi penggiat budaya, yang terakreditasi oleh UNESCO. Sesuai Konvensi UNESCO forum ini secara bersama-sama, menjaga nilai-nilai warisan budaya tak berwujud (Intangible Cultural Heritage).
Tidak kurang dari 500 orang delegasi dari 175 Negara terlibat bersidang di acara ini. SENAWANGI adalah lembaga yang telah diberi status Non-Governmental Organization (NGO), yang terakreditasi di Badan Dunia PBB-UNESCO sejak tahun 2014.
Ismail Sidik