Pasar Karetan Jadi Contoh Destinasi Digital

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Visioner bisa lahir dimana saja. Gagasan itu tidak stagnan pada visi semata. Keberanian untuk melahirkan dan memenej kreativitas adalah keharusan kekinian. Utamanya  dalam dunia pariwisata digital.

Tidak mengherankan kalau pada akhirnya Menpar Arief Yahya mentasbihkan Pasar Karetan yang berada di Radja Pandapa Camp, Kendal, Jawa Tengah, menjadi percontohan destinasi digital yang mumpuni. Pasar besutan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Jateng ini, menjadi referensi bagaimana membuat destinasi digital yang disesaki pengunjung.

Tentu saja Menpar tak asal  mentasbihkan. Proses kreativitas  berkelanjutan seperti bagaimana membuat tempat yang dulu sepi menjadi ramai. Atau  tempat yang dulu masyarakatnya bermasabodoh, sekarang sangat sadar pariwisata  sebagaimana yang terlihat di pasar ini adalah sebuah gagasan cemerlang.

Keunggulan lainnya Pasar Karetan adalah 1001 titik selfie. Hal inilah yang seolah memaksa pengunjung selalu mengeluarkan smartphone-nya dan selalu berswafoto.

Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, kondisi ini berbeda dengan pasar-pasar zaman dulu, yang hanya membutuhkan lapak, tempat menata barang dagangan, pertemuan  pembeli dan penjual. Di Pasar Karetan ini dangat jauh berbeda. Pasar ini penuh aturan dan kaya imajinasi “Itulah digital lifestyle anak-anak muda. Selalu memikirkan impression, objek foto Instagrameble, interaktif, viral, trending topic, dan tema-tema khas online sosial media. Pokoknya di mana ada objek anti mainstream, di situ mereka berkumpul,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Digital lifestyle itu, kata Menpar Arief Yahya, harus interaktif danberbasis online. Bercerita dengan video, gambar, sedikit text, viral alias dari HP ke HP. Bukan lagi dari mulut ke mulut. Karena mulut mereka adalah gadget, signal, dan wifi.

“Konsep Pasar Keretan sangat  keren. Karena  itu silakan datang tiap Minggu pagi. Ajak juga keluarga atau teman-teman. Penuhi destinasi pasar digital ini,” ajak Menpar Arief sumringah.

Ismail Sidik

Berbagi: