Dramatari Sayembara Ratu Nusa Tembini, Oase Dalam Kegersangan Tontonan Seni Tradisional

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Dalam Rangka Memperkenalkan dan mempromosikan potensi seni budaya daerah serta pariwisata kota malang,  Minggu, 25 Maret 2018, di Anjungan Jawa Timur TMII Jakarta digelar Pagelaran Seni pertunjukan Dramatari ”Sayembara Ratu Nusa Tembini” yang dimainkan Duta Seni Dari Kota Malang.

Anjungan Jawa Timur sesak dengan penonton yang sangat antusias menyaksikan pergelaran yang dimainkan oleh para mahasiswa dan dosen  itu. Baik anak anak, orang tua maupun ratusan  mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah, Tangerang.

Pertunjukan sendiri dibuka dan disaksikan Kepala Dinas Pariwisata Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni, SH, M.Si. Menurutnya, tiap tahun Malang selalu melakukan pertunjukan annual event  di Anjungan Jawa Timur, TMII, semata mata ingin memperkenalkan potensi seni budaya yang telah dibina. Utamanya dengan pegiat seniman muda, para mahasiswa Universitas Negeri Malang.

Turut juga menyaksikan pertunjukan ini Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM.

Hadir juga Dewan Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Munarno, SE (Praktisi, Analis Kesenian dan Budaya Daerah Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur, di Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).

Lakon dramatari Sayembara Ratu Nusa Tembini  yang ide ceritanya digagas Dra.E.Wara SDP, MPd  dan di tulis DR.Robby Hidajat  M,Sn ini berkisah tentang sebuah pulau yang penduduknya wanita. Ratu pulau Tebini yang bernama Bathari Sri Kusuma Ajie, putra Betara Surya sedang berduka  karena kondisi kerajaan sedang mendapat cobaan dari dewata.

Rakyat menjerit, banyak  bencana alam, penyakit yang mematikan tanpa sebab, para pedagang selalu rugi, nelayan tak dapat ikan. Sang Ratu bersemedi memohon kepada Dewata bagaimana meredam kondisi ini. Lalu ia mendapat bisikan ghoib dari Dewata. Bahwa negara akan kembali tentram seperti semula jika disyarati Ponang Sekar Chandra Djaya Mulia.

Kemudian  Sang Ratu mengadakan sayembara, bahwa barangsiapa yang dapat memetik Ponang di Puncak Mahameru akan diganjar separuh kerajaan. Jika laki laki  akan dijadikan suami. Jika perempuan dijadikan saudara kandung.

Berbagai raja termasuk Adipati Bapang Jayasentika ikut sayembara. Tapi tidak ada yang mampu mencari bunga ajaib itu. Seorang satria bernama Cekel Indrayana yang tak bertempat tinggal ikut sayembara. Dengan susah payah Cekel Indrayana memetik bunga yang dijaga pasukan bersenjata lengkap. Karena daerah itu dianggap berbahaya. Jika ada yang masuk akan celaka.

Pada akhirnya terjadi pertemuan antara Panji Asmarabangun dan Dewi Galuh Chandrakirana sebagai sepasang mempelai. Ini simbol berkah kesuburan dan kesejahteraan bagi tanah jawa.

Pesan moral dari dramatari yang cukup renyah itu,  penyatuan manusia,  memanusiakan manusia, menyatukan alam dengan manusia, melalui simbolisme sakralitas pernikahan. Melalui pernikahan antar suku diharapkan akan terjadi silang budaya, yang menumbuhkan rasa saling pengertian, dan solidaritas sosial.

Dramatari  Sayembara Nusa Tembini memang tidak  keukeuh dengan pakem cerita panji. Dr. Robby Hidajat, M.Sn sengaja mengkolaborasi dengan situasi kekinian hinga pertunjukan ini renyah dan dapat dinikmati siapa saja. Termasuk oleh penonton anak anak.

“Pertunjukannya memang harus disiasati mengingat waktu, durasi, penonton, situasi saat pergelaran berlangsung. Apalagi di ruang terbuka, penonton anak, riuh, tentu saja muskil kalau kaku dengan pakem,” jelas Robby yang lama belajar di Padepokan Bagong Kusudiardjo.

Bila kukuh dengan pakem tradisional, menurut Robby, latihan dalam setahun pun belum tentu jadi pertunjukan. Realitasnya kita tidak bisa menolak keberadaan budaya pop. Karena itu harus kita siasati. Pertunjukan tradisional harus dipoles yang cantik tapi isinya tetap sama.

“Tetapi harus menjadi pertunjukan yang tidak bikin malu kalau kita menjualnya,” tandas kritikus seni ini antusias.

Di panggung, terlihat para pemain pun asik dengan perannya masing masing. Semua tarian berjalan dengan sempurna diiringi gamelan yang merdu mengasikan. Teristimewa dengan tokoh Mban yang sangat cair memainkan perannya itu. Mengalir mengikuti alur cerita dengan renyah. Berkarakter tapi tak terkesan memblow up atau mengada ada dalam memainkan perannya itu

Sungguh, pertunjukan ini menjadi oase dalam kegersangan seni tontonan seni tradisional. Syukurlah di Medio April 2018 ragam pertunjukan seni masih bisa dinikmati di Anjungan Jawa Timur.

Ismail Sidik

Berbagi: