TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Ada dua film pendek yang terpilih dalam acara “Meet and Greet Family Sunday Movie” periode Februari 2022, yang digelar secara daring, yakni Maramba dan Gemintang.
Meet and Greet Family Sunday Movie (FSM) merupakan salah satu rangkaian dari program Family Sunday Movie 2022 yang diinisiasi oleh Kemenparekraf/Baparekraf melalui Direktorat Ekonomi Kreatif dan Produk Digital. FSM sendiri adalah sebuah festival film pendek untuk memberikan apresiasi bagi para pelaku industri perfilman khususnya film indie di Indonesia, sekaligus untuk mempromosikan karya film pendek yang terpilih.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengumumkan dan mengucapkan selamat kepada dua film terpilih, yakni Maramba dari Komunitas Etanan Films untuk genre film dokumenter dan Gemintang dari Komunitas Gresik Film untuk genre film fiksi.
Menparekraf juga berkesempatan memberikan sertifikat sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras tim produksi dalam menghasilkan film pendek yang berkualitas.
Bagi para peserta yang belum terpilih, Menparekraf mengajak mereka agar tidak berkecil hati dan patah semangat, karena program Family Sunday Movie 2022 masih akan terus berlanjut setiap bulannya hingga Oktober 2022.
“Saya ucapkan selamat, jangan lupa terus tingkatkan dan kembangkan kreativitas. Masih ada kesempatan bagi yang belum terpilih, jangan patah semangat, karena bulan-bulan berikutnya hingga Oktober 2022 akan terus bergulir dan bagi yang belum berpartisipasi, tunggu apa lagi jangan lewatkan informasi pendaftarannya yang ada di media sosial kemenparekraf,” kata Menparekraf, secara daring Kamis (24/2/2022).
BACA JUGA : Film Animasi ‘Homebound’, Bertutur Tentang Pekerja Migran Indonesia di Taiwan
Menparekraf berharap Family Sunday Movie menjadi salah satu program Kemenparekraf yang tepat sasaran, tepat guna, dan tepat manfaat bagi pertumbuhan industri kreatif. “Selamat berkreasi, ciptakan karya-karya hebat, kembangkan potensi daerah, dan buktikan kita mampu jadi agen perubahan untuk masa depan,” ujarnya.
Direktur Musik, Film, dan Animasi Kemenparekraf/Baparekraf, Mohammad Amin melaporkan terdapat 215 film pendek baik dalam bentuk fiksi maupun dokumenter yang mendaftar pada periode Februari 2022.
“Hal ini membuktikan bahwa sineas lokal produktif dalam menghasilkan karya yang luar biasa dan antuasiasme begitu tinggi terhadap program Kemenparekraf untuk mendukung perkembangan film indie di Indonesia melalui karya-karya sineas atau komunitas film lokal. Kegiatan FSM juga memberi dampak yang signifikan terhadap pergerakkan roda ekonomi, bertumbuhnya lapangan kerja, dan banyaknya tenaga kerja,” ujarnya.
Jika satu komunitas membutuhkan tenaga kerja sekitar 30 orang, dengan 215 film artinya ada sekitar 6.450 tenaga kerja yang terserap. Ini tentu menjadi sinyal kebangkitan sektor ekonomi kreatif dalam penciptaan lapangan kerja.
“Harapan kami FSM dapat membantu sineas muda untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi diri, memajukan film-film pendek daerah agar mendapat tempat yang diakui dan mampu bersaing baik di dalam maupun di luar negeri,” kata Amin.
Ketua Panitia FSM, Emil Heradi, menambahkan dengan antuasisme yang begitu besar dari para peserta, dari kurun waktu submisi hanya 11 hari, tercatat ada 215 film yang mendaftar dari berbagai daerah di Indonesia. “Ini angkanya cukup besar dan ini membuktikan bahwa film pendek juga mempunyai tempat di ranah kreatif negeri kita,” katanya.
Kemenparekraf mempersembahkan FSM tentu bukan tanpa alasan, berangkat dari kegelisahan film pendek yang masih minim mendapatkan sorotan dan ruang khusus untuk diakui di Indonesia. Hal ini terlihat dengan masih terbatasnya festival-festival atau sarana apresiasi khusus film pendek yang ada di tanah air. Padahal film pendek adalah fondasi dari berbagai kategori film yang berkembang hingga sekarang.
Lebih lanjut, Emil mengatakan bahwa FSM adalah jendela untuk bisa melihat kekayaan alam, adat budaya, kesenian, dan pariwisata Indonesia yang beragam dengan menunjukkan kearifan lokal melalui karya anak bangsa dalam bentuk film pendek. Ini juga menjadi salah satu media untuk mempromosikan daerah mereka masing-masing agar semakin dikenal dunia melalui cara yang otentik dan menarik.
“Kami menilai seluruh film pendek yang mendaftar baik fiksi maupun dokumenter secara objektif. Yang terpenting bukan lagi siapa penggarapnya melainkan pada orisinalitas kita, keunikan, dan kemampuan bercerita,” tuturnya.
“Kami berharap kedepannya FSM dapat menjadi barometer perkembangan industri film pendek di Indonesia, lahirnya pembaruan, dan semangat generasi muda,” lanjut Emil.
Turut hadir dalam kesempatan itu para kurator yakni Wicaksono Wisnu Legowo, Mohamad Ariansah, Batara Goempar, dan Damas Cendekia. Adapula para Sutradara dan Penulis, BW Purbanegara, Bobby Prasetyo; serta seluruh Kepala Dinas atau perwakilan pemerintah daerah.
( Ismail Sidik Sahib )