Festival Bale Nagi Larantuka NTT, Wisata Religi yang Unik dan Menarik

Festival Bale Nagi Larantuka NTT, Wisata Religi yang Unik dan Menarik

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Traveler, ada yang sangat unik dan menarik di NTT. Festival Bale Nagi yang menjadi rangkaian ritual religi Semana Santa di Larantuka Ibukota Kabupaten Flores Timur, bolehlah dibilang menjadi upaya tersendiri untuk mempromosikan wisata religi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Festival Bale Nagi yang sejatinya sudah dimulai pada 6 April 2019 dan puncak acaranya pada 25 April 2019, diharapkan mampu menjaring wisatawan ke wilayah Larantuka di Flores Timur dan sekitarnya.

Oh ya, festival yang baru pertama digelar ini, dalam bahasa setempat berarti ‘pulang kampung’ yang bertujuan untuk mengajak orang-orang Flores Timur yang berada di luar Larantuka untuk pulang kampung saat digelarnya Semana Santa. Selain itu acara ini juga sebagai daya tarik bagi peziarah.

Dalam persembahannya, Festival Bale Nagi 2019 meliputi beragam rangkaian yang dimulai pada 6 April 2019. Pembukaan acara dirangkaikan dengan pagelaran Seni Budaya di Pantai Oa Kecamatan Wulanggitang. Pesta Ombak di Pantai Rako di Kecamatan Wulanggitang, dan 12 April 2019 Pameran Tenun Flores Timur.

Selanjutnya pada 17 April-21 April 2019 acara Ritual Semana Santa di Kota Larantuka, Wureh dan Konga, 22 April 2019, Pesta Nelayan di Kota Larantuka, dan 23 April 2019 Festival Tenun Lamaholot Flores Timur di Kota Larantuka.

Baca Juga: Berburu Oleh-Oleh Tenun Ikat Sarat Bernilai Seni Asal Sabu Raijua, NTT

Lalu pada 24 April 2019 Ritual Pembanguan Rumah Adat di Solor dan 25 April 2019 Pameran Tenun Sekaligus Penutupan Festival Bale Nagi.

Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Muh. Ricky Fauziyani mengatakan, selain sebagai wisata religi, event ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan maupun memperpanjang lama waktu tinggal (stay) di Kabupaten Flores Timur.

“Biasanya wisatawan yang datang hanya 1-2 hari di Larantuka. Semoga dengan digelar Festival Bale Nagi, lama tinggalnya bisa semakin panjang hingga mencapai 7 hari di sini,” harap Ricky.

Saban tahun banyak wisatawan asing dari berbagai negara yang sangat antusias mengikuti ritual rohani yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah dalam sejarah umat Kristen-Katolik di NTT.

“Pada 2019, kami targetkan 300 orang peziarah dari mancangera hadir di Larantuka. Mereka sebagain besar berasal dari Timor Leste, Amerika Serikat, Australia, Portugal, Spanyol, Belanda, Prancis, dan Jerman,” katanya.

Semana Santa atau Pekan Suci sendiri merupakan sebuah perayaan liturgi dan devosi umat Katolik di Larantuka. Acara ini telah dihelat sejak lebih dari setengah abad yang lalu. Perayaan ini menjadi ikon pariwisata penting yang dirasakan banyak pihak. Selain itu Semana Santa juga telah berhasil meraih popularitas yang tinggi. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara serta membawa dampak ekonomi yang cukup positif.

Ismail Sidik