TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Union Internationale de la Marionnette (UNIMA) Indonesia, bekerjasama dengan Badan Pengelola Anjungan Jawa Tengah dan Paguyuban Jawa Tengah, merayakan ‘Hari Wayang Dunia’ yang diselenggarakan di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Rabu, 21 Maret 2018.
Hadir di acara ini para tokoh, budayawan, serta para penggiat dan pemerhati wayang, antara lain; Mr. Dadi Pudumjee (Presiden UNIMA Internasional), Drs. TA. Samodra Sriwidjaja (Presiden UNIMA Indonesia), Drs. Suparmin Sunjoyo (Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia/SENA WANGI), Nurrachman Oerip, SH, (Penasehat UNIMA Indonesia), Dr. Al Zastrow Ngatawi (Councillor UNIMA Indonesia), Eny Sulistyowati S.Pd , MM (Kepala Bidang Humas SENA WANGI), dan para budayawan lainnya.
Di hari wayang dunia ini, digelar Wayang Potehi oleh Rumah Cinta Wayang, Boneka kayu dari Samosir Sigale-gale, dan Wayang Kulit, lakon Kikis Tunggarana oleh dalang Ki Sutrisno SH.
Sebelum pergelaran diselenggarakan sarasehan menyoal wayang dalam konteks kekinian, yang menghadirkan para pembicara antara lain; Drs. Suparmin Sunjoyo, Dr. Darmoko, Dr. Al Zastrouw, dan Dr. Maria Theresia Widyastuti. Perayaan Hari Wayang Dunia yang diselenggarakan hari ini, sejatinya merupakan tahapan menjelang Indonesia menjadi Tuan Rumah Kongres UNIMA Internasional dan Festival Wayang Dunia yang akan dilaksanakan di Gianyar Bali, April 2020.
Menurut rencana acara tersebut akan dihadiri tidak kurang dari 90 Negara yang menjadi Anggota UNIMA Internasional. “Dalam Kongres UNIMA pada 2020, akan jadi pentas wayang dunia. Karena semua wayang ada di dunia akan tampil. Untuk menunjukan pada dunia internasional kalau wayang masih eksis,” tandas Drs. TA. Samudra Sriwidjaja, Presiden UNIMA Indonesia.
Karena itu Samudro berharap wayang yang ada di Indonesia harus aktif dalam pentas. Jeli melihat situasi kekinian, termasuk perkembangan IT.
Sedangkan menurut Kepala Bidang Humas Sena Wangi, Sulistyowati S.Pd , MM, ada kesamaan visi antara UNIMA Indonesia dan Sena Wangi.
Sejarah perjalanan kedua organisasi pewayangan ini, menurutnya, saling terkait. “Kita tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi kewajiban mengenal masa lalu (budaya) menjadi kebutuhan penting, sebagai sumber nilai, norma, adat, tradisi. Inilah yang menjadi visi UNIMA Indonesia dan Sena Wangi, yakni meletakan budaya Indonesia sebagai bagian sentral dari pembangunan budaya dunia di masa depan,” pungkasnya.
Jadi cintailah wayang. Karena wayang bagian dari budaya yang akan menjadi sentral pembangunan Indonesia.
Ismail Sidik