Berani Merasakan Hidup di Kampung Tertua di Bogor? (1)

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Bisakah dalam 1 hari  saja  kita  lepas dari kungkungan hingar bingar  kosmopolitan dan meluncur ke masa lalu?  Jawabnya bisa . Tinggalah barang sehari semalam saja di Kampung Budaya Sindangbarang.  Maka kita akan menapaki jaman baheula nan elok dan damai.

Kampung Budaya Sindangbarang  terletak di Desa Pasir Eurih, Tamansari, Bogor, Jawa Barat. Berjarak hanya 5 km dari Kota Bogor, konon merupakan Kampung tertua di Bogor, sebagaimana termaktub di naskah Pantun Bogor dan Babad Pajajaran.

Kawasan budaya seluas 1  hektar lebih  ini terbuka bagi mereka yang ingin menyambangi atau mengarungi masa lalu. Untuk yang ingin bermalam,  ada 6 rumah  tradisi Sunda Bogor yang bisa  diinapi. Setidaknya tiap rumah bisa dihuni 10 orang.

“Kalau disini mah, kita seperti lihat yang dulu dulu. Pokoknya seperti masuk ke jaman dulu lah, ” jelas Mang Icu, salah seorang petugas di  Kampung Budaya Sindang Barang.

Sindangbarang adalah kampung tertua di Bogor  yang sudah ada sejak jaman kerajaan Sunda. Sampai Saat ini tradisi seni dan budayanya masih terpelihara. Terdapat situs purbakala yang bisa dilihat ketika kita trecking melewati sawah dan sungai di Sindangbarang.  Begitu juga dengan keberadaan  rumah-rumah tradisional khas Sunda Bogor dan Lumbung padinya yang kian menambah suasana pedesaan kuno jaman baheula.

Baca Juga: Berani Merasakan Hidup di Kampung Tertua di Bogor? (2)

Menurut Pantun Bogor,  Sindangbarang sudah ada sejak jaman Kerajaan Sunda lebih kurang abad ke XII. Disinilah dahulu terdapat suatu Kerajaan Bawahan yang bernama Sindangbarang dengan Ibukotanya Kutabarang. Boleh dibilang  kebudayaan Sunda Bogor bermula dan bertahan hingga jaman now di Sindangbarang. Tidak mengherankan kalau  upacara Adat Serentaun selalu digelar di Kawasan ini.

Upacara adat Seren Taun lebih merupakan upacara ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa.  Tanda syukur atas hasil panen dan hasil bumi yang diperoleh pada tahun ini dan berharap hasil panen tahun depan akan lebih baik lagi.

” Tradisi ini sengaja kami gelar disini sebagai upaya menjaga kekayaan budaya masa lalu. Media pembelajaran di era kekinian yang bisa dilihat dan dinikmati di Kampung Budaya ” tandas Ella, pengelola Kampung Budaya. (ISS)

Berbagi: