Geregetannya Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatra Utara, Dr.Ria Nofida Telambanua, MKes.

Travelounge

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatra Utara, Dr.Ria Nofida Telambanua, MKes.

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Untuk memperkenalkan budaya Nias dan kemolekan alamnya, kepulauan Nias menggelar Ya’ahowu Nias Festival 2019 yang dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatra Utara, Dr.Ria Nofida Telambanua, MKes.

Ya’ahowu Nias Festival 2019 digelar pada 16-20 November di Lapangan Tetesua, Sirombu, Kab Nias Barat. Puncak acara dipusatkan di Lapangan Merdeka Lahomi dan Pantai Indah Sirombu, Nias Barat, Sumatera Utara.

Berikut wawancara dengan Ria Novida yang ramah dan murah senyum ini.

Bagaimana Ibu Ria melihat pelaksanaan Ya’ahowu Nias Festival 2019 M

Ini festival yang di lakukan tiap tahun, dengan pelaksananya Kabupaten Kota yang bergantian. Dan sekarang ini sudah yang ke 4 kali gelaran. Seharusnya dari segi kualitas ada peningkatan karna sudah berulang kali dilaksanakan. Tapi kita melihat Nias Barat itu berbeda dengan Nias Selatan. Jadi kita melihat masih kurangnya Wisman dan Wisnus yang datang ke festival itu. Geregetan juga melihatnya. Karna itu kedepannya perlu di tingkatkan soal promosi. Kita akan bekerja keras untuk membantu promosinya.

Kecewa ya Bu dengan eksekusinya?

Begini, tahun berikutnya kan Nias Utara yang akan menjadi tuan rumah atau pelaksananya. Jadi harus sudah disiapkan dari jauh-jauh hari. Lalu event itu harus bisa mengangkat budaya-budaya yang ada di situ, yang memang unik dan berbeda dengan kabupaten lainnya.

Kenapa bisa seperti itu Bu?

Soal kekurangan dan kelebihan festival sekarang ini kita melihat Kabupaten Nias Barat memang agak sedikit tertinggal dibanding dengan Kabupaten lain. Infrastruktur menuju Nias Barat itu kan banyak yang jelek. Meski infrastrukturnya sudah diperbaiki beberapa kali, karena kontur tanahnya memang tidak bagus, bergerak ke bawah, ada beberapa kali diperbaiki ya…rusak lagi dan rusak lagi. Padahal mereka sudah bekerja keras memperbaikinya.

Jadi sebetulnya kita perlu dana yang cukup besar untuk membenahinya. Bahkan mungkin perlu strategi khusus untuk mengatasinya. Mungkin saja kita butuh pembangunan banyak jembatan. Jadi bisa langsung tanpa melewati jalan itu lagi karna tanahnya yang terus bergerak.

Jadi hal itu hambatannya hingga Wisman tak nampak?

Kalo tidak ada event yang besar orang tidak akan datang ke lokasi event itu digelar. Berbeda dengan waktu Sail di Nias Selatan yang ramai dan heboh. Bahkan sampai 16 Negara yang ikut. Dan infrastrukturnya disana bagus. Gampang diakses dan lengkap segala halnya. Kalo di Nias Barat kan tidak. Pengunjungnya hanya lokal saja. Itu pun tidak bisa sampai malam karena listriknya terbatas. Harusnya acara untuk rakyat full sampai malam.

Mungkin itulah kekurangannya dan itu juga yang diakui Bupatinya. Tetapi kekurangan itu bisa menjadi pelajaran untuk kita. Bagaimana membuat event yang besar. Jadi harus ada koordinasi sebelumnya. Baik itu ke provinsi atau Kementerian. Tidak bisa semuanya tiba tiba.

Memang koordinasinya bagaimana?

Seharusnya kegiatan di Nias Barat kan setahun sebelum pelaksanaan, saya kan sudah harus bisa membantunya. Jadi paling tidak, masukkan pelaksanaannya ya setahun sebelumnya saya terima. Kalo sekarang kan kita cuma bisa kasih support, dukungan sekedar saja. Tapi kita support karena evwnt ini kan maauk Calender of Event 2019. Ya kita dukung sepenuhnya. Jadi kita melihat apa apa saja yang dibutuhkan.

Kalau yang berikutnya gimana, bu?

Nah, untuk yang kedepan kita juga sedikit khawatir juga karna Nias Utara kan hampir sama dengan Nias Barat. Apalagi kita juga di provinsi memang belum menganggarkan untuk Nias Utara itu.

Kira kira apa konsep yang diajukan Nias Utara itu pada tahun ini, hingga kita bisa menganggarkan. Tapi konsep- konsep itu kan belum mereka persiapkan. Mungkin baru 5 bulan lagi dipersiapkan. Jadi kita ngebantu juga agak susah. Kementerian mau ngebantu juga susah.

Solusinya ?

Saya sudah menjelaskan ke Bupati kalau kita membuat konsep perencanaan itu harus jauh sebelumnya. Contohnya, Nias Utara sudah tentukan kapan event itu mau di laksanakan. Selagi saya masih bisa membantu akan saya lakukan. Misalnya ingin menteri datang. Harus dirancang dari jauh. Kan tidak bisa ujug-ujug menteri datang. Kalau mau mendatangkan menteri, persiapannya juga besar kan he…he….

Karena itu kita harap yang berikutnya bisa lebih spektakuler hingga Wisman dan Wisnus bisa datang ke Nias. Coba bayangkan. Di Nias Barat hotelnya saja kurang. Jadi orang pergi ke Gunung Sitoli. Ya…uangnya jadi buat Gunung Sitoli deh. Kita harapkan peningkatan ekonomi di Nias Barat, akhirnya malah ke Kabupaten lain. Memang sih sarana dan prasarananya masih kurang. Tapi tahun ini juga kami membantu untuk membentuk penunjang-penunjangnya. Boleh dibilang itulah kelebihan dan kekurangannya.

Baca Juga: Ini Dia Rangkaian Acara Ya’ahowu Nias Festival 2019

Memang tidak ada lagi yang bisa dioptimalkan?

Sebetulnya Nias Barat punya pulau-pulau yang bagus, seperti Pulau Asu dan Pulau Hinako. Tapi kita kan harus naik speedboad lagi kesana. Padahal disana ada resort yang bagus. Alamnya juga indah. Divingnya sangat oke. Tapi memang kalau sarana di Kabupatennya sendiri itu masih kurang.

Kalau kulinernya bagaimana?

Ini juga harus lebih diperhatikan. Termasuk minimnya keberadaan restoran. Kan sulit cari restoran disana. Apalagi kalau sudah malam. Jadi kita harus mengakui kekurangan itu di Nias Barat. Yang sudah berhasil itu ya di Nias Selatan. Dan memang budaya itu banyak di Nias Selatan. Kalau di Nias Barat kan pantainya saja, tapi budayanya juga tetap ada. Tapi sebetulnya kerajinan Bola Nako itu sangat bagus lho. Cuma belum terekpos dengan besar saja.

Tahun 2021 Sumut jadi tuan Rumah Tourism Promotion Organization (TPO) Asia Pacific Cities. Daerah mana saja yang terpilih?

Begini, setelah mereka bersidang kan long staynya tinggi. Yah, ada 3 hingga 6 hari. Setelah kami berembuk dengan Pak Gubernur, yang sudah pasti kami arahkan adalah Kabupaten yang tentunya sudah siap untuk menerima kedatangan delegasi. Jadi yang sudah siap itu Samosir, Sergei (Serdang Berdagai) yang rencananya akan menampilkan perkampungan tradisional. Lalu selain itu ada Karo. Itulah 3 daerah yang sudah mendaftar untuk siap menerima para delegasi.

Daerah lain gigit jari dong?

Kita arahkan sama Gubernur agar Nias juga dapat. Karena Nias kan punya satu keunikan tersendiri. Apalagi waktu terbang pesawatnya juga cuma 37 menit dari Medan. Hotelnya juga ada di Gunung Sitoli. Mau surfing juga ada. Pokoknya nanti kita breakdown lagi, kok. Delegasi mana yang mau surfing, ya tinggal kita arahkan kesana.

Jangan lupa tempat yang juga bagus untuk pariwisata yaitu Tangkahan. Tempat Orang Utan dan Gajah yang ada disebelah Timur. Apalagi aksesnya juga bagus kesana. Ini juga akan kami tindak lanjuti. Apalagi pesertanya bisa mencapai seribu orang dari 165 negara. Jadi bisa berpencar kemana pun. Diharapkan nanti TPO yang datang itu keanggotaannya akan bertambah terus hingga 170 negara. Mereka sudah mendaftar untuk ikut sidang di Tahun 2021. Makanya Sergei dan Samosir sudah di survey oleh Sekjen TPO yang berasal dari Korea.

Di Indonesia sendiri member TPO daerah mana saja?

Lumayan banyak, kok. Ada Jakarta, Sumatera Utara, Yogjakarta, Nias, Bitung,
Jailolo, Langgur, Maumere, Padang, Pariaman, Samosir, Serdang Bedagai, Taliabu, Surabaya dan Tambrauw.

Ismail Sidik

Berbagi: