TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Atambua terletak di tengah pulau dan Timor Leste menempati setengah Timur Timor. Bagi yang belum pernah mendengar, Kota Atambua di Pulau Timor ini merupakan pintu gerbang untuk menuju perbatasan RI-Timor Leste.
Letak kota ini memang berbatasan langsung dengan Timor Leste, tepatnya berada di Desa Motaain, berjarak sekitar 30 km dari Kota Atambua. Perjalanan dari Atambua menuju Pos Batas Lintas Negara (PLBN) Motaain ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dari Bandara Haliwen, Atambua.
Jika Anda datang ke kota ini, Anda perlu melihat Tugu Kecil Atambua (Monumen Kecil Atambua). Monumen ini merupakan monumen yang menyatakan bahwa Atambua adalah kota yang bersih. Tak jauh dari lokasi, ada Kolam Susuk. Di tempat ini Anda bisa menikmati pemandangan alam yang indah. Jobugujur Bakelin Hill juga merupakan tempat yang bagus untuk dikunjungi, di mana Anda bisa melihat panorama alam yang menakjubkan dari puncak bukit ini.
Pesona Alam Nan Indah
Atambua lebih dikenal sebagai kota perbatasan. Alam di sekitar Atambua pun memiliki pesona keindahan yang sayang untuk dilewatkan. Bagi kalian yang hendak mengunjungi perbatasan antara RI-Timor Leste dari Kota Atambua, akan dibuat terkagum-kagum dengan pemandangan di sepanjang jalannya. Tak banyak yang mengira bahwa ternyata sepanjang jalan dari Atambua-Motaain, terdapat jajaran pantai berpasir putih salah satunya adalah Pantai Atapupu. Apabila Anda berkendara dari Desa Motaain ke Kota Atambua, maka Anda akan melihat pantai ini di sisi kanan jalan.
Pantai ini juga lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Pantai Sukaerlaran atau Pantai Pasir Putih. Pantai ini memang dibalut dengan hamparan pasir putih dan pepohonan rindang nan asri di sekelilingnya. Di pantainya pun, pepohonan bakau nampak terlihat menghiasi pantai ini di sisi kanan dan kirinya. Perpaduan gundukan pasir putih dipadu dengan pepohonan hijau membuat suasana di Pantai Atapupu terasa sejuk meski di siang hari yang terik sekalipun.
Pantai Atapupu bertipikal pantai dengan topografi yang datar dan dangkal. Pengunjung dapat berekreasi pantai seperti berenang, bermain bola atau sekedar bermain air sambil menikmati suasana alam di pantai ini. Selain itu juga karena airnya yang cukup jernih menjadikan para pengunjungnya merasa aman untuk berlama-lama bermain air di pantai. Pantai Atapupu juga merupakan tempat favorit warga setempat, terutama para muda-mudinya untuk menyaksikan panorama keindahan matahari terbenam di sore harinya.
Tak heran jika pada hari libur, pantai ini akan terlihat ramai oleh pengunjung yang mayoritasnya adalah masyarakat lokal setempat. Tak jarang juga warga negara Timor Leste yang hendak menuju Atambua, terlihat mengunjungi pantai yang belum terlalu dikenal oleh para wisatawan di luar kota ini.
Baca Juga: Pesona Lampu Gentur Khas Ciajur yang Beragam dan Mendunia
Akses menuju lokasi para pengunjung dapat menggunakan jasa ojek ataupun menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju ke pantai ini. Berada di jalur utama trans Atambua-Timor Leste menjadikan lokasi pantai ini sangat mudah untuk dijangkau dan ditemukan. Jarak dari Kota Atambua yaitu sekitar ± 24 km ke arah utara dan memakan waktu tempuh sekitar 1 jam lamanya. Kondisi jalan menuju lokasi pantai ini sudah beraspal bagus. Harga tiket masuk (HTM) pengunjung akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar 5.000 rupiah/ orangnya. Dan bagi yang membawa kendaraan bermotor akan dikenakan biaya tambahan parkir dengan tarif 5.000 rupiah/ motornya dan 10.000 rupiah bagi kendaraan beroda empat.
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain
Setelah menyusuri jalan dengan panorama alam nan indah sepanjang 30 km dari Atambua-Timor Leste, nanti Anda akan dibuat takjub dengan bangunan nan megah di daerah perbatasan RI-Timor Leste yakni Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain . Bangunan PLBN saat ini boleh di bilang menjadi obyek wisata baru bagi masyarakat sekitar karena kemegahan arsitektur gedungnya dan tatanan taman yang dibuat begitu indah.
Bangga. Itu kesan pertama ketika tiba di PLBN Motaain di Perbatasan Indonesia – Timor Leste, Nusa Tenggara Timur yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 28 Desember 2016. Bagaimana tidak, di area seluas lebih dari 9 ha berdiri bangunan-bangunan megah dengan arsitektur bergaya rumah adat masyarakat Belu. PLBN ini memang terletak di Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur, kurang lebih 30 menit perjalanan dari kota Atambua.
Bayangkan, kondisi PLBN sebelum dibangun itu tidak lebih baik dari sebuah bangunan SD Inpres yang tidak terawat. Sementara punya tetangga sebelah yang notabene baru merdeka beberapa tahun, berdiri sangat megah, tugunya tinggi menjulang dengan tulisan yang mencolok, bangunan-bangunannya beratap merah berdiri kokoh. Bila melintasi perbatasan ini saat itu, sebagai bangsa Indonesia pasti akan tertunduk malu, orang-orang seberang sana seolah-olah mencibir kita dan berkata: “Lihat negara kami, baru merdeka saja sudah mampu bikin gerbang perbatasan yang bagus!” . Gambaran itu seolah-olah membenarkan keputusan mereka memisahkan diri dari Indonesia.
Benar kata Presiden Joko Widodo, pintu gerbang negara PLBN, Bandara, maupun Pelabuhan adalah harga diri bangsa. Tempat-tempat inilah yang akan memicu kesan pertama kepada mereka yang datang berkunjung ke Indonesia. Saya setuju dengan beliau, PLBN di perbatasan Indonesia – Timor Leste harus lebih baik dan lebih besar, karena memang negara kita lebih baik dan lebih besar dari mereka. Coba kalau tidak direnovasi, ketika masuk kesana rasanya Timor Leste itu jauh lebih besar daripada Indonesia.
Memasuki gedung utama yang merupakan ruang pemeriksaan imigrasi dihiasi oleh interior yang didominasi tenun khas NTT. Di tempat ini terdapat juga patung burung Garuda dengan lambang Bhineka Tunggal Ika tepat di depan gedung pemeriksaan Kargo Keberangkatan. Luar biasa indah!
Sepertinya wisata perbatasan cukup menarik untuk dikunjungi oleh para traveller. Para traveller selain dapat melihat pesona keindahan alamnya, mereka juga dapat bertandang melihat PLBN nan megah yang menjadi obyek wisata baru, sehingga sangat sayang bila dilewatkan. (SKR)