TRAVELOUNGE.CO I Labuan Bajo – Bali memang sudah menunjukan kesiapannya sebagai lokasi perhelatan akbar Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) pada 8 hingga 14 Oktober 2018. Tetapiselain Bali, Labuan Bajo juga sudah siap menerima kunjungan delegasi 189 negara peserta pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral.
Yah, Bali bukanlah satu-satunya lokasi yang bersiap menyambut ribuan tamu. Salah satunya adalah Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo yang juga telah melakukan berbagai persiapan untuk menyuksesnya perhelatan akbar itu. Perjalanan dari Bali ke Labuan Bajo sendiri hanya 1 jam 15 menit dengan pesawat udara. Sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Labuan Bajo dengan Taman Nasional Komodo memiliki karakter berbeda dengan Bali. Labuan Bajo memang menjadi alternatif destinasi kunjungan yang tidak boleh dilewatkan.
Demi menyambut wisatawan, pemerintah telah membangun berbagai sektor pendukung yakni pengelolaan sampah, air bersih, transportasi, pembangunan jalan, drainase,listrik, kesehatan, pengembangan destinasi wisata hingga peningkatan kapasitas SDM pariwisata salah satunya melalui sertifikasi pemandu selam wisata.
Masalah sampah ditangani melalui kerja bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pemerintah Daerah Manggarai Barat meliputi sarana prasarana pengelolaan sampah, pembangunan Pusat Daur Ulang (PDU), pembangunan TPA baru (TPA Warloka ). TPA Warloka mulai dibangun 12 Maret 2018 oleh Cipta Karya dan direncanakan selesai pada bulan November 2018.
Sementara penanganan sampah plastik yang tidak bisa di daur ulang adalah dengan dimanfaatkan sebagai campuran aspal. Aspal campur plastik dapat dimanfaatkan kembali untuk pembangunan dan perbaikan jalan di Labuan Bajo.
Air bersih juga ditangani dengan pembangunan jaringan air bersih ke Bandara dan Pelabuhan, hingga Kampung Ujung oleh PDAM dan PSPAM Cipta Karya. Bandar Udara Komodo Labuan Bajo juga ikut menata diri. Fasilitas penunjang menyambut pertemuan tahunan IMF dan World Bank seperti pembangunan travellator bandara ditargetkan selesai pada akhir September 2018.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, PT. ASDP dan Pemerintah Daerah Manggarai Barat sedang membangun marina yang ditargetkan selesai November 2018 dan renovasi terminal penumpang pelabuhan yang selesai pada bulan September 2018.
Pemerintah juga melakukan perbaikan jalan, pedestrian dan drainase. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KemenESDM) Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Bersama PLN menyelesaikan masalah listrik dengan pemasangan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) pada 517 titik dan penambahan daya melalui PLTMG 20 MW dan rehabilitasi jaringan dan gardu/switching.
Sebagai destinasi wisata selam, pemerintah juga memperhatikan masalah kesehatan dan keamanan penyelam. Sebelumnya penyelam yang terkena masalah dekompresi (decompression illness) harus dibawa ke Bali. Kini, dengan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan, di Labuan Bajo juga dilakukan pengadaan Hyperbaric Chamber, Ventillator, dan alat kesehatan pendukung lainnya.
Baca Juga: Luhut Panjaitan : Mempromosikan Ekowisata di Wilayah Pesisir Adalah Salah Satu Prioritas Utama
Selain pembangunan infrastruktur, pembangunan manusia tidak bisa diabaikan. Demi mewujudkan pariwisata berkelanjutan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata, Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menyelenggarakan capacity building berupa sertifikasi pemandu selam wisata (23-25 September 2018).
Salah satu assessor dari Lembaga Sertifikasi Profesi Pramuwisata Indonesia (LSP Pramindo) Agus Widayanto mengatakan dive guide di Labuan Bajo ini cukup aktif. Baik sebagai freelance atau in house (bekerja pada satu dive operator). “Asessor menjadi payung, seseorang dinyatakan kompeten atau tidak. Baik melalui assessment berbasis standar unit atau berbasis okupansi,” jelasnya.
Agus menambahkan, untuk professional dive master keatas dapat menyerahkan portfolio sementara level rescue harus mengikuti seluruh proses assessment. “Para peserta assessment tidak terlalu banyak kendala karena bekerja di industri langsung. Dari wawancara 80% aktif baik freelance divers maupun in house,” urainya.
Dalam dua minggu assessment selesai, dilanjutkan dengan proses administrasi dan verifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Para diver yang lolos uji kompetensi akan menerima sertifikat mereka melalui pos atau paket tercatat.
Menurut Deputi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bidang SDM, Iptek dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin menegaskan penting keseimbangan pembangunan baik infrastruktur maupun manusianya. “Dive sites Labuan Bajo ini sebenarnya untuk intermediate diver. Ada beberapa spot yang memiliki arus bawah laut kuat. Kita harus hati-hati. Keamanan peselam perlu diutamakan, dan ini jugalah yang membuat para dive guide memegang peranan sangat penting,” tutur Safri.
Safri juga menekankan bahwa setelah ajang pertemuan tahunan IMF dan World Bank selesai, semua infrastruktur dan capacity building yang telah dibangun akan tetap menjadi manfaat bagi masyarakat Labuan Bajo, “Tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah daerah, memanfaatkan, merawat semua ini agar pariwisata berkelanjutan dapat berjalan. Manfaat pariwisata harus dapat dirasakan oleh semua elemen masyarakat,” terangnya.
Ismail Sidik