TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Daya pikat Cianjur bukan semata pemandangan alam maupun kulinernya, tapi juga memiliki segudang produk unggulan industri kreatif. Salah satu yang gaungnya terdengar hingga ke mancanegara yakni lampu gentur yang sudah cukup lama berkembang dan terkenal, baik itu melalui ranah nasional maupun internasional.
Kampung Gentur sohor sebagai pusat kerajikan lentera atau lampu hias sejak dulu. Tanpa embel-embel merek, produk mereka bisa terkenal hingga di luar negeri. Tak pelak, banyak warga Gentur menggantungkan ekonominya pada pembuatan lentera tersebut.
Meski tanpa menggunakan merek, namun usaha lampu gentur lampu gentur sudah merajalela di pasar dunia. Tak hanya di kawasan Asia, lentera cantik khas Cianjur ini pun banyak dipesan para konsumen dari negara-negara Timur Tengah, Eropa seperti Yunani, Bulgaria, dan Amerika Serikat. Selain itu, telah dipasarkan ke Thailand, Jerman, Belanda, dan Dubai.
Saat pagi hari, sekitar pukul 09.00 WIB, mereka mulai beraktivitas membuat lentera hingga pukul 16.00 WIB sore hari. Setelah istirahat dan sholat Magrib, mereka kembali melanjutkan membuat lampu hias hingga jelang waktu sholat Isya. Maklum saja, kerajinan lentera atau lampu hias sudah mendarah daging bagi penduduk Kampung Gentur. Dengan rekam jejak seperti itu, sentra lentera ini menjadi ikon atau simbol kebanggaan warga Kampung Gentur, sekaligus pemerintah daerah setempat.
Lentera atau lampu hias dengan warna-warna terang, merah, kuning, hijau tampak bergantung di etalase hingga pintu rumah penduduk Cianjur. Tepatnya di kampung Gentur, Desa Jambudipa, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat. Lampu gentur merupakan warisan nenek moyang sejak dulu dan sudah dikenal di pasar dunia.
Maklum saja, kerajinan lentera atau lampu hias sudah mendarah daging bagi penduduk Gentur. Konon keberadaan sentra ini sebelum awal Kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti kebanyakan produsen lampion di Gentur, Entis Sutrisna, pemilik “Kurnia Lamp”, mengatakan usaha yang digelutinya ini mewarisi usaha ini dari orang tuanya Baban Subandi yang juga diwarisi kakeknya Aki Musin yang sudah membuat lentera sejak tahun 1940-an. Dirinya merupakan generasi ke-empat penerus setelah ayahnya meninggal dunia tahun 1980.
Baca Juga: Berburu Oleh-Oleh Tenun Ikat Sarat Bernilai Seni Asal Sabu Raijua, NTT
Trisna-sapaan akrabnya, mengatakan, dari cerita turun temurun lentera gentur ini berawal ketika buyutnya membuat lentera dari kaleng bekas susu berbahan bakar minyak tanah untuk penerangan bagi para santri mengaji di pondok pesantren. “Awalnya, para buyutnya hanya membuat lampu centir atau lampu dari minyak tanah,” ujarnya, baru-baru ini.
Kolektor Memburu
Lambat laun keberadaan lampu gentur banyak diminati para kolektor untuk berbagai macam keperluan dekorasi ruangan dan koleksi di beberapa ruangan rumah, hotel, restauran, maupun kafe. Beberapa koleksi lampu gentur dengan gaya modern klasik dari gaya maroko, mediterania, oriental disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dari lampu gantung , lampu tembok, lampu meja, maupun tempat lilin dengan material kuningan dipadukan dengan berbagai kaca bevel, kaca es flora yang berwarna-warni sesuai permintaan konsumen. Makanya, galeri tempat memajang hasil akhir lampu hias dibuat di ruang tamunya. Trisna membanderol satu lampu dengan harga Rp 85.000- Rp 3 juta sesuai model dan kerumitan pembuatannya.
Saat ini, ada sekitar 30 perajin di Gentur yang menggantungkan ekonomi keluarganya pada usaha pembuatan lentera. “Sekitar 30% warga di sini aktif memproduksi lentera,” jelasnya seraya menambahkan ia membanderol satu produk lampunya dengan kisran harga Rp 85 ribu – Rp 3 juta sesuai model dan kerumitan pembuatannya.
Bila Anda bertandang untuk mencari lampu hias, Anda tidak akan menemukan jejeran toko penjualan lampu hias di Kampung Gentur. Soalnya, di sentra kerajinan ini semuanya rumah merangkap gerai atau etalase, bahkan pembuatan lampu pun di kerjakan di teras rumah. Jadi, bila Anda ke tempat ini selain dapat membeli berbagai aneka lampu hias juga dapat melihat atau sekedar mau belajar mengenai lampu hias ini.
Kreatifitas lentera gentur terus mengalami perubahan seiring zaman. Dari tempat asalnya di Kampung Gentur, lentera ini telah mengalami perubahan desain yang tak bisa dihitung oleh para pengrajinnya. Sebut saja model maroko. Selain lentera model maroko, kini ada hiasan terarium geometri yang juga banyak diminati. Terarium geometri ini masih berbahan kaca dan kuningan yang dibentuk bersudut. Biasanya digunakan untuk hiasaan terarium tumbuhan seperti kaktus dan lainnya yang disertakan pasir atau batu kecil.
Kedatangan berbagai pihak ke kampung ini, terutama orang-orang dari Timur Tengah membuat produk lampu mereka menjadi terasimiliasi, mulai dari bentuk hingga corak. Dengan berbagai keperluan, banyak wisatawan Timur Tengah suka bertandang ke kawasan Cianjur.
Maka, bagi Anda yang sedang jalan-jalan di Cianjur tidak ada salahnya mampir ke Kampung Gentur untuk berburu koleksi lampu hias sebagai cindera mata yang unik ini yang sudah mendunia. (SKR)