TRAVELOUNGE.CO I BANDUNG, 10 Oktober 2018 – Ini warning bagi stakeholder pariwisata Indonesia dari Prof. I Gde Pitana, Tenaga Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata, Kementerian Pariwisata. Kalau tidak tanggap negara tetangga mengintai pasar pariwisata kita, bukan mustahil kita terpuruk atau setidaknya gigit jari.
Prof I Gde Pitana khawatir dan kekhawatitannyan itu perlu diwaspadai dari stakeholder pariwisata Indonesia. “Saya khawatir pesaing-pesaing kita gencar mempromosikan pariwisata di negaranya dan menjadikan Indonesia sebagai pasar mereka,” ujar Pitana dalam Road To Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2018- Prospek dan tantangan Pariwisata Indonesia tahun 2019 yang digelar oleh Forum Wartawan Pariwisata, di STP Bandung, Rabu (10/10).
Jepang, Hongkong misalnya, saat ini gencar mempromosikan wisata halal kepada masyarakat Indonesia. New Zeland bahkan membuka penerbangan langsung ke Bali dan Vietnam tengah mengembangkan Pulau Phu Quoc sebagai Bali baru. “Kita perlu hati-hati. Tetapi tetap optimis pariwisata Indonesia bertumbuh dengan baik,” kata Pitana seraya menegaskan negara pesaing sangat serius mengembangkan pariwisata untuk menggaet pasar dari Indonesia.
Di era milenial, lebih dari 70 persen masyarakat menggunakan jari buat mencari informasi. Boleh dikata para pekerja pariwisata tidak bisa memiliki alasan untuk memperdayai wisatawan karena transformasi digital membawa dampak banyak yakni percepatan informasi. Kemudian wisatawan sudah experience turis karena mereka sudah mempelajari termasuk soal transportasi.
Baca Juga: Deregulasi di Era Cyber Tourism, Ketika Pariwisata Jadi Sektor Unggulan
Patut juga dicermati soal perilaku, kastemer menjadi produser. Berfungsi sebagai pemberi informasi sehingga membawa dampak yang baik buat Wisatawan.
“Marilah kita mencari solusi termasuk merangsang informasi di mana ketika konsumen berubah, maka kita harus berubah. Ada banyak peraturan yang tidak sesuai jaman sehingga harus di review termasuk di pariwisata. Sejak tahun 2013 tidak ada lagi ijin usaha namun ada pendaftaran,” tandas Pitana.
Terkait dengan bencana alam, pemilihan presiden, terorisme, Pitana mengatakan, bencana merupakan hal yang biasa. “Gunung Sinabung meletus terus. Di Bali ada Gunung Batur yang meletus tiap hari, tidak ada masalah. Ini harus kita kembangkan persepsi itu hal yang biasa,” ujarnya
Soal terorisme, lanjut Pitana, bukan hanya terjadi di Indonesia. Aksi teror juga terjadi di negara-negara lain seperti Inggris, Perancis dan Amerika.
Ismail Sidik