TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam pembukaan Sail Nias 2019 di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta, Kamis (14/3/2019), menegaskan, Nias memiliki potensi wisata kelas dunia, yakni sebagai lokasi surfing terbaik dunia yang juga memiliki daya tarik wisata sejarah (arkeologi) megalitikum yang hingga kini terawat dengan baik. Nias adalah surganya para surfer.
Menjajal olahraga surfing di Nias, sebuah pulau di lepas pantai Sumatera Utara, merupakan pengalaman yang banyak diimpikan para penggemar olahraga yang menantang adrenalin ini. Tapi tenang, buat mereka yang tidak dapat surfing pun bisa menikmati runtutan ombak besar yang bergulung-gulung di sisi pantainya.
Pulau Nias terkenal di kalangan para surfer dunia karena memiliki dua spot surfing terbaik dunia yang disebut “The Point” dan “Indicator”. Keduanya memang tiada henti menampilkan rangkaian ombak yang luar biasa sepanjang tahun.
Tengoklah Pantai Sorake dengan panorama yang memukau di teluk Lagundri, sebelah selatan pulau Nias. Ini adalah tempat surfer dari seluruh penjuru dunia datang untuk melihat langsung ombaknya yang spektakuler serta pantai berpasir putih. Suasananya sangat nyaman untuk bersantai. Menyelam atau memancing juga dapat dilakukan disini.
Pantai Sorake langsung berhadapan dengan Samudera Hindia dan punya ombak yang berkelas, dengan tinggi mencapai 10-12 meter. Para peselancar profesional dari berbagai belahan dunia berjejal datang ke sini untuk menjajalnya.
Yang bikin banyak peselancar jatuh cinta adalah ombaknya bergulung utuh hingga ke bibir pantai. Nggak heran, beberapa media luar menobatkan Pantai Sorake sebagai salah satu dari 10 spot surfing terbaik di dunia.
Terlepas dari sensasi menunggangi ombak ganasnya, Pantai Sorake juga punya sunset cantik. Perpaduan langit jingga yang merona dengan ombak yang tenang di sore hari menciptakan kesan damai dan tenang buat mereka yang bersantai di pinggir pantai.
Baca Juga: Sail Nias 2019 Diharapkan Tarik Investasi Pariwisata ke Sumut
Apalagi traveler bisa menikmati sunset di atas batu karang. Mengingat Pantai Sorake nggak memiliki pasir yang melandai ke tengah seperti pantai-pantai pada umumnya. Selain itu sempatkan juga untuk menikmati wisata bawah lautnya dengan snorkeling atau diving. Terumbu karang dengan kehidupan antar hewan laut di Pantai Sorake sangat menakjubkan.
Traveler juga bisa menyambangi Double H Surf Camp. Surf Camp ini memiliki bungalow baru yang dapat menampung 8-10 orang. Pemandangan laut yang mengagumkan, tepat di muka ombak “Indicators” serta hanya berjarak 50 meter dari “The Point”, menghadirkan suasana di seputar teluk Lagundri akan menjadi panorama yang menyejukkan mata.
Double H Surf Camp di desain alami dan penuh kehangatan matahari hingga merupakan tempat paling nyaman. Bolehlah dibilang Nias adalah surganya para surfer. Oh, ya. Selain itu, temukan pula keramahan warga lokal sembari jalan-jalan mengelilingi pulau, menyusuri pantai seputar teluk Lagundri
“Sektor pariwisata Nias secara khusus oleh Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya pada 19 Agustus 2016 yang lalu telah ditetapkan sebagai sektor unggulan selain perikanan dan kelautan,” kata Arief Yahya.
Arief Yahya menjelaskan, pengembangan pariwisata Nias telah didukung dengan unsur 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) yang memadai sehingga mempermudah wisatawan yang berkunjung, khususnya wisman yang dalam empat tahun terakhir ini rata-rata mencapai 240.000 orang pertahun. Dan pada 2018 mencapai 301.305 wisman.
Untuk aksesibilitas, lanjutnya, Nias memiliki bandara yang setiap hari sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta, Medan, dan Padang.
Untuk penerbangan Jakarta-Gunung Sitoli sebanyak 3 kali perminggu ditempuh dalam 2 jam 20 menit, sedangkan Medan–Gunung Sitoli 6-7 kali perhari dengan waktu tempuh hanya 50 menit dengan pesawat jenis ATR. Juga dari Padang-Gunung Sitoli 1 kali sehari dalam 1 jam, dan Padang-Tello-Gunung Sitoli-Sibolga 3 kali seminggu.
Begitu juga untuk transportasi laut dilayani dengan rute pelayaran Gunung Sitoli-Sibolga setiap hari ditempuh dalam 8 jam dan Teluk Dalam – Sibolga, Teluk Dalam-Tello-Padang, dan Gunung Sitoli-Padang.
Ismail Sidik