TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Kejuaraan selancar internasional atau Nias Pro International Surfing yang diselenggarakan di Pantai Sorake, Nias Selatan, Sumatera Utara, menyuguhkan atraksi salah satu ombak kanan (right hander) terbaik di dunia yang paling dicari oleh para peselancar.
Nias Pro International Surfing ini diikuti 102 peserta laki-laki dan 24 peserta perempuan yang berasal dari 15 negara. Para peserta dibagi dalam dua kategori. Yaitu Man Qualifying Series (QS) 3000 dan Women Qualifying Series (QS) 1000.
Nias Pro International Surfing yang berlangsung hingga 15 September 2019 kemarin. Para pesertanya memperebutkan total hadiah sebesar 80 ribu dolar AS. Dengan pembagian untuk kategori Man sebesar 75 ribu dolar AS dan kategori Women sebesar 5 ribu dolar AS.
Oh, ya untuk merasakan ombak kanan yang besar di pantai ini tidaklah mudah. Para peselancar harus terlebih dahulu mengayuh papan selancar ke bagian tengah pantai.
Buat penonton atau penikmat pantai, duduk sambil mengamati datangnya ombak menjadi kegiatan yang mengasyikan. Ombak Pantai Sorake akan mulai meninggi dari tengah lalu mengarah ke kanan hingga menepi ke bibir pantai. Indah dan asyik dilihat.
Perwakilan (world surf league) WSL Indonesia Tipi Jabrik mengatakan, potensi ombak di Nias seperti tambang emas yang tidak akan pernah habis bila terus dilestarikan. Terlebih Sorake memiliki salah satu ombak kanan terbaik di dunia yang dicari para _surfer_.
“Nias punya salah satu _right hander_ terbaik di dunia. Tingginya bisa sampai 4 meter, lalu ada lagi G-Land di Banyuwangi itu _left hander_ juga, ini potensi wisata yang harus dikembangkan, ibarat ombak di Nias itu _gold mine_, potensi untuk menyejahterakan masyarakat sangat besar,” kata Tipi Jabrik.
Baca Juga: Festival Bahari Jakarta Akan Digelar di Kepulauan Seribu
Tipi yang juga salah satu _surfer_ terbaik di Tanah Air mengakui potensi wisata bahari dari olahraga selancar sangatlah besar. Bahkan bila dibandingkan dengan jenis _sport tourism_ lain, selancar memberikan dampak langsung ke masyarakat dan efek positifnya sangat besar.
“Bila dibandingkan dengan kejuaraan olahraga sepeda internasional di Indonesia, surfing yang paling memberikan dampak signifikan bagi masyarakat langsung. Saat event, spending mereka lumayan besar. Mereka tinggal selama 10 hari dan rata-rata mengeluarkan uang 100 dolar AS per hari. Setelah pertandingan surfing semisal di Nias ini, masih banyak para _surfer_ yang akan datang kembali ke sini,” katanya.
Karena itu Tipi mendorong pemerintah pusat atau daerah untuk bersama-sama menggali potensi wisata bahari khususnya untuk olahraga surfing. Selain itu, investasi untuk mengembangkan surfing di Indonesia juga terbilang minim bahkan tidak ada sama sekali.
“Ombak sudah ada, wisatawan datang ke pelosok Indonesia selama ada ombak. Untuk itu, pemerintah daerah atau pusat harus memilih waktu yang tepat untuk menyelenggarakan event olahraga selancar internasional ini,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Area I Kemenpar Dessy Ruhati menambahkan, Nias Pro International Surfing yang menjadi rangkaian dari Sail Nias ini harus didukung secara serius karena potensi wisata bahari yang besar ada di dalamnya.
“Kejuaraan ini bukan kejuaraan main-main. Ini benar-benar sangat bergengsi. Karena para atlet datang dari berbagai negara dan tinggal lama di sini. Dan event ini harus didukung serius oleh stakeholder pariwisata lainnya,” kata Dessy.
Ismail Sidik