TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Nyoman Arjasa Wenten, salah seorang seniman asal Bali berhasil memperkenal dan mempopulerkan seni dan budaya Indonesia di mata dunia. Utamanya Amerika. Pergelaran musik dan tari tradisional Bali yang ia gagas selalu berhasil dan menimbulkan decak kagum penonton dan mampu menggetar panggung pertunjukan Amerika.
Dulu, dalam bentang masa lalu, Wenten tinggal bersama keluarga seniman di sebuah desa di Badung, Bali. Bersekolah musik di Bali. Dalam perjalanan waktu, Wenten semakin berhasil menampilkan tarian dan musik gamelan dengan baik hingga pada akhirnya mendapatkan tawaran beasiswa musik di salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat.
Puluhan tahun sudah Nyoman Arjasa Wenten merantau ke Amerika untuk membawa kesenian Bali hingga makin lebih mendunia.
Yang juga patut dicatat, bukan keinginannya untuk berkiprah di luar negeri. Namun arus kehidupan membuatnya terbawa melancong kesana. Kala itu ia hanyalah seorang putra seniman Bali. Kakeknya sendiri, Pekak Dalang Sading, seorang dalang yang membentuk calonarang di Pura Dalem Kediri di Sading. Sedangkan ayahnya seorang tukang ukir. Melihat Wenten yang senang menari dan menabuh sejak kecil, kakek pun mengajarinya. Ia diperkenalkan dengan guru-guru penari ternama.
Memang sudah suratan. Sekali waktu, kakek mengajaknya ke Pura Dalem Kediri. Disana ia diajak pentas menari. Padahal ia sama sekali belum latihan. Namun ia dipaksa memakai pakaian taris baris dan dirias. Seketika ia bisa menari dengan lincah. Wenten yang beranjak remaja terus melanjutkan SMA di Kokar. Saat itu Kokar berlokasi di Jalan Ratna, Denpasar. Seni karawitan ia tekuni hingga membawanya keliling dunia.
Guru-guru yang pernah mengajarinya menari yaitu Beratha Armawa, Raka Bongkasa, Oka Sading, Nyoman Kakul, Raka Saba, Wayan Rendi, Agung Breset, I Gusti Nyoman Panji dan sebagainya.
Dalam misi kesenian Kepresidenan Ir. Soekarno, ia terpilih menari keliling dunia untuk poros Asia. Ia dikirim ke Cina, Korea Utara, Thailand, Kamboja, Jepang dalam rangka pertukaran budaya dan mengenalkan Indonesia di mata dunia. Dari sejak SMA, dengan berbekalkan piawai menari dan menabuh, Wenten bisa berkeliling dunia. Pikirannya terbuka akan budaya dan kesenian Indonesia. Hingga ia memilih ASTI Jogjakarta untuk tempat melanjutkan studi.
Dalam perjalanannya belajar di ASTI, Wenten mengajar tari Bali di luar negeri. Ia mengajar di CallArts, California. Ia juga sempat mengajar selama 8 minggu di San Fransisco. Ia juga menghimpun kelompok mahasiswa tersebut pentas dan belajar lagi di Bali. Mahasiswa tersebut tinggal di Ubud di rumah Walter Spies, pelukis dari Jerman.
Bersama seorang Mpu Karawitan yang tak lain adalah mertuanya sendiri, yaitu Pak Cokro, mengajar menari di Ubud. Kesuksesannya mengajar di Ubud itulah ia kembali diundang mengajar di Amerika. Prof. Dr. Robert Brown, tokoh di Amerika yang cinta Indonesia memilih orang-orang yang akan mengajar seni karawitan Bali di Amerika. “Saya ditawari lagi untuk mengajar. Saya waktu itu masih sedang study di Jogjakarta. Saya bilang, kalau saya datang lagi untuk belajar, saya mau,” tuturnya.
Akhirnya ia mendapat beasiswa untuk belajar sekaligus mengajar di CalArts. CalArts merupakan sekolah milik Disney Land.
Kepopulerannya mulai terdengar di Amerika. Pementasan-pementasan yang dilakukan selalu ramai ditonton oleh warga Amerika termasuk tokoh-tokoh besar Amerika. Begitu juga kelas-kelas mengajarnya sangat populer disana. Bahkan mahasiswa yang tertarik jumlahnya mencapai ratusan, padahal kuota mahasiswa yang bisa mengikuti kelas Karawitan Bali hanya 27 orang.
Sesekali waktu ia pulang ke Bali untuk berkiprah kesenian di Bali bersama teman seangkatannya. Setamat dari S2 ia kembali ke Indonesia. Ia disarankan oleh IB Mantra, mantan Gubernur Bali untuk bekerja di Indonesia. Namun ia dipanggil lagi untuk mengajar di Amerika. Ia pun kembali mengajar di Amerika. Tak cukup sampai di sana, ia melanjutkan kuliah S3 di UCLA, Amerika dengan beasiswa. Gelar profesor pun didapatnya dari UCLA, Hingga kini di usianya ke-72, ia masih aktif mengajar dan berkesenian di Amerika. Ia menikah dengan Nanik, anak dari Pak Cokro.
Saat mengajar di USA Wenten selalu menggunakan pakaian khas Bali, Jawa dan lainnya. Hebatnya lagi, meski berdarah full Bali, Wenten juga gigih memperkenalkan seni budaya lain seperti Jawa dan Sunda.
Dalam cacatan, Wenten juga berkolaborasi dengan musisi Judith Hill yang pernah memenangkan Grammy Award dan pernah pula berkolaborasi dengan Michael Jackson serta Stevie Wonder.
Baca Juga: Promosi Pariwisata Melalui Film Bali: Beats of Paradise Garapan Livi Zheng
Nah, kisah hidup Wenten yang kuar biasa itulah yang menginspirasi sineas muda mendunia asal Jawa Timur Livi Zheng. Livi mengemas kisah hidup Wenten melalui film garapannya “Bali:Beats of Paradise” yang sukses di Amerika, Korea Selatan serta negara Asia lainnya. Film ini juga akan tayang secara serentak di Jakarta pada 22 Agustus 2019.
Penayangannya di Indonesia diharapkan dapat mengikuti kesuksesan film tersebut di Amerika dan Korsel. Film ini memang seharusnya dapat diterima di negeri sendiri. Setidaknya salah satu bentuk respon positif dari film ini adalah jumlah penonton yang menyaksikan cuplikan film di youtube yang mencapai 1,1 juta.
“Film ini menarik bagi masyarakat Amerika dan Korea karena mengangkat cerita tentang musik tradisional khas Bali. Kontennya dinilai unik,” sambung Livi Zheng, sutradara film Bali: Beats Of Paradise yang juga seorang aktris peran.
Film ini pertama kali tayang di Amerika dan mendapat sambutan hangat masyarakat setempat. Dia mengatakan bahwa pihaknya langsung mengambil kesempatan untuk memasarkan film tersebut di Amerika begitu mendapat sponsor yang mendukung biaya dan teknis penayangan film di sana.
“Kami tidak membutuhkan waktu lama untuk memutuskan akan menayangkan film Bali: Beats of Paradise. Kami yakin film ini akan sukses. Hal yang sama pun ketika kami memutuskan akan menayangkan film tersebut di Korea Selatan,” lanjutnya lagi.
Dengan adanya biopic itu, Wenten merasa bangga dan gembira melakoni dirinya sendiri di dalam film tersebut. Ia pun berterima kasih dengan Livi. Ia juga bangga memperkenalkan seni dan budaya Indonesia ke mancanegara. Inikah kebersahajaan orang besar seperti I Nyoman Wenten dan Livi Zheng. Tetap mengIndonesia dan rendah hati.
Nyoman Wenten yang memerankan tokoh utama di film Bali: Beats Of Paradise mengatakan bahwa dirinya bangga bisa memerankan tokoh yang memiliki latar belakang yang dekat dengan seni, sama seperti dirinya. Terlebih, dia berkesempatan memperlihatkan keindahan Pulau Bali berpadu dengan salah satu kebudayaan dalam sebuah film layar lebar.
“Saya terharu dan bangga menyaksikan berbagai kesenian tradisional khas Indonesia. Bukan saja kesenian khas Bali tapi kesenian dari seluruh Indonesia,” lanjut Wenten.
Ia menambahkan, dirinya berharap agar keunikan daerah lain juga dapat diangkat melalui film. “Masih banyak keunikan lain yang akan menarik jika diabadikan melalui karya film. Tentunya hal ini bisa menjadi nilai tambah dan keunikan pariwisata Indonesia,” sambunya.
Akan halnya executive Producer Beats of Paradise Zane Thomas mulai tertarik dengan Nyoman Wenten saat bertemu dalam suatu project di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Amerika. Saat itu ia melihat Wenten menabuh. Sedangkan Director of Photography Jeff Caroli melihat pribadi Wenten humble, peduli, dan rendah diri.
Hingga kini Nyoman Wenten menjadi pengajar etnomusikologi di University of California Los Angeles (UCLA) dan CalArts School.
Ismail Sidik