TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Jika alam ini cukup waktu untuk menyediakan dirinya sebagai juru bicara bagi semesta, barangkali ia akan dengan mudah mengungkap rahasia dimana sang cenderawasih itu biasa bersolek.
Untungnya Tuhan begitu adil untuk membuatnya tetap sebagai saksi bisu sehingga kecantikan burung endemik Papua itu lestari bersama alamnya di Tambrauw, Papua Barat.
Namun, siapa saja kini bisa berkesempatan untuk menyaksikan langsung betapa cantiknya cenderawasih di alamnya sekaligus. Apalagi karena keindahan alam di timur Indonesia menyimpan daya tarik yang luar biasa. Dengan kemasan yang penuh kesederhanaan Papua Barat memiliki kekayaan alam dan budaya yang perpaduannya sungguh indah dan bisa dinikmati sebagai kegiatan berwisata.
Pengalaman wisata yang dijanjikan Papua Barat sungguh berbeda dengan wisata di tempat lain. Keindahan Bumi Cenderawasih bisa membuat siapa saja jatuh hati.
Perjalanan yang dilalui menuju Papua Barat tidak mudah. Untuk mencapai kesini, wisatawan harus melalui perjalanan udara selama kurang lebih 4 jam dari Jakarta. Jarak tempuhnya tentu akan berbeda, bergantung lokasi asal yang dipilih. Selanjutnya, perjalanan darat yang ditempuh dari satu lokasi ke lokasi lain cukup jauh, pun belokan tajam dan jalan bebatuan masih banyak ditemui. Dibutuhkan fisik dan kendaraan yang prima untuk melewatinya.
Salah satu daya tarik Papua Barat terletak pada hutannya yang magis. Seolah hutan lebat tersebut menyimpan berbagai kejutan bagi para pelintas dengan begitu cantiknya.
Siapa sangka, jauh di dalam rimbunan pohon dan medan tanah yang cukup rumit dilewati, tersimpan dua pesona wisata yang luar biasa. Semua bisa menyebutnya kekayaan terberi bagi bumi Papua Barat yang kaya.
Dua pesona yang dimaksud adalah burung cenderawasih yang berada di titik pengamatan Hutan Vicirie, Distrik Miyah, dan Hutan Nunggou di Distrik Sausapor.
Burung surga atau Cendrawasih, merupakan burung yang memiliki bulu dan warna yang khas. Cendrawasih memiliki warna bulu yang indah memukau. Burung cendrawasih merupakan burung endemik Indonesia timur. Di Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari dari surga yang turun ke bumi.
Nah, mengamati burung cenderawasih di bumi asalnya merupakan sebuah pengalaman berharga. Untuk memasuki area pengamatan burung cenderawasih, wisatawan harus menyusuri jalan hutan selama kurang lebih 40 menit, setelah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki memasuki Hutan Nonggou di Distrik Sausapor.
Harga tiketnya yakni Rp150.000 perorang, sementara harga jasa guide lokal Rp150.000 untuk 4 orang. Demgan ramah seorang warga lokal menunjukan sebuah jalan di mulut hutan sebagai petapakan menuju lokasi persembunyian untuk melihat cendrawasih.
Baca Juga: Tank Peninggalan Perang Dunia II Ngejogrok di Hutan Distrik Bikar
Jalan tersebut merupakan jalan yang dibuat warga lokal dengan menyusun dahan dan akar di tanah sehingga membentuk jalan berundak. Panjang jalan yang ditempuh sekitar 300 meter dengan keadaan jalan menanjak yang cukup curam, mencapai 45 derajat.
Berbeda, jika wisatawan berkunjung ke Hutan Vicirie di Miyah, lokasi persembunyian untuk melihat cenderawasih ditempuh dengan waktu yang lebih singkat. Jarak tempuh dari tempat parkir mobil ke lokasi persembunyian hanya 100 meter dengan jalan yang cenderung landai. Untuk harga tiket, sama dengan harga tiket di Distrik Sausapor.
Lokasi persembunyian bagi yang ingin berkegiatan pengamatan burung, dibuat berupa pohon kering dan hijau yang disusun rapi menyerupai pohon liar, di sela – sela daun hijau itulah yang menjadi tempat pengamatan burung.
Baik di Miyah maupun Sausapor, ada aturan tidak tertulis bagi wisatawan yang mau melihat langsung keindahan burung cenderawasih. Sebaiknya wisatawan datang pada waktu pagi buta, pada saat itu kemungkinan untuk melihat burung lebih banyak.
Selain itu, wisatawan harus menjaga ketenangan karena suara bising dan ribut bisa menganggu ketenangan burung sehingga enggan datang. Berpakaian gelap serta tidak memakai wewangian merupakan syarat berikutnya.
Setelah itu, kesabaran pun dibutuhkan. Wisatawan harus menunggu beberapa saat sampai si cantik cenderawasih tersebut muncul. Kadang mereka hanya melintas, kadang hinggap cukup lama di dahan pohon sehingga bisa diabadikan melalui lensa kamera. Tidak perlu takut merasa bosan karena harus menunggu dalam diam, suara merdu burung cenderawasih dan burung lainnya yang terdengar bersautan dari kejauhan juga cukup menghibur.
Tidak disangka suaranya begitu beragam, suara yang terdengar mulai dari suara khas burung hingga suara mirip monyet. Semuanya menjadi suara nyanyian alam yang merdu dan sayang jika dilewatkan.
Pengamatan ini menjadi menarik karena kesempatan untuk melihat burung cenderawasih tidak selalu ada. Jika beruntung, wisatawan bisa melihat belasan ekor cenderawasih yang sedang bermain – main. Namun bila belum beruntung, hanya ada beberapa ekor yang melintas.
Sebagaimana yang termatub dalam buku Birds of New Guniea karangan Thane K. Pratt dan Bruce M. Beehler, setidaknya ada 6 jenis cendrawasih yang bisa traveler jumpai di hutan itu, yakni Lesser bird of paradise.
Sering disebut juga cenderawasih kuning-kecil, Magnificent bird of paradise atau
Cendrawasih belah rotan, Cendrawasih raja atau Cicinnurus regius, Magnificent rifflebird, Western parotia, Superb bird of paradise atau disebut juga cendrawasih kerah.
Nah, masa sih traveler tidak gemes melihat burung surga atau cendrawasih di Tambrauw? Yu kita melancong kesana.
Ismail Sidik