TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA, 7 Oktober 2018 – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mengakhiri kegiatan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Naturalis Guide di Taman Nasional Pulau Komodo (TNK). Kegiatan yang dibuka oleh Asisten Deputi Pendikan dan Pelatihan Maritim Tb. Haeru Rahayu ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas para pemandu wisata dalam memberikan pelayanan dan pendampingan kepada para pengunjung wisata di Taman Nasional Pulau Komodo (TNK) khususnya di lokasi Loh Liang dan Loh Buaya.
Kegiatan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Naturalis Guide TNK ini dibagi menjadi dua angkatan yang masing-masing angkatan diikuti oleh 34 peserta. Angkatan pertama berlangsung mulai tanggal 29 sampai dengan 30 September 2018, sedangkan angkatan ke dua dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 2 Oktober 2018. Materi yang diberikan terdiri dari Wawasan Kemaritiman bagi Naturalis Guide TNK, Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional Komodo, Bioekologi Biawak Komodo dan Teknik dan Etika Pemanduan. Materi-materi tersebut disampikan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman, Taman Nasional Komodo, Yayasan Komodo Survival Program (KSP) dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI).
Sejalan dengan trend meningkatnya kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo, dan dalam rangka menyambut kunjungan peserta sidang IMF-World Bank ke Taman Nasional Komodo, maka Balai Taman Nasional Komodo dengan didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melaksanakan kegiatan ini . “Dengan diadakannya kegiatan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kapasitas Naturalis Guide sehingga lebih professional dan kompeten. Dengan guide berkualitas, keamanan pengunjung lebih terjamin. Tentunya dengan catatan yang dipandu harus mengikuti arahan dari pemandu-pemandunya,” pungkas Asisten Deputi Pendidikan dan Pelatihan Kemenko Maritim Tb. Haeru Rahayu.
Tenaga pemandu taman nasional komodo wajib memahami kawasan yang dipandunya, juga harus menguasai ilmu dan etika pemanduan (interpreter), berkemampuan menyusun dan mengkomunikasikan program-program wisata alam dalam kegiatan pemanduannya. Dengan begitu kunjungan wisatawan yang dipandunya selain menjadi lebih bermakna juga tidak menyalahi aturan,etika, adat setempat juga menjaga lingkungan (konservasi).
Sebagaimana diketahui, Komodo dragon (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Komodo dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia di Taman Nasional Komodo, yang didirikan untuk melindungi habitatnya.
Baca Juga: Berwisata Alam ke Taman Nasional Tanjung Puting, kalteng
Penelitian menunjukkan bahwa Komodo adalah kadal varanid prasejarah yang pernah hidup di seluruh Indonesia dan Australia, yang sebagian besar, bersama dengan megafauna lainnya punah setelah era Pleistosen. Fosil yang sangat mirip dengan Varanus komodoensis yang ditemukan di Australia berusia lebih dari 3,8 juta tahun.
Meskipun demikian, fosil purba ini hidup dengan ukuran yang sama seperti jutaan tahun yang lalu di Indonesia. Wisatawan yang berminat dapat mengagendakan kunjungan ke Taman Nasional Komodo untuk melihat Komodo di habitat aslinya.
Meskipun komodo terkesan lamban, sebenarnya kadal ini dapat dikategorikan sebagai hewan yang berbahaya. Air liur komodo mengandung bakteri dan racun. Dalam laman resmi Smithsonian’s National Komodo Zoo & Conversation Biology Institute, kelenjar racun pada komodo ditemukan di rahang bawahnya. Racun ini dapat menghambat atau bahkan mencegah pembekuan darah secara normal. Selain liur, senjata komodo lainnya ada tiga yakni kuku, gigi dan ekor. Komodo memiliki 5 kuku tiap kaki yang panjang dan cukup tajam. Dengan gigi dan cengkeraman rahang yang kuat komodo mencabik mangsanya. Gigi komodo bukan untuk mengunyah melainkan untuk mencabik atau merobek daging. Seperti hiu, gigi yang copot dapat tumbuh kembali. Badan komodo dapat tumbuh hingga sepanjang 3 meter dan berat mencapai 70 kg. Ditambah dengan lari yang cepat, kemampuan berenang dan penciuman komodo sangat tajam, hingga mampu mencium darah hingga radius 7 km. Jadi, jika kebetulan melihat komodo di pantai dan pengunjung taman nasional berada di perahu, jangan ceroboh untuk memprovokasi komodo. Kadal raksasa ini dapat berenang ke perahu dan komodo bukan teman menyenangkan untuk berlayar bersama-sama.
Menurut Kepala Taman Nasional Pulau Komodo Budhy Kurniawan, meningkatnya kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo akhir-akhir ini berdampak pula pada semakin meningkatnya kebutuhan akan tenaga pemandu dan interpreter yang kompeten. Tenaga interpreter ini perlu diberikan bekal pengetahuan baik tentang etika pemanduan maupun tentang kawasan Taman Nasional Komodo, sehingga dapat melayani dan memberikan keamanan kepada pengunjung.
Ismail Sidik