TRAVELOUNGE.CO I BELITUNG – Negeri Laskar Pelangi yang terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memang menawarkan sensi wisata yang menawan. Tidak hanya memiliki pantai yang elok, tetapi ada pula berbagai macam kuliner yang dapat memanjakan lidah wisatawan seperti nasi gemuk dan nasi tim ayam, hingga hewan malam unik yaitu tarsius.
Dengan daya tarik wisata yang beragam, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengajak wisatawan nusantara untuk berkunjung dan berwisata ke destinasi-destinasi yang ada di Belitung.
“Saya ingin mengajak wisatawan domestik untuk datang ke Belitung. Karena begitu banyak atraksi wisata yang ditawarkan di Negeri Laskar Pelangi ini. Kita harus bangga berwisata di Indonesia. Sehingga, tahun 2021 ini kita bisa bangkit dan kita bisa pulihkan pariwisata dan ekonomi kreatif bangsa kita,” kata Menparekraf Sandiaga di sela-sela acara sarapan nasi gemuk, di Waroeng Kopi Ake, Tanjung Pandan, Belitung(5/2/2021).
Waroeng Kopi Ake ini lokasinya tidak jauh dari simpang lima, Tanjung Pandan. Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1922. Setidaknya sudah empat generasi yang mengelola kedai kopi legendaris itu. Bukti dari kelegendarisan warung kopi ini terlihat dari ornamen dinding hingga alat dapur yang klasik. Dari ketel, alat penyulingan air, hingga gentong tempat menaruh air yang terbuat dari tembaga.
Untuk menu yang ditawarkan ada kopi hitam, kopi susu, teh manis, teh tarik, dan jeruk kunci. Selain itu ada juga makanan khasnya, yakni nasi gemuk yang dilengkapi dengan kuah bersantan, serta lauk ikan bebulus dan sambal, serta nasi tim ayam yang lezat, disajikan dengan kuah membuat perpaduan rasa manis dan asinnya terasa pas dan nikmat.
“Saya sangat menikmati nasi gemuk dan nasi tim ayam yang pakai kuah. Lalu, saya minum kopi susu khas kopi ake. Kekuatan dari kopi Belitung yang sudah mendunia,” katanya.
Selain nasi gumuk dan nasi tim ayam, Menparekraf Sandiaga juga mencicipi kuliner khas Belitung lainnya yaitu nasi bedulang yang disajikan menggunakan tampah. Di dalamnya terdapat enam piring berisi berbagai macam lauk pauk. Diantaranya ada gangan, ayam ketumbar, sate ikan, sayur sambal ati ampela, lalapan, dan sambal.
Bedulang memiliki arti yaitu makan bersama dengan satu dulang. Filosofinya adalah rasa kebersamaan dan saling menghargai antar anggota masyarakat serta duduk sama rata, berdiri sama tinggi.
Menparekraf menambahkan jika Belitung ingin menjadi destinasi super prioritas nomor enam maka harus menyiapkan secara 360 derajat the side, the sound, the feel, the taste, the vibration, the resonance. Karena begitu wisatawan menginjakkan kaki di Belitung, mulai dari musik, aroma, hingga kuliner khas Belitung harus dimunculkan.
“Ini yang harus dikemas dengan baik dan semenarik mungkin sebagai produk-produk unggulan Belitung,” ujarnya.
BACA JUGA: Pulihkan Sektor Parekraf, Kemenparekraf Perkuat Kolaborasi dengan Bappenas
Selain kuliner, Menparekraf Sandiaga juga berkesempatan mengunjungi Bukit Peramun yang terletak di Desa Air Selumar, Belitung, dengan area hutan seluas 115 hektare. Kawasan ini juga ditumbuhi beberapa jenis tanaman berkhasiat obat. Uniknya di Bukit Peramun terdapat primata endemik langka yaitu tarsius. Hewan ini memiliki mata besar dengan ukuran tubuh sebesar telapak tangan. Diperkirakan tarsius yang ada saat ini tinggal 80 ekor.
“Untuk itu saya berpesan agar kawasan Bukit Peramun dapat dikelola dengan baik. Karena desa wisata Air Selumar yang nanti adalah bagian dari satu kesatuan untuk ekowisata, perlu kita perhatikan dan kita jaga kelestarian lingkungannya. Ini akan menjadi produk unggulan wisata di tengah pandemi, karena masyarakat banyak yang mencari produk wisata di udara terbuka,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Menparekraf berharap Gubernur Bangka Belitung dan Bupati Belitung menindaklanjuti pengembangan Bukit Peramun yang rencananya terintegrasi dengan Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Desa Juru Seberang. “Langkah ini yang harus kita kelola selama tiga tahun ke depan. Sehingga, tracking dari HKm Juru Seberang sampai ke Bukit Peramun bisa menjadi satu yang terintegrasi,” katanya.
Selain keunggulan hewan endemik tarsius, Bukit Peramun ini memiliki berbagai inovasi digital yang digagas oleh komunitas pengelola wisata Bukit Peramun. Melalui aplikasi digital tersebut, wisatawan bisa mendapatkan informasi interaktif mengenai Kawasan Bukit Peramun.
“Jadi ini desa wisata digital yang mempunyai hologram. Tadi ada beberapa pohon yang bisa di scan menggunakan QR Code dengan aplikasi khusus, kemudian keluar cerita tentang pohon tersebut. Ada pula informasi mengenai formasi batu, serta tempat atau lokasi tinggi yang bagus dan instagramable,” ujar Sandiaga.
Menurut Menparekraf Sandiaga, Belitung memang menawarkan satu sensasi yang sangat luar biasa. “Tapi memang harus kita batasi demi menjaga kelestarian lingkungannya, tapi inilah bagian dari alam Indonesia yang menurut saya sangat menjanjikan sebagai destinasi unggulan. Mudah-mudahan Belitung bisa menjadi ikon pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, yang juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan” kata Menparekraf.
(Ismail Sidik Sahib)