Menikmati Pesona Wisata Maritim di Taman Nasional Karimunjawa

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Taman Nasional Karimunjawa banyak dikaitkan dengan pariwisata maritim. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan wisata air, seperti bersantai di pantai dengan pasir putih, berenang, memancing, berlayar, menyelam dan snorkelling untuk melihat pemandangan indah bawah laut. Atau bisa juga melakukan fotografi, bercengkerama dengan hewan laut di penangkaran. Jadi sangat asik menikmati pesona Wisata Maritim di Taman Nasional Karimunjawa.

Masih banyak rekreasi kemaritiman lain yang dapat dilakukan di gugusan kepulauan nan indah ini. Tapi, wisata maritim bukanlah satu-satunya yang dimiliki Karimunjawa. Tengok juga wisata religi dengan situs bersejarah makam Sunan Nyamplung hingga wisata seni dan budaya Karimunjawa yang selama ini belum diekplorasi.

Karimunjawa adalah kepulauan dengan status administratif di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Berdasarkan legenda yang beredar, Pulau Karimunjawa ditemukan oleh Sunan Muria. Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria yang memerintahkan putranya, Amir Hasan ke sebuah pulau yang nampak “kremun-kremun” (kabur) dari puncak Gunung Muria guna mengembangkan ilmu agamanya.

Nah, karena tampak “kremun-kremun” akhirnya kepulauan ini dikenal dengan nama “karimunjawa” hingga sekarang. Amir Hasan kelak dikenal sebagai Sunan Nyamplung karena menanam biji pohon Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) di Karimunjawa. Pohon Nyamplung ini ternyata bermanfaat sebagai pemecah angin ( _wind breaker_ ) untuk tanaman pertanian dan konservasi pantai. Belakangan juga diketahui kalau biji nyamplung juga dapat dimanfaatkan sebagai biofuel. Sampai sekarang makam Sunan Nyamplung masih ramai dikunjungi, baik oleh peziarah maupun oleh pengunjung yang tertarik mempelajari sejarah Islam yang telah berkembang di kepulauan ini sejak abad ke-15.

Patut diketahui, sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah sebagai Taman Nasional dan dikelola oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Taman Nasional ini merupakan ekosistem asli dan rumah bagi hampir 400 spesies fauna laut dengan ragam ikan hias warna warni yang hidup di terumbu karang.

Bahkan, fauna langka juga menghuni Taman Nasional Karimunjawa seperti Elang Laut Dada Putih, penyu sisik dan penyu hijau. Kawasan hutan mangrove menjadi lokasi tepat untuk penggemar bird watching dan fotografer.

Karimunjawa mempunyai luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, dengan 6 pulau yang berpenghuni. Beragam suku yang menghuni Karimunjawa adalah suku Jawa, suku Bugis, suku Madura serta Suku Bajo, Buton dan Mandar yang hidup rukun secara turun temurun. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan dan pengolah ikan kering. Kekayaan sumber daya perikanan di Karimunjawa tidak perlu diragukan.

Sebagai kepulauan dengan mayoritas penduduk muslim, karakter penduduk yang sangat ramah dan santun merupakan modal utama pengembangan pariwisata. Keramahan penduduk lokal perlu disikapi dengan wisatawan yang juga menghormati budaya lokal dengan berbusana dan bersikap sopan di kawasan berpenduduk. Pilihan busana lebih beragam dapat dipakai di pulau resort atau kawasan-kawasan wisata.

Baca Juga: Tempat Wisata yang Asyik di Bojonegoro 

Berwisata ke Karimunjawa

Yang juga penting diketahui, ada banyak hal yang menjadikan wisata ke Karimunjawa memiliki keunikan yang tidak ada di taman nasional lain di Indonesia. Ekosistemnya yang asli, terumbu karang yang sehat, fauna langka dan pulau-pulau resort yang berwawasan lingkungan. Keramahan penduduk dan hidangan lezat dengan bahan baku segar hasil tangkapan nelayan lokal.

Berkembangnya sektor pariwisata telah mendorong pemerintah untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik. Kini listrik tersedia 24 jam. Juga ada pngembangan Bandar Udara Dewadaru dan pembangunan Pelabuhan Legon Bajak dan masih banyak lagi demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan pengunjung yang datang berwisata. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur pariwisata membuat masyarakat lokal mendapat pengaruh positif dari perkembangan pariwisata didaerahnya.

Belum lagi masyarakat dapat mengisi kebutuhan sumber daya pariwisata seperti penginapan, restoran serta menjajakan ragam souvenir khas. Souvenir yang perlu dibawa pulang, tentunya bukan pasir pantai karena perilaku itu akan merusak lingkungan. Souvenir penganan ikan, gelang dan aksesoris yang terbuat dari kayu dewadaru, stigi atau kayu kalimasada bisa jadi pilihan.

Tapi ingat, pada bulan-bulan tertentu peziarah ramai mengunjungi situs makam Sunan Nyamplungan. Peziarah banyak memilih untuk menginap di penginapan di pulau Karimunjawa.

Pilihan lainnya yang juga banyak diminati wisatawan mancanegara adalah menginap di pulau-pulau resort. Pulau-pulau resort yang bisa dikunjungi di Karimunjawa diantaranya adalah pulau Menjangan dan pulau Menyawakan (Kura-kura resort). Selain itu masih ada wisata pantai di pulau Karimunjawa , pantai ujung gelam, hingga bird watching di hutan mangrove.

Untuk urusan kuliner, di alon-alon Karimunjawa dekat pelabuhan ada berbagai kedai ikan bakar dadakan yang segar dan lezat. Sayangnya, kedai-kedai ini banyak menggunakan plastik sekali pakai seperti gelas plastik. Sampah plastik yang tidak dikelola baik justru bisa merusak ekosistem karimunjawa. Jadi, wisatawan harus peduli lingkungan, hindari penggunaan plastik sekali pakai atau lebih keren bawa botol minum sendiri.

Traveller, perjalanan ke Karimunjawa dapat ditempuh dengan penerbangan dari Bandara Ahmad Yani Semarang dengan Nam Air, atau penerbangan perintis dengan Airfast dari Bandara Djuanda Surabaya. Ada juga resort yang menggunakan pesawat charter untuk tamu-tamunya terbang ke Karimunjawa. Opsi lain adalah pelayaran dengan KM Kartini, KM Express Bahari, atau KM Siginjai dari Jepara.

Rahman Hidayat, Asisten Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Pelayaran, Perikanan dan Pariwisata dalam kunjungannya ke Karimunjawa menekankan bahwa dukungan infrastruktur pariwisata harus berwawasan lingkungan dan sesuai dengan kearifan lokal. Pengelolaan sampah terpadu perlu dibangun di Karimunjawa agar masalah sampah dapat segera diantisipasi, simultan dengan edukasi kebersihan dan bahaya sampah plastik. Taman Nasional memang tidak diproyeksikan sebagai lokasi mass tourism.

Ismail Sidik

Berbagi: