TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Bila melancong ke provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kita bukan hanya disajikan keindahan alam yang indah, namun dibalik sisi keindahan alamnya kita akan disuguhkan dengan kearifan budaya lokal dari kehidupan masyarakatnya yang menjadikan alam sebagai salah satu sumber untuk kehidupan dengan menghasilkan sebuah produk tenun ikat. Maka, bisa dibilang NTT termasuk sebagai provinsi yang kaya akan daya tarik wisata. Budaya, alam, dan kerajinan tangan yang tersedia di sana sangat lengkap.
Maka, tidak ada salahnya bila kita ingin melakukan perjalanan wisata ke NTT melihat para pengrajin yang masih melestarikan budaya tradisional membuat kain tenun ikat yang hingga kini tetap dipertahankan. Salah satu yang patut dikunjungi bila ingin berburu tenun ikat yang cantik di sentra tenun Ina Sabu yang berlokasi di Jl Sukun I RT 009/004 Kel. Oepura, Maulafa, Kota Kupang, NTT. Sentra tenun ikat bermotif asal daerah Sabu Raijua ini bukanlah tempat yang strategis karena tak berada di jalan besar, tetapi bila musim libur ataupun akhir pekan biasanya tempat ini kebanjiran pengunjung., baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Keberadaan Ina Sabu tak bisa dipisahkan dari perjuangan Nofer Linda Kanni. Perempuan kelahiran Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua, ini seperti perempuan setempat pada umumnya, punya keahlian menenun kain. Bedanya, dia tak sekadar menenun untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi sekaligus berusaha mengembangkannya untuk melestarikan dan membangkitkan minat penenun.
“Para pengunjung yang datang bukan saja dari orang kalangan biasa, tetapi dari kalangan desainer, penyuka tenun ikat, bahkan para pejabat,” kata Noffer Linda Kanni.
Belajar Menenun
Di tempat usaha Linda yang dikenal dengan brand Tenun Ikat Ina Sabu ini para pengunjung selain dapat melihat proses cara menenun juga dapat belajar cara membuat kain tenun ikat yang bahan-bahan untuk pembuatannya yang berasal dari alam.
Warna dan desain kain tenun Sabu Raijua seakan menghipnotis pengunjung untuk tidak mudah berpaling. Kain tenun sabu raijua diwarnai dengan berbagai daun dan akar. Semua warna menggunakan warna alami. Dengan cara seperti itu, warna pada kain tenun sabu raijua akan semakin menarik dan tidak pudar.
Baca Juga: Menjelajahi Benteng Willem II di Kota Ungaran Rumah Penjara Pangeran Diponegoro
Tenun Sabu Raijua memang memiliki banyak ciri khas. Soalnya, yang istimewa menurut Linda karena motif dan ragam hias tenun ikat khas Sabu Raijua kaya dengan motif dan sangat bervariasi. Saat ini NTT memiliki 21 kabupaten dan 1 kotamadya, tiap kabupaten saja memiliki beberapa motif, sehingga setiap daerah di NTT itu mempunyai motif tenun yang khas. “Kita bisa mencirikan dari kabupaten mana asalnya, hanya warna dominannya saja,” jelasnya.
Warna dan desain kain tenun Sabu Raijua seakan menghipnotis pengunjung untuk tidak mudah berpaling. Kain tenun Sabu Raijua diwarnai dengan berbagai daun dan akar. Semua warna menggunakan warna alami. Dengan cara seperti itu, warna pada kain tenun Sabu Raijua akan semakin menarik dan tidak pudar.
Dikatakan, tenun ikat ini adalah hasil kerajinan tangan yang merupakan warisan turun temurun dari leluhur. Saat ini para pengrajin yang juga pelaku usaha tenun ikat terus melakukan inovasi agar mempunyai daya tarik bagi para pembeli. Dimana sebelumnya hanya didibuat sebagai kain adat masyarakat setempat atau untuk busana pesta, kini kain tenun ikat ini dimodifikasi bukan hanya untuk sebuah baju saja, tapi digunakan sebagai bahan baku aneka kerajinan tangan seperti gelang, tas, hingga aksesoris lainnya.
Di tangan Linda tenun ikat Sabu Raijua disulap menjadi beragam produk buatan tangan. Dia melihat, produk kerajinan berbahan dasar tenun semakin populer . Itulah yang mendorong ibu dua anak ini selain tetap menghasilkan berbagai tenun ikat kini memulai bisnis produk kerajinan tangan berbahan dasar tenun ikat itu.
Produk Bernilai Jual Tinggi
Memang untuk sebuah hasil karya tenun ikat Sabu Raijua yang mempunyai nilai historis harganya bisa mencapai jutaan rupiah, biasanya dicari oleh para kolektor. Harga untuk sebuah kain tenun di Ina Sabu harganya di kisaran Rp300 ribu-Rp5 juta, harga baju mulai dari Rp350 ribu, aneka aksesoris tas dan dompet dari Rp50 ribu-Rp150 ribu.
“Kain tenun ikat ini makin ramai dijadikan berbagai kerajinan tangan unik dan fungsional. Bahkan lantaran sarat nilai seni, produk kerajinan tangan ini bernilai jual tinggi,” katanya.
Salah satu kelebihan produk yang Linda gadang adalah beragamnya motif kain serta warna kain yang berkualitas lantaran dihasilkan dari pewarna alami berupa indigo, akar mengkudu dan batang kakao. “Bahkan kami juga memproduksi yang terbatas alias limited edition,” kata Linda. (SKR)