TRAVELOIMGE.CO I JAKARTA – Status daerah pasca bencana seperti Tanjung Lesung, Banten, yang terdampak tsunami Selat Sunda, memiliki pengaruh besar terhadap kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Dalam hal ini, Media diharapkan bisa ikut berperan dalam menyebarluaskan kabar bahwa Tanjung Lesung dan Selat Sunda sudah aman dikunjungi.
“Paling besar pengaruhnya dalam bencana adalah status daerah. Sebagai contoh, bencana meletusnya Gunung Agung di Bali. Bali bisa _recover_ sektor pariwisatanya, setelah status bahaya dicabut. Saat status bahaya tersebut masih ada, Tiongkok mengeluarkan _travel warning_, akhirnya wisman tidak ada yg datang ke Bali,” ujar Menpar saat pelaksanaan Jumpa Pers Jurnalisme Ramah Pariwisata, di KEK Tanjung Lesung, Banten, Senin (1/4).
Akibat _travel warning_ tersebut, Bali kehilangan sekitar Rp.1,5 triliun. Setelah status bahaya dicabut, pada April 2018 sektor pariwisata Bali dinyatakan normal kembali.
“Kalau status bahaya ditetapkan di Banten, apakah mungkin wisatawan khususnya wisman datang ke sini? Tentu tidak ada wisatawan yang akan datang. Di Selat Sunda, status sekarang waspada tapi hanya radius 2 km dari Krakatau. Daerah lainnya aman dikunjungi. Saya minta, Banten jangan menetapkan status bahaya. Peran media juga sangat penting dan diperlukan untuk menyampaikan informasi Selat Sunda aman,” ujarnya.
Menpar menjelaskan sejak bencana tsunami Selat Sunda, okupansi hotel di Banten termasuk Anyer yang tidak terkena dampak menjadi rendah. Rata-rata okupansi Hotel di Banten, termasuk Tanjung Lesung, hanya mencapai 10-30%.
KEK Tanjung Lesung ditargetkan mampu menarik 1 juta wisman atau setara dengan US$ 1 milyar. “Dari awal sudah dideklarasikan 1 juta wisman atau US$ 1 milyar. Saya janjikan kepada Presiden kalau Tol Panimbang dibangun maka akan mendatangkan lebih banyak devisa dibandingkan nilai investasi yang dikeluarkan,” ujar Menpar.
Baca Juga: Percepat Pemulihan Pariwisata Selat Sunda, Kemenpar Gelar 49 Kegiatan
Untuk mendatangkan wisatawan mancanegara, pembangunan bandara dinilai Menpar diperlukan di Banten. “Ada akses jalan tol itu baik karena mampu mempersingkat perjalanan wisatawan menjadi dua jam, tapi bandara Banten juga diperlukan. Sebagai contoh, jumlah kunjungan ke Toba lewat bandara Silangit meningkat dari tahun 2017 sebesar 280 ribu menjadi 420 ribu di tahun 2018. Saya rasa dengan adanya bandara, Banten mungkin sekali mendatangkan lebih banyak wisatawan,” ungkap Menpar.
Tanjung Lesung sebagai KEK seluas 1500 hektar mulai beroperasi pada Februari 2015 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Kawasan ini dikelola oleh PT Jababeka Group Tbk melalui anak usahanya PT Banten West Java (BWJ).
Untuk memikat wisatawan, KEK Tanjung Lesung sudah menyiapkan berbagai program menarik. “Dari Tanjung Lesung kita sedang mengembangkan program selain wisata pantai juga wisata desa. Kita juga mempersiapkan berbagai amenitas seperti beach club Lalassa,” ujar Presiden Direktur PT Banten West Java (BWJ), Purnomo Siswoprasetijo selaku pihak pengelola KEK Tanjung Lesung.
Diharapkan berbagai program dan fasilitas baru yang dibangun di Tanjung Lesung dapat menarik dan menggaet wisatawan untuk berkunjung, sehingga pariwisata dikawasan KEK Tanjung Lesung kembali bergairah.
Ismail Sidik