TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Jago-jago tua masih bertengger dengan gagah. Tepatnya disekitaran Botani Square, Jl. Pajajaran, Bogor, Jawa Barat. Yah, dikawasan Tugu Kujang itu dengan mudah kita akan menemukan sosok Mitsubishi Colt L300 yang dipakai sebagai mobil angkutan umum trayek Bogor-Sukabumi.
Di tempat ini, L300 yang kondang itu nongkrong menanti penumpang. Memang, salah satu alternatif moda transportasi yang bisa kita gunakan dari Bogor-Sukabumi adalah mobil penumpang yang ditabalkan sebagai Moset alias Mobil Setan.
Moset? Ya, mobil setan, begitu pengguna menabalkannya. Tapi hal ini tidak berkaitan dengan keghaiban. Ini cuma soal penyebutan aja kok. Tapi yang pasti, siap atau tidak, adrenalin harus dipacu manakala kita naik moda ini karena penumpangnya serasa ngedrage race.
Moda transportasi umum bergenre Mitshubisi Colt L300 keluaran 1983/84 ini merupakan salah satu moda trasportasi pilihan bagi warga Bogor maupun Sukabumi.
Sejatinya segmen kendaraan komersial ringan di Indonesia seabreg-abreg. Salah satunya, Mitsubishi dengan mobil andalannya, L300. Baik varian mobil penumpang maupun pikap barang. Kendaraan komersial ini memiliki sejarah cukup panjang. Hadir pertama kali sebagai model global, L300 di pasar luar Jepang dinamai Delica.
Mitsubishi Colt L300 salah satu produk yang punya masa hidup atau lifecycle cukup panjang. Tercatat mobil ini pertama diluncurkan pada 1979. Di Indonesia sendiri, Colt L300 masih dijual sampai sekarang. L300 merupakan kendaraan komersial yang cukup tangguh, terutama berkat mesin diesel 4D56 berkapasitas 2.500 cc yang terkenal kuat dan andal. Tidak heran L300 hingga sekarang masih memimpin segmen light commercial vehicle.
Di Indonesia sendiri, L300 mulai dipasarkan pada 1981. Saat itu, varian mesin yang ditawarkan hanya satu, berkubikasi 1,4 liter dengan jenis bahan bakar bensin. Pilihan mesin ini bertahan selama 3 tahun, hingga pada 1984, digantikan dengan kapasitas 1,6 liter.
BACA JUGA: Kehadiran Lexus UX 300e Berikan Warna Baru bagi Industri Otomotif
Di tahun yang sama, Mitsubishi turut bermain di varian mesin diesel. Kubikasinya cukup besar, yakni 2,3 liter. produksi tenaganya memang lebih kecil, hanya 65 ps di putaran 4.200 rpm, tetapi torsinya lebih besar, 137 Nm pada 2.000 rpm. Makanya cocok digunakan sebagai kendaraan angkut barang.
Untuk varian bus chassis memiliki panjang 4.195 mm, lebar 1.695 mm dan tinggi 1.820 mm. Sedangkan cab chassis dimensinya sedikit berbeda dengan bus chassis. Panjangnya 5.150 mm, lebar 1.700 mm dan tinggi 1.805 mm. Baik sumbu roda dan ground clearance-nya sama dengan varian pikap. Guna menunjang kenyamanan berkendara dengan jarak perjalanan yang cukup jauh, Mitsubishi membekali tangki bahan bakar berkapasitas 47 liter.
Kembali ke Moset. Julukan itu disematkan lantaran angkutan ini mampu meliuk-liuk dan melaju dengan kepatan tinggi di tengah kemacetan yang semrawut disepanjang jalur Ciawi hingga Sukabumi.
“Habis bawa mobilnya kayak setan. Gak ada takut-takutnya. Yah kayak menantang maut,” kata Mail (56th) yang mengaku sering naik Moset.
Memang, saban hari dilintas Bogor-Sukabumi, dengan mudahnya kita bisa melihat kendaraan ini melaju kencang seolah menantang maut. Apalagi kerap berzig zag di batas jalan yang berbatu dan berlobang.
Menurut Mail, Istilah ‘mobil setan’ sendiri memang sudah melekat di masyarakat secara turun-temurun. ” Julukan itu mah memang sudah ada dari dulu dulunya. Tapi saya kurang tahu pastinya,” imbuhnya sambil tertawa.
Endang tidak berseloroh. ” Bisa bisa kita malah dibilang enggak bisa bawa mobil. Makanya kita itu bawa mobil ngebut terus meski pas macet,” tambahnya. Dan memang penumpang terlihat asyik-asyik saja meski mobil yang ditumpangina itu melaju cepat dibahu jalan yang tidak rata.
Endang menguraikan, rata rata penumpang naik Moaet karena ingin mengejar waktu perjalanan yang jaraknya mencapai 60 km. Jalur Bogor – Sukabumi memang terkenal dengan kemacetannya. Nah, jika macet, waktu perjalanan bisa memakan waktu lima sampai enam jam.
Kemacetan yang terjadi biasanya disebabkan oleh pengerjaan jalan, jembatan, pasar dan banyaknya angkutan berat dari pabrik-pabrik di sepanjang jalur. Kendaraan berat ini melintas sepanjang waktu sehingga membuat kendaraan lainnya melambat dan menyebabkan kemacetan panjang. Belum lagi saat masuk atau bubaran buruh pabrik. Jangan ditanya lagi, deh.
“Jadi mau tidak mau kita harus ngebut. Kalau kita tetap berjalan pelan, mobil kita enggak laku. Gak ada yang mau naik lagi. Makanya kita genjot 1,5 jam nyampe, ” kilah Endang sambil cengengesan.
Untuk urusan salip menyalip di jalanan sudah menjadi keahlian dari para driver Moset. Jika jalan sebelah kanan kosong, maka driver akan langsung menyalip melalui jalur kanan meski melawan arus. Akan terus diterobos sampai beberapa meter di depan ada kendaraan lain. Lalu driver dengan ketangkasannya akan segera menyodok muka mobil ke sebelah kiri untuk mengambil jalan di jalur kiri.
Oh, iya. Selain selalu ngebut dan zig zag, untuk mengantisipasi kemacetan total, sopir mobil setan juga punya jalur alternatif. Selain jalur utama Bogor-Sukabumi, mereka juga memacu kendaraannya lewat Jalur Cihideung-Caringin, Cimelati dan Taman Angsa. Jalur ini meski indah dipandang mata, jalannya penuh tanjakan dan berkelok kelok tajam hingga bisa bikin adrenalin empot empotan!
Dengan saling memberi informasi seputar kondisi lalu lintas yang sedag dilalui, para pengemudi ini pun jadi update tentang kondisi lalu lintas di depan atau di belakang mereka. Dengan kecepatan yang maksimal ternyata mereka masih sempat untuk berkomunikasi.
Jadi bagi yang penasaran bagaimana sensasinya menaiki ‘Moset’, bisa coba datang ke Bogor atau Sukabumi untuk merasakan langsung adrenalinnya. Beberapa pengemudi angkutan ini ada yang beroprasi 24 jam karena ada sebagian pengemudinya yang jalan “ngalong” atau mulai beroperasi dari malam hingga dini hari.
Moset ini kalau di Sukabumi punya nama lain yaitu ‘Colt Bogoran’. Saat ini, setidaknya ada sekitar 200 Moset yang beroperasi. Tongkrongannya mudah dikenali karena mencolok, baik warna maupungrafitinya. Sebetulnya mobil berbahan bakar solar ini sudah cukup uzur untuk dijadikan moda transportasi. Dari knalpot mobil keluaran 1983 ini muncrat asap hitam yang mengepul. Meski begitu mobil ini masih jago melaju. Setiap mobil dipegang oleh 2 sopir karena moda ini beroperasi 24 jam. Sekali tarikan di isi 14 orang penumpang dengan tarip Rp.35.000/orang.
Lalu kenapa Moset cuma dipenuhi Mitsubishi Colt L300? ” Sejarahnya gimana, ya gak tahu juga. Cuma yang pasti mobilnya memang lebih tangguh dan kuat dibanding yang lain. Apalagi gampang perawatannya. Suku cadangnya juga mudah dicari. Mungkin karena keluaran Mitsubishi kali, ya?” ujar Endang.
Yang pasti Mitsubishi juga kondang memproduksi mobil-mobil keren, semisal Pajero, Pajero Sport, Xpander, Triton, Outlander dan sebagainya. Bahkan yang bikin heboh, Pajero dan L300 sempat melaju dihingar bingar Rally Paris Dakar.
(Ismail Sidik Sahib)