Travelounge.co | Jakarta – Majalah Canang Koto Gadang lahir pada tahun 1964 sebagai inisiatif sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang gemar berkumpul sesama orang asal Koto Gadang, beranggotakan Ruri, Ned A. j., Eddy Mahzar, Sjarkib Albar, Sofyadi Roezin, dan Meidi.
Nama “Canang” sendiri berasal dari alat kentongan yang ada di daerah Koto Gadang yang digunakan sebagai alat informasi atau untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Tujuan dari dibuatnya Majalah Canang adalah untuk menyebarkan berita seputar Koto Gadang dari mulai berita kelahiran, pernikahan, hingga kematian, dan untuk menambah kecintaan warga Koto Gadang kepada kampung Halamannya.
Didasari oleh kecintaan kepada kampung halaman dan terus update dengan informasi terkait Koto Gadang, para pembaca majalah ini utamanya adalah organisasi Koto Gadang tersebar luas di berbagai daerah seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan, lainnya. Sehingga persebaran berita akan Koto Gadang tetap diterima oleh semua perantau dari Koto Gadang. Pada awal Majalah Canang terbit tembus kurang lebih 100 eksemplar yang dibuat dengan menggunakan mesin tik secara manual, majalah ini didukung sukarelawan yang berdedikasi dalam mengisi berita di Majalah Canang, dan juga para donatur tidak tetap.
Menurut Sofyadi Roezin, momen penting selama perjalanan Majalah Canang saat penerbitan tokoh-tokoh memberikan sambutan berikut termasuk dukungan untuk Majalah Canang, tantangan dan hambatan berita-berita yang akan dimasukan selalu ada, tapi majalah harus tetap terbit seadanya, sejak covid mengalami kendala dan juga ada kesulitan dalam berkomunikasi. Adaptasi dari majalah ini dengan adanya majalah digital, namun beberapa orang yang usia lanjut tidak familiar dengan versi digital sehingga majalah versi cetak masih dipertahankan. Untuk versi digital masih dalam proses musyawarah sehingga belum dapat dipastikan versi digital diluncurkan.
Uniknya, majalah ini dapat menjadi koleksi untuk beberapa orang sehingga majalah edisi lama masih tetap dicari oleh beberapa orang baik untuk cerita di dalamnya maupun hanya untuk sekedar koleksi. Majalah ini juga diminati oleh kalangan luar negeri, Kedutaan Australia dan Amerika sering memesan majalah ini di berbagai edisi sehingga secara pribadi narasumber merasa terhormat dengan kedutaan yang memerlukan majalah ini.
Meskipun telah berhasil bertahan selama beberapa dekade, Majalah Canang Koto Gadang tidak luput dari tantangan. Persaingan dengan media digital, kesulitan finansial, dan perubahan demografis di komunitas Koto Gadang semuanya mempengaruhi kelangsungan hidup majalah ini.
Kesimpulannya Majalah Canang Koto Gadang adalah contoh nyata bagaimana media cetak dapat berperan dalam memelihara dan menyebarkan kekayaan budaya lokal. Dengan tetap setia pada misi dan visinya, serta dengan dukungan dari pembaca dan kontributor setianya, majalah ini terus menjadi suara yang menginspirasi dan menghubungkan komunitas Koto Gadang, serta menyebarkan pesan tentang pentingnya memelihara keberagaman budaya di tengah arus globalisasi yang semakin meningkat. (M. Rhadzaki R.)
Video Selengkapnya: