Gurihnya Bubur Ayam Bersama Cisaat, Sukabumi

Travelounge

TRAVELOUNGE.CO I SUKABUMI – Sebelum bersensasi-ria di Jembatan Gantung Situgunung dikawasan wisata Gedepangrango, mampirlah di kedai Bubur Ayam Bersama. Yah, kalau traveller ingin ingin mencicipi bubur ayam yang nikmat. jangan ragu menyambangi Kedai Bubur Ayam Bersama yang terletak di Jalan Raya Cisaat, Sukabumi. Tidak jauh dari Polsek Cisaat.

Sejak 1993, kedai milik  Kang Dadang sudah berdiri meski bukan ditempat yang sekarang ia berjualan. Dadang asli Nagrak, Cisaat, Sukabumi yang memang dikenal banyak tukang bubur ayamnya. Keluarga dan kerabatnya banyak yang berprofesi sebagai tukang bubur ayam.

Kedai Kang Dadang berupa warung tenda pinggir jalan, dengan dua meja kayu panjang dan jajaran  kursi plastik. Di pagi hari, bubur Kang Dadang memang asyik disantap sebagai sarapan. Rasa hangatnya justru menyamankan. “Menyantap bubur ayam memang paling enak selagi hangat. Gurihnya lebih tetasa,” jelas Dadang. Dan pagi itu, beberapa kastemer memang sudah mengelilinginya.

Sekilas bubur ayam racikan Kang Dadang tak jauh beda dengan bubur ayam kebanyakan. Ada suwiran daging ayam, taburan kedelai goreng, bawang goreng, irisan daun bawang, dan kerupuk sebagai topping. Bedanya, ada potongan risol isi bihun.

Yang lebih membedakan lagi, sudah pasti rasanya yang mantap. Begitu masuk ke mulut, rasa gurih, asin dan pedas yang berasal dari kecap asin dan sambal, menjalar ke seluruh lidah. Maknyuuus. Dijamin, kuliners ingin menyuap lagi dan lagi hingga isi mangkuk betul-betul tandas tak bersisa.

Baca Juga: Dua Bubur Ayam Terkenal di Sukabumi

Kata Kang Dadang, soal kecap  asin ia memang tidak asal memakai kecap asin. Ia hanya menggunakan kecap asin produk Sukabumi, yang memang banyak dipakai pedagang bubur Sukabumi.

Rahasia kelezatan bubur ayam olahan Kang Dadang juga  terletak pada pemakaian beras sebagai bahan baku bubur. Pria asli Cianjur ini hanya menggunakan beras Cianjur. “Kalau yang lain kurang gurih,” kata Kang Dadang.

Proses memasak juga menjadi kunci kenikmatan bubur ayam bersama ini. Kang Dadang menanak beras hingga menjadi bubur selama dua jam di dalam dandang besar ukuran 50 liter. Komposisinya, 5 kilogram beras dicampur dengan air sebanyak 40 liter. “Berasnya seperempat dandang, tiga-perempatnya lagi air,” ujar Kang Dadang.

Untuk menghasilkan rasa yang lebih gurih, waktu memasak bubur,  memakai kuah yang diramu dengan bumbu dapur dan kuah rebusan tulang ayam.

Oh, ya, tentu kurang lengkap dong kalau makan bubur ayam tanpa sate ati, ampela, dan usus ayam serta telur puyuh. Rasanya juga gurih. Soalnya ia menggunakan kuah bumbu dapur ketika merebus semua jeroan ayam dan telur puyuh itu. Harga satu tusuk satai Rp2000.  Sedangkan bubur di bandrol Rp8000 saja. Tidak heran kalau saban hari pelanggannya selalu mengantri. Pukul 11.00, biasanya bubur dagangannya sudah ludes terjual.

Ismail Sidik

Berbagi: