TRAVELOINGE.CO I JAKARTA – Keeksotisan Labuan Bajo (NTT) yang ditetapkan menjadi 10 destinasi prioritas pariwisata memang tak diragukan lagi. Keelokannya telah dikenal traveler di seluruh dunia. Meski begitu, Labuan Bajo harus perhatikan daya tampung (carrying capacity).
Keindahannya memang banyak menghipnotis tokoh dan selebriti internasional, seperti artis Hollywood Gwyneth Paltrow, juara dunia MotoGP 2010 Jorge Lorenzo, bintang sepakbola Manchester United Chris Smalling, hingga pesepak bola dunia Marcos Llorente dan Arjen Robben pernah menginjakkan kaki di sana.
Soal atraksi wisata bahari, Labuan Bajo dinobatkan oleh CNN International Travel sebagai destinasi peringkat dua “snorkel site” terbaik dunia setelah Raja Ampat, mengalahkan Kepulauan Galapagos.
Nah, karena begitu banyak yang menyambanginya, destinasi wisata Labuan Bajo, NTT diminta untuk memperhatikan daya tampung atau “carrying capacity” kawasan saat mendatangkan wisatawan untuk menjaga kelestarian dalam konsep pariwisata berkelanjutan.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel saat Sosialisasi Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019 ke Kawasan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, NTT, menjelaskan dalam pengembangan sustainable tourism, salah satu yang harus diperhatikan adalah daya tampung dari suatu atraksi atau destinasi pariwisata.
Baca Juga: Labuan Bajo Terus Dikembangkan Sebagai destinasi Wisata Berkelanjutan
“Dalam pariwisata, ‘carrying capacity’ didefinisikan sebagai jumlah maksimal pengunjung di suatu lokasi pariwisata tanpa memberikan dampak buruk untuk lingkungan, sosial budaya dari tempat yang dikunjungi yang juga berdampak pada rasa kepuasan pengunjung,” katanya.
Valerina yang melakukan kunjungan bersama dua orang Profesor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengatakan, pembatasan kapasitas pengunjung bisa menjaga ekosistem kawasan.
“Contoh bila banyak diver yang menyelam di Manta point malah membuat ikan pari merasa terganggu. Bahkan bisa menyerang kita,” katanya.
Ismail Sidik