Mengembalikan Kejayaan Pasar Bengkel, Pusat Oleh-Oleh Dodol Medan

Rhadzaki

TRAVELOUNGE.CO | Jakarta – Jika Anda melakukan perjalanan wisata dari Kota Medan ke Kota Tebing Tinggi atau sebaliknya, jangan lupa singgah di Pasar Bengkel, pusat perdagangan oleh-oleh khas Perbaungan, terutama Dodol Medan yang terkenal lembut dan legit. Cemilan itu terkenal sejak puluhan tahun lalu.

Bagi sebagian orang, Pasar Bengkel yang berlokasi di Jalan Lintas Sumatera, Desa Bengkel, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut) itu, bukan sesuatu asing. Punya nilai sejarah cukup panjang dan warisan budaya kuliner yang tinggi.

Pusat Oleh-Oleh Dodol Medan
Pasangan Aspian Hadi – Puput Fuji berpose di kios Dodol Tekad.

Di masa jayanya, Pasar Bengkel adalah tempat persinggahan favorit bagi pelancong lokal yang mau membeli oleh-oleh khas Serdang Bedagai. Apalagi jaraknya relatif dekat dari Kota Medan sekitar 42 KM. Atau saat ini dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 sampai 40 menit.

Dulu Jalan Lintas Sumatera merupakan jalan utama menuju Tebing Tinggi, Kota Lemang yang memiliki banyak objek wisata menarik dan pemandangan alam yang indah. Dari Tebing Tinggi, Anda dapat melanjutkan perjalanan menuju destinasi wisata lainnya, seperti Danau Toba di Kabupaten Tapanuli Utara.

Pusat Oleh-Oleh Dodol Medan
Produk oleh oleh dari daerah Sumatera Utara perlu memperbaiki kemasan agar lebih menarik.

Aspian Hadi dan Puput Fuji, pasangan suami-istri, pemilik usaha “Dodol Tekad” mengaku mereka adalah generasi kedua dari bisnis keluarga di Pasar Bengkel. Usaha dimaksud dirintis orang tua Puput Fuji pada tahun 1980. Mereka melanjutkan usaha keluarga tersebut, dengan berbagai dinamika, pasang surut dan bisa bertahan hidup hingga saat ini.

Di Pasar Bengkel, Dodol Tekad memiliki kios, tempat tinggal dan sekaligus tempat produksi dodol. Kekayaan alam Serdang Bedagai adalah sumber kekuatan bisnis dodol. Kekayaan alam menjadi bahan baku pembuatan dodol dan diolah menjadi produk unggulannya. Contoh, dodol dengan rasa durian. Seperti diketahui, Serdang Bedagai adalah penghasil durian yang enak.

Pusat Oleh-Oleh Dodol Medan
Ketua Kadin Medan, Arman Chandra –Pusat oleh-oleh Pasar Bengkel perlu dilestarikan.

“Sayang pulut siam dan gula aren sekarang sulit diperoleh. Tapi, kami berupaya mengatasinya agar kualitas dodol tetap terjaga kualitasnya,”ujar Puput Fuji.

Banyak kendaraan pribadi maupun bus wisata yang singgah di Pasar Bengkel untuk membeli oleh-oleh. Setiap hari, kata Aspian, Dodol Tekad memasak sedikitnya enam kuali isi 15 Kg dan selalu habis terjual. Tidak heran bisnis dodol dan cemilan khas di Pasar Bengkel maju pesat.

Puncaknya, produsen dodol tumbuh berkembang menjadi sekitar 126 unit industri kecil menengah (IKM). Namun, sayangnya sekarang jumlah IKM di Pasar Bengkel menyusut tinggal kurang lebih 70 unit IKM. Kenapa?

Lestarikan

Ketika belum lama ini, kami melakukan perjalanan jurnalistik, dari kawasan wisata Danau Toba —-yang telah ditetapkan Menparekkraf, Sandiaga Uno tahun 2021 sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP)— ke Kota Medan, banyak hal yang menarik ditemui. Diantaranya, kegiatan ekonomi di Sumatera Utara, mulai dari pariwisata, perkebunan sawit, karet hingga pertanian jagung yang dikelola rakyat dan kegiatan IKM, sudah didukung infrastruktur jalan yang baik.

Alangkah terkejutnya ketika sampai di lokasi Pasar Bengkel, Jalan Lintas Sumatera, kawasan ini sepi pengunjung. Kiosnya banyak yang sudah tutup. Padahal, dulu Pasar Bengkel beroperasi hampir 24 jam. Konsumen datang pergi silih berganti.

Aspian mengaku, aktivitas perdagangan di desa Bengkel mulai sepi dan jumlah pelanggan menurun, terutama sejak beroperasi ruas Jalan Tol Medan-Tebing Tinggi pada bulan Oktober 2017 lalu.

“Alhamdulillah, kami masih bisa survive hingga kini. Tapi, omsetnya sudah jauh berkurang. Sekarang, dalam seminggu kami memasak dodol tiga kuali. Itu pun belum tentu habis terjual. Sebagian pembelinya adalah pelanggan lama, pelanggan orang tua kami dulu,”ujar Aspian.

Aspian mengatakan, pengusaha IKM di Pasar Bengkel makin kesulitan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan perlu turun tangan memberikan solusi, supaya pengusaha IKM di Pasar Bengkel bisa bangkit kembali.

“Kami minta pemerintah memberi solusi, dengan memberikan fasilitas pelatihan dan tempat berdagang di rest area Jalan Tol Tebing Tinggi-Medan. Kami perlu mendekatkan diri dengan pasar,”tambah Aspian.

Ketua Kadin Medan, Arman Chandra menyatakan cukup prihatin dengan kondisi Pasar Bengkel. Dia meminta seluruh pemangku kepentingan termasuk tokoh-tokoh sukses Sergai dan perusahaan perkebunan sawit turun tangan untuk memberi bantuan, solusi agar pengusaha IKM di Pasar Bengkel bisa bangkit lagi.

Tokoh-tokoh sukses asal Sergai dan perusahaan sawit bisa bekerja sama memberikan CSR (corporate social responsibility) untuk membantu melestarikan, memperbaiki Pasar Bengkel menjadi desa wisata yang menarik. Dengan menjadikannya sebagai desa wisata, pelancong lokal dapat menyaksikan langsung cara pembuatan dodol, disamping sebagai tempat penjualan dodol dan cemilan khas Medan lainnya.

Arman Chandra, tokoh pengusaha Medan dan alumni Lemhannas mengatakan, Pasar Bengkel layak dilestarikan karena dia memiliki nilai sejarah cukup panjang dan warisan usaha keluarga turun menurun. “Pasar Bengkel masih layak dikembangkan dan menjadi objek wisata yang menjual,”tambahnya.

Menurut Arman, untuk memperbaiki Desa Bengkel sebagai objek wisata— disamping butuh dukungan dari semua pemangku kepentingan pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat dan perusahaan sawit—-pengusaha IKM juga harus mau dibina.

Pengusaha IKM Dodol harus memiliki mindset wirausaha yang tangguh, mau berubah menjadi lebih baik, bekerja keras dan pantang menyerah. “Dengan mengikuti pelatihan, wawasan kita bertambah luas dan mau bekerja sama untuk kemajuan bersama,”ujar Arman.

Terkait langsung dengan upaya melestarikan Dodol Pasar Bengkel, menurut Amran, pengusaha IKM harus berani memperbaiki kemasan, rajin melakukan promosi lewat berbagai platform digital, memperbaiki mutu produk lewat inovasi. “Itulah kunci untuk memenangkan persaingan di era digital saat ini,”ujar Arman Chandra. *** Herry Sinamarata

Berbagi: