TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Sebanyak 450 peserta dari 33 Provinsi di Indonesia, siap meramaikan event Pameran Adiwastra Nusantara 2018, di Hall A dan B Jakarta Convention Center (JCC) mulai tanggal 11 hingga 15 April 2018 mendatang.
Menteri Pariwisata Arief yahya mengapresiasi gelaran Pameran Adiwastra Nusantara 2018 yang berkelanjutan hingga saat ini. Menurutnya, Pameran ini bisa menjadi referensi perkembangan terkini dari trend batik, tenun, songket, dari berbagai daerah yang punya karakter masing-masing,” ujarnya.
Menpar Arief juga menyebut, kreatifitas kain-kain tradisi budaya nusantara itu tentu akan dimentori oleh Bekraf. Ketika sudah mulai dipamerkan, dikomersialisasi, dan dipromosikan untuk memperkuat destinasi wisata, itu sudah menjadi tugas dan wilayah Kemenpar.
“Pameran yang menampilkan kain-kain unggulan warisan budaya itu akan menjadi bagian dari Pesona Indonesia,” jelas Arief Yahya.
Karena itu Kementerian Pariwisata terus mendukung penuh pameran kain terbesar di Indonesia yang berupaya padukan digitalisasi dengan adat tradisional.
Baca Juga: NAM AIR Buka Rute ke Kota Baru, Makin Gampang ke Kalimantan
“Hanya Papua saja yang tidak ada karena tidak memiliki kain. Wastra (kain) Menteri Pariwisata Arief yahya mengapresiasi gelaran Pameran Adiwastra Nusantara 2018 yang secara sustainable berlangsung hingga saat ini. Menurutnya, Pameran ini bisa menjadi referensi perkembangan terkini dari trend batik, tenun, songket, dari berbagai daerah yang punya karakter masing-masing,” ujarnya.
Menpar Arief juga menyebut, Kreatifitas kain-kain tradisi budaya nusantara itu tentu akan dimentori oleh Bekraf. Ketika sudah mulai dipamerkan, dikomersialisasi, dan dipromosikan untuk memperkuat destinasi wisata, itu sudah menjadi tugas dan wilayah Kemenpar.
“Karena itu di pameran yang menampilkan kain-kain unggulan warisan budaya itu menjadi bagian dari Pesona Indonesia,” pungkas Menpar Arief Yahya. jika menyebut Batik sudah pasti itu Indonesia. Jika menyebut Tanjak itu berasal dari Palembang. Inilah modal kita yang akan kita jual keluar negeri,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, I Gde Pitana
Pameran yang mengusung tema ‘Nuansa Kekinian dalam Balutan Wastra Adati Nusantara’ ini akan menampilkan karya wastra adati atau kain tradisional unggulan dari seluruh daerah di Indonesia. Serta usaha rintisan berbasis e-commerce yang digeluti oleh kaum muda dan menjadi ajang unjuk rupa start up company dibidang wastra.
“Pameran kali ini merupakan paradoxical. Kita gunakan era kekinian untuk merevitalisasi budaya tradisional. Budaya modern yang berbau digitalisasi dengan menampilkan sisi ketradisionalan,” jelas Pitana lagi.
Pada event yang sudah memasuki tahun ke-11 ini, berkaitan erat dengan sektor pariwisata karena sama-sama menjadi bagian dari ekonomi kreatif atau creative industry. Sehingga mempunyai hubungan sangat erat atau bersimbiosis mutualisme.
Baca Juga: Sriwijaya Air Group Buka Rute Jakarta-Ketapang PP
“Berbagai cara terus kita promosikan ke wisatawan mancanegara. Bahkan saat pameran internasional kita selalu hadirkan budaya sebagai atraksi. Kita pernah mengajak wisman untuk membatik bahkan hingga menenun. Dan Wastra salah satu yang kita gunakan sebagai benda atau sebagai fashion show,” ungkalp Pitana.
Sementara itu, Ketua Penyelenggara Pameran Adiwastra Nusantara 2018, Wida D. Herdiawan menambahkan, tahun ini akan menargetkan 60 ribu pengunjung selama lima hari pameran berlangsung.
“Tahun lalu kita mencatat transaksi langsung selama penyelenggaran mencapai 50 miliar. Tahun ini kami targetkan naik 10 persen menjadi 60 miliar. Dengan taget pengunjung sebanyak 60 ribu,” tandas Wida.
Pameran Adiwastra Nusantara 2018 kali ini akan menampilkan pagelaran busana rancangan para desainer muda alumni dari Esmod Jakarta. Konsepnya bernuansa etnik atau kombinasi wastra adati dengan desain kekinian yang mulai menjadi trend. Bukan hanya di komunitas generasi yang lebih tua, namun juga di kalangan generasi milenial.
“Nanti disepanjang acara, juga akan ada beberapa kegiatan yang tentu menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung selama gelaran. Seperti Fashion Show, tari-tarian, sleminar, workshop membatik bagi ibu-ibu, pertunjukan musik dan ada pula Lomba Selendang Indonesia, yang bekerjasama dengan Traditional Textile Arts Society of South-East Asia (TTASSEA),” pungkas Wida.
Ismail Sidik