TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Enteng Gunawan (81th) nanar menatap panggung pertunjukan Wayang Potehi di Vihara Dhanagun, Jalan Suryakancana, Bogor Tengah, Kota Bogor, Minggu (17/2/19). Ingatannya migrasi ke masa lalu. “Terakhir kali saya nonton Wayang Potehi saat usia saya 9 th. Makanya saya senang tapi juga terharu,” urai Enteng, mentilas masa lalu. Pertunjukan Wayang Potehi mampu merangkai masa lalu dan kekinian.
Selain Enteng, sore itu ratusan warga asyik menikmati pertunjukan Wayang Potehi. Uniknya, penonton berbaur antara kaum pinisepuh, dewasa dan anak anak. Pertunjukan yang di helat panitia Bogor Street Festival (BSF) 2019 ini, digelar dalam dua sesi yakni pertunjukan pertama pukul 15.00 dan pertunjukan kedua pukul 18.45 WIB. Wayang Potehi disuguhkan dalam memeriahkan tahun baru Imlek 2570 sekaligus sebagai rangkaian acara Bogor Street Festival 2019 yang akan berlangsung pada hari Selasa 19 Februari besok.
Pertunjukan Wayang Potehi ini berdurasi sekitar 40 menit. Wayang Potehi dimainkan oleh dua orang dalang yang didukung 4-5 pemain musik di belakangnya. Jumlah karakter yang dimainkan ada 15 wayang. Ada yang berkarakter baik dan ada yang jahat. Semuanya berkumpul di belakang panggung.
Di pertunjukan pertama, cerita yang dibawakan tentang Tie Pat Kay (Dewa Babi) karena Imlek tahun ini adalah bershio babi. Pesan dalam cerita ini, kebaikan itu selalu bersinar, menjadi pencerahan, dan petunjuk untuk berbuat baik.
“Bila punya niat baik dan menjalankan dharma dengan baik pula, maka dia akan mendapatkan pengampunan dan menjadi orang yang bisa diteladani,” jelas Woro Astuti, pendiri dan pimpinan Rumah Cinta Wayang yang bermarkas di Depok.
Ba’da Magrib, pertunjukan kedua bertutur tentang Sun Go Kong (Dewa Kera), pendeta tong dan putri siluman kipas. Banyak anak anak yang antusias dengan pertunjukan ini. Apalagi sang dalang kerap melontar joke dan kata kekinian yang dekat dengan keseharian mereka.
Baca Juga: Mau Nonton Bogor Street Festival 2019, Ini Rujukannya
Wayang Poo Tay Xie sejatinya berasal dari Tiongkok yang artinya Wayang Kantong. Seni budaya perwayangan ini, masuk ke Indonesia melalui para pedagang Cina pada masa lalu. Wayang ini, lebih banyak dikenal di Jawa Timur. Karena di Jawa Timur banyak klenteng-klenteng yang didirikan di tepi sungai di mana sungai pada saat itu, menjadi jalur perdagangan dan mereka singgah di klenteng. Karena itu, dalam logat Jawa sebutannya menjadi Potehi.
Wayang Potehi dimainkan sebagai hiburan pelipur lara. Potehi juga menjadi salah satu pertunjukan wayang para dewa, karena warga Tiongkok waktu itu, berkumpul di klenteng-klenteng pecinan dan mereka mementaskan Potehi di klenteng dengan pengharapan mendapat kebaikan, kebahagiaan, kelancaran usaha, kesejahteraan, maupun kesuksesan. Tetapi pertunjukan ini, tidak hanya ditampilkan saat Imlek saja, tapi di hari-hari biasa pun dapat dimainkan.
Ismail Sidik