TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA, 16 November 2018 – Staf Ahli Bidang Multikultural Kemenpar, Esthy Reko Astuti memaparkan strategi pemasaran pariwisata, strategi BAS (Branding, Selling dan Advertising) yang sering dikemukakan Menpar akan tetap dilakukan seiring dengan incentive acsess, hotdeals, border tourism, serta pembangunan Low Cost Terminal di bandara tanah air. Tak pelak, Kemenpar Kepincut Keseksian Border Tourism.
Hal ini Esthy ungkapkan dalam Forum Komunikasi Staf Ahli untuk Wonderful Indonesia di Grand Sahid Hotel, 15 November 2018. Selain dari Kemenpar, hadir juga pembicara dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Esthy melanjutkan, “Border tourism itu seksi, setiap kami bikin event di Atambua pasti meledak. Peminatnya sangat banyak. Kalau untuk Toursim Hub, kita juga sedang berdayakan. Untuk LCT, kita sudah menginisiasi pembangunannya, dan pihak AP 2 sedang menggarap. Mudah-mudahan tahun depan sudah ada kejelasan,” imbuh Esthy.
Sementara mengenai pemasaran cross border, Staf Ahli Bidang Logistik, Multimoda, dan Keselamatan Perhubungan, Kementerian Perhubungan, Cris Kuntadi, menjelaskan bahwa pihaknya akan mengkaji mengenai potensi dan prioritas negara yang dituju, misalnya Danau Toba yang menjadi salah satu produk pariwisata utama yang dipasarkan. Kami akan meninjau apakah Australia merupakan target pasar yang tepat untuk Danau Toba. Dia juga akan mengkaji daerah mana lagi yang cocok untuk pemasaran pariwisata.
Baca Juga: Forum Komunikasi Staf Ahli untuk Wonderful Indonesia, Sinergikan Pengembangan Pariwisata
Selain itu, Kemenhub juga akan melakukan peninjauan terkait pembangunan LCT. Pihaknya menegaskan bahwa keselamatan dan keamanan tetap menjadi yang utama meski biaya operasional diminimalisir. Sampai saat ini ada beberapa bandara yang menjadi target pembangunan LCT seperti Banyuwangi dan bandara lainnya.
Ismail Sidik