TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Sebagai produk adiluhung peradaban Nusantara, wayang bisa saja punah sebagaimana yang terjadi dengan beberapa peradaban lain di muka bumi. “Karena itu kita harus merebut kembali kejayaan kebudayaan kita dengan wayang, ” tegas budayawan Mohamad Sobary pada acara Quo Vadis PEPADI” di Ruang Kecapi 6, di Hotel Santika TMII, Jakarta, pada hari Sabtu 14 April 2018.
Dalam sarasehan hadir sejumlah pembicara seperti Ki Purbo Asmoro, S.Kar. M.Hum (Dosen Senior ISI Surakarta), M. Sobary (Budayawan), Taufik Rahzen (Staf Ahli Menteri Pariwisata RI), dan Prof. DR. Ir. Sugeng P. Haryanto (Guru Besar Universitas Lampung), dengan Moderator Y. Sudarko Prawiroyudo (Dalang).
“Wayang tidak boleh lenyap. Kita rebut kembali apa apa yang mereka rebut di era digital ini. Kita produksi kembali Mahabarata, Ramayana, Tutur Tinular dan sebagainya dengan versi kekinian untuk menyingkirkan budaya K-Pop yang aneh aneh itu. Sosmed jangan dijauhi tapi kita jadikan alat untk kejayaan kita,” tandas M.Sobary.
Realitasnya, dalam perang digital semua kekayaan warisan leluhur kita telah menjadi rancu siapa pemiliknya. Jadi bukan mustahil suatu saat nanti produk adiluhung negeri ini akan berpindah menjadi milik negara lain. Semua pembicara bersepakat agar dikonsentrasikan wayang dan dalang untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman now dengan memanfaatkan teknologi digital yang tepat guna.
M. Sobary menegaskan lagi bahwa Wayang adalah kearifan bangsa, dan para dalang adalah empu-empu kehidupan manusia. Karenanya jika masyarakat kini direbut perhatiannya oleh media sosial dan teknologi informasi, saatnya kita merebut kembali media sosial dengan wayang. “Caranya adalah kita harus meningkatkan jumlah produksi dan inovasi konten wayang dengan memanfaatkan teknologi informasi. Sehingga generasi masa depan tak akan kehilangan pemahaman tentang filosofis wayang yang luhur sebagai kearifan bangsa,” kata M.Sobary.
Menurut M.Sobary, kita jangan sampai kalah dengan negara lain. Sudah saatnya wayang dan dalang bisa dterima kaum milenial lewat dunia digital.
Baca Juga: Pengusaha Wanita Beraksi Lagi di Panggung Wayang Orang, Ayo Tonton!
Sementara Kepala Bidang Humas Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI), Eny Sulistyowati S.Pd , MM mengatakan, para seniman yang mampu mempertautkan aktivitas keseniannya dengan era kekinian, dapat memberi andil memperkuat eksistensi kesenian tradisional.
Kesenian, menurutnya, bukan benda mati yang statis. Tetapi ekspresi para pelakunya yang dari waktu ke waktu bisa juga mengalami perubahan. “Ketidakmampuan para seniman melakukan adaptasi terhadap situasi baru, lambat laun dapat menyurutkan keberadaan kesenian tradisional itu sendiri. Para pendukung dan pemangku kesenian tradisional harus mampu memanfaatkan situasi kekinian dengan bijak,” kata Enny Sulistyowati.
Sarasehan juga menghasilkan bahasan yang penting seperti seniman dalang sekarang ini adalah para petarung hebat dengan terbukti selalu menang dalam kompetisi, terutama dalam industri kreatif. Dalang tidak sekedar seniman pelipur lara dan mereka adalah seniman yang datang dari berbagai unsur seperti banyak dalang muda sekarang lulusan S1, S2 dan ada yang bergelar S3. Bahwa pengalaman diselaraskan dengan pendidikan yang cukup akan melahirkan karya terbaik. Strategi pasar, manajemen panggung, media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan seniman dalang masa kini dan masa depan.
Baca Juga: Wayang Bisa Senyap, Tapi Tidak Boleh Lenyap
Selain sarasehan di gelar juga Pergelaran Wayang kulit Banyumasan dengan Dalang, Ki Eko Suwaryo & Ki Wartun, dengan lakon “Wahyu Cakraningrat” di Plaza Tugu Api Pancasila Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jumat, 13 April 2018, pukul 19.00 WIB. Dan Wayang Kulit Yogyakarta, bersama Dalang Ki Seno Sugroho, dengan lakon “Bagong Duta,” di Plaza Tugu Api Pancasila Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Sabtu, 14 April 2018, pukul 19.00 WIB.
PEPADI sendiri adalah organisasi profesi yang independen beranggotakan para Dalang, Pengrawit, Pesinden, pembuat Wayang dan perorangan, dengan visi utamanya pelestarian dan pengembangan seni pedalangan sebagai khasanah unggulan budaya Nasional. Dan saat ini menjadi organisasi besar yang memiliki Komisariat Daerah di 23 Provinsi dan ratusan Kabupaten/Kota di seluruh Indonsia.
Ismail Sidik