TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Traveler mau melihat Tarsius dari dekat? Ya cuma di Bukit Peramun tempatnya. Boleh dibilang Tarsius ini juga jadi keunikan khas Belitung yang sulit dijumpai di kawasan lain. Di malam hari, wisatawan dapat melihat Tarsius, monyet hantu mini bermata belo. Warga setempat biasanya menyebut Pelilian.
Yang bikin gemes kala melihatnya, rupa dan bentuk Tarsius memang sangat unik. Bayangkan, ukurannya cuma sebesar anak kucing, tapi berbentuk monyet dengan ekor panjang.
Tarsius atau Pelilian adalah jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Hebatnya lagi, Tarsius dapat melompat sejauh 3 meter dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Oh, ya. Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Patut diketahui, Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar.
Di kawasan ini, keberadaan Tarsius sangat dijaga oleh warga sekitar karena jumlahnya yang semakin sedikit. Karena itu warga membatasi bahwa dalam satu minggu, pengunjung hanya tiga kali diperbolehkan melihat Tarsius.
Baca Juga: Bukit Peramun, Pesona Lain Wisata Belitung
Cara pengunjung untuk dapat melihat Tarsius pun unik dan bikin penasaran. Warga yang membiarkan tarsius hidup bebas di hutan hanya akan mencarinya ketika ada pengunjung yang ingin melihat. Mereka tidak meletakan tarsius di dalam kandang, tapi melepas bebas dihabitatnya. Hal demikian dilakukan untuk menjaga kelestarian tarsius.
Wisatawan yang datang bisa melihat tarsius pada malam hari saat mereka mencari jangkrik. Waktu ideal yakni pukul 18.30 -21.00. Biasanya wisatawan diberi waktu sekitar 10-15 menit dengan jarak minimal 1 meter dari tarsius.
Tapi yang harus dicamkan betul oleh pengunjung, disini tidak diperbolehkan menyalakan lampu flash kala memotret. Untuk penerangan, warga setempat akan membantu menggunakan lampu kecil yang cukup terang yang diletakkan dibelakang badan Tarsius sehingga tidak menganggu hewan kecil tersebut, tapi pemotretan bisa berlangsung.
“Cahaya lampu flash dapat merusak mata Tarsius. Matanya bisa berair cukup banyak dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya,” terang Adong lagi.
Waktu melihat tarsius berakhir saat hewan tersebut menunjukan tanda-tanda hendak melompat menuju pohon lain. Jika sudah begitu, pemotretan tarsius harus diakhiri dengan membiarkan mereka pergi.
Biasanya para pemandu akan kembali menegakkan batang pohon tempat monyet hantu Tarsius berdiri seperti sediakala dan membiarkannya lompat ke pohon lain lalu menghilang dalam kegelapan.
Ismail Sidik