TRAVELOUNGE.CO I JAKARTA – Dalam percakapan via WA, Dwi Woro Retno Mastuti yang dikenal sebagai pendiri Rumah Cinwa & Taman Kaldera (Depok), Jawa Barat mengabarkan kalau saat ini ia dan rombongan tengah melakukan napak tilas eksistensi Wayang Potehi, dengan menyusuri Jakarta, Semarang, Yogya, Tulungagung, Gudo, Kediri, Mojokerto, Surabaya.
Tapi ini bukan sekedar napak tilas, kegiatan budaya yang tengah dijalaninya itu juga untuk kepentingan riset sekaligus membuat film dokumenter Wayang Potehi yang lebih kekinian, yakni versi layar lebar.
Menurut Bunda Cinwa, begitu ia biasa disapa, projek budaya ini menyangkut kesejarahan Wayang Potehi. Karena itu dijalani dengan kecintaan meski tubuhnya akan merasa kelelahan karena faktor usia.
“Usia dan lelah saya menjadi tidak penting lagi katena kecintaan pada budaya. Riset ini saya lakukan karena kami merasa Wayang Potehi kan sudah jadi bagian dari budaya Indonesia seutuhnya. Sekarang ini Potehi bukan lagi milik golongan tertentu saja,” tandas dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia ini.
BACA JUGA: Tim JKW-PWI Susuri Pulau Kalimantan
Bunda Cinwa berancang-ancang film dokumenter yang tengah dia garap bersama Tim Film Rumah Cinwa itu nantinya bisa ikut beragam festival, semisal Festival Film Dokumenter (FFD), Sapiro Short Fest atauYamagata Festival. Tidak tertutup kemungkinan juga bisa ikut Festival Film Indonesia ( FFI), Cannes Film Festival, AtauToronto International Film Festival (TIFF). Nah, karena tidak adanya peran pemerintah dalam soal pendanaan, ia pun berharap juga film itu dapat didistribusikan di Netflix, BBC, Iflix, Channel History dan sebagainya.
Lalu dalam penggarapannya nanti, kira-kira apa saja yang akan diekspos dalam film itu? Woro mengungkapkan bahwa dalam film itu akan diungkap untai perjalanan, penelitian, dan pengalaman seorang Dwi Woro Retno Mastuti kala sejak awal menggeluti Wayang Potehi, termasuk pengalaman khusus dan unik yang ia alami sendiri.
Memang terkesan kalau Dwi Woro keukeuh membuatnya karena ia merasa film dokumentet itu sangat diperlukan. Selain untuk khasanah budaya itu sendiri, film ini diharapkan juga bisa meredam intoleransi serta menyatukan berbagai keragaman budaya di Indonesia, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Bahasa gaulnya, menjaga dan merawat nasionalisme ke-Indonesia-an.
Sambil menunggu rampungnya projek budaya nan idealis ini, Dwi Woro mengingatkan, film dokumenter pendek tentang Rumah Cinwa yang ia buat telah diputar saat perayaan HUT Rumah Cinwa yang ke-7 beberapa waktu lalu. Bahkan videonya sekarang sudah tersedia di YouTube dan dapat disaksikan melalui tautan ttps://youtu.be/J9_SjSyCr6I.
(Ismail Sidik Sahib)